Jaka, seorang siswa SMA yang biasa-biasa saja, seketika hidupnya berubah setelah ia tersambar petir. Ia bertemu dengan makhluk asing dari dunia lain, hingga akhirnya memahami bahwa di dunia ini ada kekuatan yang melebihi batas manusia biasa. Mereka semua disebut Esper, individu yang mampu menyerap energi untuk menembus batas dan menjadi High Human. Ada juga yang disebut Overload, tingkatan yang lebih tinggi dari Esper, dengan peluang mengaktifkan 100% kemampuan otak dan menjadi Immortal.
Lalu, takdir manakah yang akan menuntun Jaka? Apakah ia akan menjadi seorang Esper, atau justru seorang Overload?
Ikuti perjalanannya dalam kisah Limit Unlock.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jin kazama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7. Menjadi Ketua Disiplin.
Bab 7. Menjadi Ketua Disiplin.
Jaka baru saja keluar dari ruangan kepala sekolah.
Saat sedang berjalan menuju kelas, dirinya benar-benar tercengang dengan apa yang baru saja terjadi. Semuanya benar-benar di luar ekspektasinya.
Tidak dikeluarkan!
Tidak ada hukuman!
Tidak ada skorsing!
Yang ada justru sebuah penawaran yang membuatnya tidak tahu harus tertawa atau menangis.
"Haha! Apakah dunia ini sudah gila?" ucapnya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
Pikirannya tertuju pada beberapa saat lalu saat berada di dalam ruangan.
Flashback On.
"Jadi bagaimana, Nak Jaka? Apakah kamu bersedia mempertimbangkan penawaran Bapak?"
"Apakah kamu mau menjadi ketua disiplin untuk menegakkan ketertiban di sekolah ini? Tenang saja, tugas ini tidak memiliki batas waktu jadi kamu bisa melakukannya secara perlahan. Lagipula Bapak tahu, menertibkan anak-anak kelas tiga yang terkenal dengan sebutan preman sekolah bukanlah hal yang mudah," kata Pak Danang dengan tenang.
Namun sebenarnya, di dalam hati dia sungguh waswas luar biasa.
Sangat jarang muncul bibit pemberani seperti pemuda yang ada di depannya ini.
Hanya dengan sekali pandang saja, entah mengapa pria paruh baya yang menjabat sebagai kepala sekolah itu sangat yakin jika kali ini SMA Negeri Nusantara benar-benar memiliki harapan untuk mencapai sebuah perubahan.
Hatinya dag dig dug dipenuhi dengan kata-kata, "Semoga dia mau! Semoga dia mau!" berkali-kali seperti sebuah mantra.
Sementara itu, Jaka yang dari tadi terdiam sejenak dan tidak mampu merespons langsung, tersadar. Dengan sangat cepat dia bisa menangkap garis besarnya.
Dan tentang dirinya yang terdiam sesaat sebelumnya, sepertinya Pak Danang yang ada di depannya memiliki kesalahpahaman.
Ya... dirinya mengira Jaka takut dan ragu untuk menerima persyaratan tersebut. Padahal sejatinya yang dia pikirkan adalah, dirinya tidak menyangka jika akan ada plot seperti ini.
"Gila! Apa-apaan? Aku kira akan ada hukuman berat, ternyata malah ditawari sebagai ketua disiplin?!" pikirnya.
Bukan hanya itu yang membuatnya terkejut sekaligus senang bukan main. Yang membuat hatinya berbunga-bunga adalah jika dirinya berhasil, maka hidupnya di sekolah akan benar-benar makmur. Ambil contoh saja beasiswa non-SPP.
Sekali lagi kata-kata yang barusan keluar dari mulut Pak Kepala Sekolah masih terdengar dengan jelas di telinganya.
"Jika Nak Jaka berhasil menertibkan peraturan sekolah juga menghukum bocah-bocah bandel itu, maka sekolah akan memberikan beasiswa non-SPP sebesar enam juta rupiah. Selain itu sekolah juga akan memfasilitasi kebutuhan yang lain-lain seperti memberikan laptop, buku baru, alat tulis lengkap, dan juga sepeda baru gratis sebagai alat transportasi yang bisa Nak Jaka bawa pulang."
Kalau berlanjut ke poin-poin penting lainnya yang menguntungkannya, salah satunya yang paling mengejutkan adalah jika nilainya bagus dia mendapatkan kesempatan untuk dipilih menjadi siswa pertukaran pelajar ke luar negeri seperti Jepang, Korea, atau USA.
Bisa dibilang semua penawaran ini seperti durian runtuh yang jatuh begitu saja dari langit. Seperti orang yang kehausan tiba-tiba disadarkan oleh minuman dingin yang menyegarkan.
Lalu apa jawaban yang harus diberikan olehnya?
