menceritakan tentang seorang wanita yang terlahir lagi menjadi seorang mafia untuk membalaskan dendam
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ridwan jujun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jahilnya calros
Liana kini sedang menunggu Carlos menjemputnya, ia menatap ponselnya yang mati karena baterai habis, bahkan saat ia gunakan sewaktu istirahat sudah 𝘭𝘰𝘸𝘣𝘢𝘵.
"Das4r pria, mereka selalu tidak menepati janjinya. Mana? Dia bilang akan datang sebelum aku keluar dari kelas!" kesalnya.
"Sepertinya nanti harus mampir ke rumah Ayah dahulu, sisa buku ku masih ada di sana," gumamnya.
Lalu, Liana merasa bahwa dirinya sedang menjadi pusat perhatian oleh Mahasiswa yang ada di sekitarnya. Terlihat mereka berbisik-bisik dan juga tertawa kecil.
“𝘒𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵 𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘵𝘶, 𝘺𝘢𝘩? 𝘈𝘱𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘸𝘢𝘫𝘢𝘩 𝘬𝘶?” batin Liana sambil meraba wajahnya.
Tak lama kemudian sebuah mobil mewah mendekati Liana.
"Maaf lama! Aku–"
Liana langsung masuk ke dalam mobil sembari memegang pipinya, kemudian menutup pintu mobil. Carlos yang melihat tingkah Liana jadi bingung dan khawatir.
"Apa yang terjadi?! Kau baik-baik saja?!"
Liana menoleh menatap Carlos, "Apakah ada yang salah dengan wajahku?!"
"Hah?! Kenapa kau bertanya begitu?"
"Katakan dahulu!"
"Tidak, tidak ada yang salah ... hanya saja ...." menggantung kata-kata.
"Hanya saja? Hanya saja apa?!"
Carlos terdiam kemudian tersenyum, "Kau cantik,"
"CARLOS!"
"Tidak! Tidak ada yang salah! Kau ini kenapa sih?!" Carlos balik kesal.
"Semua orang menatap ku tadi, aku takut apakah ada yang salah sama wajah ku atau kenapa? Apa karena pakaian ku? Tapi pakaian ini juga menyesuaikan orang lain, bahkan ada juga yang pakaian baju sweater!" kata Liana sambil menaruh kepalanya di 𝘥𝘢𝘴𝘩𝘣𝘰𝘢𝘳𝘥 mobil.
"Tidak, mungkin karena mereka iri dengan mu,"
"Iri kenapa?"
"Antar jemput mobil yang mewah,"
Liana langsung menjulid, "Masih sempet-sempetnya kau sombong!"
"Ya maaf," Carlos mengambil posisi untuk mengemudikan mobilnya.
"Sebelum itu kita ke rumah Ayah dahulu,"
"Untuk apa?"
"Ambil buku-buku ku,"
"Baiklah,"
Sesampainya di rumah Kevin, Liana keluar dari mobil meninggalkan Carlos yang sendirian di mobil. Carlos menolak untuk masuk jadi ia lebih memilih menunggu Liana.
"Ayah, Liana pulang!"
"Liana!"
Liana memeluk Kevin begitu pun dengan sang Ayah.
"Bahagia sekali Ayah melihat mu," senyum Kevin.
"Liana juga, rin~du Ayah,"
"Apa kau sendiri?"
"Tidak, sama Carlos. Dia tidak ingin masuk jadi dia menunggu di mobil,"
Kevin langsung mengubah ekspresinya seperti sedih.
"Kau, akan pergi?" tanya Kevin.
Liana tersenyum kemudian memegang tangan Kevin.
"Sebenarnya Liana juga tidak mau meninggalkan Ayah, tapi mau bagaimana lagi karena situasi kita sudah tidak seperti dulu. Liana juga tidak mau kalau Ayah kenapa-kenapa, apalagi mereka adalah orang yang tidak mengenal keraguan untuk melukai seseorang,"
Kevin menunduk, "Maafin Ayah, kita terpisah begini karena Ayah,"
"Walaupun begitu, Ayah tetap berjuang demi kebaikan Liana," senyum Liana.
"Jangan begitu! Ayah semakin bersalah!"
"Huss! Ayah ini bilang apaan sih?! Dan Liana datang ingin mengambil buku-buku kuliah,"
"Oh, iya ambillah," senyum tipis Kevin.
"Sebentar ya ,Yah? Liana ke kamar dulu,"
"Iya,"
Liana pun pergi.
Tak lama kemudian Liana datang sambil membawa buku dan tas yang sedikit lebih besar dari tas kuliahnya.
"Mau Ayah bantu?" Kevin melihat Liana seperti kesulitan dalam membawa buku.
"Tidak, tidak usah! Liana bisa kok!" senyum Liana ceria.
"Kau yakin? Nanti jatuh loh,"
"Gak apa kok, 'kan bisa diambil lagi,"
"Bukan bukunya! Tapi kamu nya yang nanti jatuh!" tegas Kevin, apapun yang menyangkut keselamatan Liana harus nomor satu!
"Hehehe tenang, Liana bisa kok. Oh ya, besok Liana akan berkunjung lagi menemui Ayah. Dan jika tidak datang, itu artinya mereka masih mempertimbangkan permintaan Liana,"
"Apa pun itu, Ayah cuma ingin kau bisa bernafas tanpa beban. Tapi, Ayah lah yang memberi mu beban yang tidak kira-kira. Lebih parah lagi kau jadi jaminan hutang Ayah," tunduk Kevin.
"Ayah!" bantah Liana, "Liana pernah bilang pada Ayah, Liana gak suka yah kalau Ayah terus menyalahkan diri sendiri! Hal ini wajar bagi semua orang yang bekerja keras demi masa depan!"
Kevin malah hanya diam.
"Sudah, jangan dipikirkan. Liana baik-baik saja, mereka tidak melakukan hal yang kasar pada Liana. Jadi Ayah tidak perlu khawatir, Ayah juga lakukan aktivitas seperti biasa! Makan tepat waktu! Istirahat yang cukup! Jangan bergadang! Kesehatan Ayah lebih penting, apalagi Liana tidak bisa memantau Ayah!"
"Iya, sayang iya,"
"Kalau begitu Liana pamit, dah~ Ayah,"
Kevin melambaikan tangan tersenyum tipis, selagi Liana baik-baik saja itu sudah membuat nya senang. Tapi, terkadang Putrinya pintar menyembunyikan masalah kecil maupun besar, dan itulah yang di khawatirkan Kevin.
Bilangnya 'Tidak' ternyata masalah 'numpuk'.
Carlos membuka pintu dengan kakinya yang jenjang, Liana masuk ke dalam kemudian menutup pintu kembali.
"Kenapa lama sekali?!" kesal Carlos.
"Mengobrol dulu sama Ayah," santainya.
"Aku menunggu mu lama, kau tahu?!"
"Yah, aku tahu," angguk Liana tanpa beban.
Carlos mengalihkan pandangan dengan kesal kemudian memilih mengendarai mobilnya.
-
-
Carlos dan Liana keluar dari mobil begitu sampai di Mansion. Carlos juga membantu membawa buku Liana, padahal Liana melarangnya namun bukan Carlos jika keinginannya tidak dituruti.
"Lama sekali pulangnya?!" Arion dan Kenzo berjalan mendekati keduanya.
"Aku, mengambil buku di rumah Ayah," Liana.
"Selama itu?" Kenzo.
"Lama? Ku rasa cuma beberapa menit," jawab Liana.
Mata Arion memincing, Liana langsung mengalihkan pandangannya.
"Segera masuk kamar untuk istirahat," suruh Kenzo.
Liana mengangguk kemudian pergi dan Carlos mengikuti dari belakang.
Liana mendorong pintu dengan kakinya, ia menaruh buku di atas meja belajar begitu juga dengan Carlos.
"Terima kasih–"
Ucapan Liana terhenti kala Carlos memegang kedua bahu Liana.
"Ucapan saja tidak cukup, mulai hari ini sebelum dan sesudah melakukan sesuatu kau harus memberikan kecvpan padaku!"
"Apa?!" terkejut.
"Aku tidak suka ekspresi mu! Lakukan apa yang aku minta! Dan, jika kau tidak melakukannya biarkan aku yang memulai dengan cara ku sendiri!" ancam Carlos.
"Ka–kau berlebihan!"
"Berlebihan?! Tidak ada kata berlebihan setiap apa yang aku lakukan! Sekarang cepat lakukan sebagai ganti terima kasih!"
"Emang tidak ada cara–"
"Gak ada!" jawab cepat dengan ketegasan.
Liana menggigit bib1r bawahnya ragu selain itu malu, sepertinya ini tidak ada di ingatannya. Banyak sekali kejadian yang berubah dan tidak sesuai dengan kejadian sebelumnya, tapi ya seharusnya beruntung karena ia sedikit berhasil mengubah kehidupannya.
Tapi emang harus begini juga?
Dengan ragu, Liana mendekat ke wajah Carlos namun tiba-tiba terhenti. Carlos yang dari tadi menunggu kesal melihat Liana yang tidak bergerak maju ataupun mundur.
"Aku tidak bisa ....!"
Saat Liana ingin menjauhkan diri, Carlos menarik pinggang dan menc1um bib1r Liana. Liana sedikit terkejut dengan menutup matanya rapat.