Ya, tentu saja menerima lah. Akan sangat bodoh kalau dia menolak tawaran yang menggiurkan seperti ini. Bagaimanapun sekarang kerjanya bukanlah manusia biasa. Masalah kekuatan, jika dia mau bahkan dia bisa menghancurkan bangunan besar dengan sekali hantam.
Masalah kecerdasan otak, apalagi, kemampuan otaknya telah bertambah lima persen, dan IQ-nya saat ini berada di angka 150. Bahkan dia memiliki ingatan fotografis. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan, semua mata pelajaran bisa dia libas dengan bersih.
Dijamin, entah itu ujian, bahkan lomba olimpiade mata pelajaran apa pun, Jaka sangat percaya diri. Semuanya akan dihancurkan seperti meremas tahu. Semua akan dia taklukkan dengan nilai sempurna.
Setelah menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan, dengan tegas Jaka pun akhirnya menjawab.
"Baik, Pak. Jika itu memang tidak ada batas waktu seperti yang Bapak katakan, saya akan menerimanya. Saya bersedia menjadi ketua disiplin untuk SMA Negeri Nusantara," ucapnya setelah berpikir sejenak dan mencari alasan yang pas.
Seketika mata Pak Danang berbinar. Dirinya tak kuasa untuk tertawa terbahak-bahak.
"Hahaha! Bagus, bagus! Untuk bulan ini karena kamu sudah mengalahkan salah satu dari mereka, anggap saja sebagai uang penyemangat. Pihak sekolah akan memberikan uang saku enam juta rupiah. Nanti kamu bisa menghubungi wali kelasmu, yaitu Ibu Anisa, untuk mengonfirmasinya. Sementara itu, untuk beasiswa yang lain pihak sekolah akan menunggu perkembangannya. Jika sudah mencapai 50%, baru kamu bisa mendapatkan semuanya," kata Pak Danang sambil tersenyum.
Jaka, yang mendengar dirinya akan mendapatkan uang saku sebesar enam juta, langsung memiliki ekspresi cerah di wajahnya. Yang dia pikirkan bukanlah membelanjakan uang ini untuk foya-foya, tetapi langsung dia gunakan untuk membayar biaya kontrakan yang menunggak selama tiga bulan.
Membeli beras, minyak, telur, dan daging untuk kebutuhan makan sekeluarga agar setiap hari ada variasi lauk di atas meja. Ya, dia tidak mengeluh atau semacamnya sih. Dia sangat bersyukur setiap hari bisa makan nasi dengan lauk tempe goreng dan kerupuk.
Tapi kalau memang ada rezekinya seperti saat ini, sekali-sekali makan enak tidak masalah, bukan? Lagi pula, telur dan daging itu juga sangat bagus untuk menambah gizi, menambah imunitas tubuh, dan meningkatkan kecerdasan otak.
Untuk yang terakhir itu, masalah meningkatkan kecerdasan otak harus tetap ditunjang dengan belajar yang giat dan rajin ya, teman-teman?
Kembali ke cerita.
Setelah berbasa-basi sebentar, akhirnya Jaka pun pamit undur diri.
Karena sudah diberi amanah, dia harus menjalankannya dengan sebaik-baiknya.
"Menjadi ketua disiplin, kah? Menarik. Sepertinya kehidupan di sekolahku akan menjadi lebih menyenangkan," ucapnya sambil mengulum senyum.
Akhirnya setelah masuk kelas, suasana yang tadinya ramai kini berubah menjadi hening. Tidak ada satu pun siswa yang berani ribut atau berisik. Mereka takut akan menyinggung Jaka yang notabene selama ini menyukai ketenangan dan keheningan.
Jika itu dulu, mereka tidak akan peduli. Tapi sekarang, siapa yang berani bersuara setelah melihat keganasannya dalam menghajar Danu Panjul, si peringkat sepuluh terkuat di sekolah.
Flashback Off.
Waktu pun terus berjalan. Kegiatan belajar mengajar juga berlangsung seperti biasa hingga akhirnya terdengar suara bel tanda jam sekolah telah usai. Semua siswa pun segera berhamburan menuju tempat parkir untuk mengambil kendaraan mereka masing-masing.
Suasananya sangat ramai, penuh dengan canda tawa, bahkan terlihat beberapa siswa yang menggoda siswi dari kelas lain hingga wajahnya memerah dan tersipu malu.
Jaka sendiri meraih tas sekolahnya, menyampirkannya satu talinya di pundak, dan melangkah dengan santai. Tidak perlu terburu-buru karena rumahnya memang tidak jauh. Selain itu, saat ini pikirannya masih tertuju pada bagaimana cara untuk menyelesaikan misi dari kepala sekolah secepatnya.
Jika dia ingin mendisiplinkan para berandalan penguasa sekolah, maka dia harus memikirkan cara yang paling efektif. Mengalahkan mereka dengan duel mungkin akan berhasil, tapi yang dia inginkan bukan hanya sekadar itu. Yang dia inginkan adalah rasa patuh dan tunduk dengan mutlak namun penuh dengan kesadaran.