Tidak hanya menempel saja, Carlos juga melvm4t b1bir Liana dengan lembut sehingga membuat Liana mulai terbuai. Kedua tangan Liana mengepal, antara malu tapi mau. Ia saja tidak bisa bergerak karena pelukan dari tangan Carlos begitu erat seakan-akan pria ini yang harus menentukan kapan selesainya.
Tidak juga! Liana sudah tidak kuat lagi, ia memukul pundak Carlos untuk segera dilepas karena ia sudah kehabisan nafas. Carlos pun melakukannya, Liana mengambil nafas sebanyak-banyaknya.
Melihat hal itu Carlos terkekeh tingkah lucu Liana, jadi ingin menjahilinya lagi.
"Cepat keluar dan lepaskan pelukanmu!" wajah Liana memerah.
"Kalau aku tidak mau?"
"A–aku ... aku harus beristirahat! Aku capek!"
"Bagaimana kalau aku temani?"
"TIDAK!"
Carlos tertawa puas, Liana yang sudah memerah padam membuat Carlos tidak bisa berhenti menjahili gadis ini. Oh si4l, ini sangat membuat ku gil4! Pikir Carlos.
Carlos melepaskan pelukannya, "Baiklah, istirahat yang cukup karena kita tidak tahu kapan waktu bermain," senyum Carlos.
"Apa maksud mu?" tanya Liana tanpa sadar.
Carlos mendekatkan wajahnya, "Kau akan membutuhkan banyak istirahat karena tenaga mu ini akan berguna waktu malam kita tiba, jadi persiapkan dirimu,"
Liana akhirnya mengerti maksud Carlos.
"DASAR MESVM! KELUAR DARI SINI!"
Carlos tertawa puas sambil berjalan keluar kamar. Liana bernafas tersengal-sengal menatap pintu yang ditutup oleh Carlos, bahkan suara tertawa Carlos masih terdengar. Liana menutup wajahnya dengan kedua tangan, membuat jantung tidak teratur saja.
-
-
Malam ini, Elvano baru saja memasuki Mansion, tampak wajah kesal dan lelahnya seperti habis melakukan aktivitas yang berat.
"Kenapa dengan raut wajah mu?" tanya Lucas sambil memegang gelas minumannya.
"Dimana Arion?!"
"Tuh," tunjuk Lucas dengan bib1rnya.
Tampaklah seorang pria yang dicari Elvano sedang duduk santai sambil menikmati minuman.
"Arion!" Elvano berjalan tegas ke arah Arion.
Tidak hanya Arion, semua temannya juga ada di sana.
"Apa maksud mu membatalkan rencana yang kita buat minggu lalu?!" protes Elvano.
"Apa?! Membatalkan rencana?!" sontak Carlos.
Kini tatapan mereka mengarah pada Arion.
"Kau tahu?! Lokasi pembangunan perusahaan yang akan dibangun sekarang sudah milik orang lain! Yohan bilang itu karena kau yang membatalkan perjanjian dengan mereka?! Apa kau gil4?!" marah Elvano.
Arion menatap datar ke arah Elvano.
"Bukan kah sudah disepakati bersama? Kalau sampai pembangunan itu jadi, kita bisa menghasilkan pemasukan yang lebih besar dari sekarang! Kenapa kau batalkan tanpa memberitahu kita?!"
"Lokasinya terlalu sempit," Arion.
"Hanya itu? Hanya karena ukurannya yang kecil sehingga kau batalkan tanpa persetujuan kita?!"
"Aku salah menjanjikannya," Arion meneguk segelas minuman.
"Hah?!" Elvano yang tidak mengerti setiap kata dari Arion, begitu juga yang lain.
"Tanah yang akan menjadi lahan pembangunan, tidak konsisten. Para pekerja yang disewakan oleh mereka tidak diperhatikan, beberapa barang yang akan dijadikan bangunan telah dicuri. Yah, dari pada kita yang rugi bukan kah lebih baik mereka yang mengganti rugi?"
"Apa? Maksud mu, lahan yang kita beli dari orang itu ... penipu?" Revan.
"Bukan penipu, lebih tepatnya pintar. Aku suka dengan cara orang itu yang diluar dugaan ku, sepertinya dia sudah melakukannya berkali-kali dengan orang lain. Salah satu korbannya adalah kita,"
"Kenapa kau tidak bertindak?!" Elvano.
"Dibanding memberontak, apakah tidak sebaiknya memiskinkannya?"
Mereka semua langsung berpikir. Arion meletakkan gelasnya kemudian tersenyum seringai.
"Aku akan memberantas perusahaannya sebagai ganti rugi uang yang ku berikan,"
•••
TBC.