NovelToon NovelToon
Ikhlasku Mencintaimu

Ikhlasku Mencintaimu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Romansa
Popularitas:31.8k
Nilai: 5
Nama Author: fieThaa

Ketika di bangku SMA, Gaffi Anggasta Wiguna dan Bulan Noora selalu berjalan berdampingan layaknya sepasang kekasih yang penuh dengan keserasian. Di balik kedekatan yang mengatasnamakan pertemanan, tersembunyi rasa yang tak pernah terungkapkan. Bukan tak memiliki keberanian, melainkan Bulan Tengah mengejar seseorang. Anggasta memilih jalan sunyi, memendam dan mencoba tetap setia mendampingi sampai kebahagiaan itu benar-benar datang menghampiri perempuan yang sudah membuatnya jatuh hati. Barulah dirinya mundur pelan-pelan sambil mencoba untuk mengikhlaskan seseorang yang tak bisa dia genggam.

Lima tahun berlalu, takdir seakan sengaja mempertemukan mereka kembali. Masihkah cinta itu di hati Anggasta? Atau hanya bayang-bayang yang pernah tinggal dalam diam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fieThaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Keprofesionalan

"Ketenangan gua sangat terganggu semenjak menjalin hubungan dengan Bulan."

"Terlalu berisik dan childish. Hal remeh aja selalu laporan. Makin membuat gua semakin enggak nyaman dengan hubungan ini."

Obrolan yang tak sengaja Bulan dengar di sebuah kedai kopi tepat di tiga hari yang lalu. Di mana Haidar tengah berbincang dengan teman kantor yang Bulan juga kenal. Sontak Senyum terangkat dengan hati yang sedikit sesak.

Ada alasan kenapa Bulan kini menepi. Bukan dia ingin memperbaiki diri, tapi dia sudah lelah dengan yang namanya cinta sendiri. Ibunya dan ibu Haidar selalu berkata jika cinta yang dimilikinya lambat laun akan dibalas dengan begitu hebat. Itulah yang membuatnya terus bersabar walaupun rasa lelah sudah hadir di satu tahun hubungan mereka.

"Sudah sejauh mana pendekatan dengan cucu pemilik perusahaan?"

Kembali Bulan tersenyum dengan tubuh yang bersandar di daun pintu yang tertutup rapat. Temannya ternyata tak bohong ketika mengadu jika melihat Haidar di Bandung dengan seorang wanita. Namun, Bulan memilih diam tak ingin membahas. Dia menginginkan sebuah ketenangan karena selama hampir tiga tahun hidupnya selalu dilanda kegelisahan.

.

Seruwet apapun masalah yang tengah melanda, Bulan tetap bekerja dengan profesional. Namun, ada mata yang sedari tadi paham akan keadaan Bulan yang sebenarnya . Lelaki memang jarang bermain hati, selalu bergelut dengan logika. Anggasta pun sadar jikalau Bulan sudah memiliki tunangan. Jadi, harus memiliki batasan.

Panggilan dari sang COO yang tak lain adalah kakaknya membuatnya harus keluar dari ruangan. Mendengar pintu ruangan direktur terbuka, Bulan pun menoleh. Namun, Anggasta berlalu begitu saja dengan langkah lebar.

Attitude selalu Anggasta gunakan walaupun perusahaan itu milik keluarga besar. Mengetuk pintu ruangan sang kakak barulah dia masuk ke dalam.

"Duduklah!'

Nampaknya akan ada pembicaraan serius. Wajah Gyan sudah sangat berbeda.

"Gantikan Kakak meeting di jam siang nanti."

"Kok mendadak?" Biasanya kakaknya tak seperti ini.

"Di Bogor sedang ada masalah. Kakak harus nemenin Papa ke sana."

Ternyata bukan dia sendiri yang datang ke acara meeting tersebut. Melainkan harus bersama Bulan Noora. Perempuan itupun pasti akan mematuhi perintah bapak COO.

"Meeting dengan siapa?" Bulan mulai membuka suara ketika mobil yang dibawa Anggasta sudah menjauh dari Wiguna Grup.

"Belum tahu," jawabnya dan membuat dahi Bulan mengkerut.

"Aspri Pak COO udah di sana. Beliau yang akan menjelaskan," lanjutnya.

Baru kali ini meeting dadakan mengandung teka-teki. Namun, Bulan pun tak bisa menawar. Beda atasan beda cara kerja. Lelaki yang seusia COO yang tak lain adalah Aspri Gyan sudah menyambut mereka dengan hangat . Menjelaskan perihal meeting yang akan diadakan sambil menikmati secangkir kopi. Dua orang itu mendengarkan dengan seksama.

Sebelum pamit untuk menemani Gyan ke Bogor, barulah materi diberikan. Mata Bulan melebar ketika melihat nama perusahaan yang tak asing untuknya.

"Selamat siang. Maaf, saya te--"

Suara itu terhenti ketika Anggasta menoleh. Matanya menatap dalam ke arah perempuan yang berada di samping Anggasta. Terlihat keterkejutan daei bola matanya. Beberapa detik kemudian, Bulan menganggukkan kepala dengan mengukirkan seulas senyum profesional.

Sebenarnya Anggasta sedikit terlonjak. Namun, dia bisa menutupinya dengan baik. Dia yang memang begitu ramah kepada semua orang sudah berdiri dan menyambut lelaki yang masih mematung dengan mata yang mentap Anggasta dengan tajam.

"Tak apa, Pak Haidar. Silahkan duduk," ucapnya dengan sangat sopan dan hangat.

"Maaf, Pak Gyan tak bisa hadir karena ada urusan mendadak. Dan saya akan menggantikan Beliau di meeting siang ini."

Bulan dan Haidar saling berhadapan. Anggasta mencoba bersikap santai walaupun dia melihat bagaimana tatapan Haidar kepada Bulan. Untung saja Haidar tak sendiri datang ke sana. Jadi, bisa profesional dalam pembahasan kerjasama antara dua perusahaan.

Haidar akui jika Anggasta begitu pandai. Dari tutur kata serta penyampaian begitu tertata. Sekarang, giliran Bulan yang mulai menjelaskan. Semakin dibuat tercenganglah dirinya dengan kemampuan Bulan sekarang. Dia tak tahu jikalau tunangannya begitu cerdas.

"Pantas saja Anda bisa menjadi direktur di usia muda. Ternyata Anda sangat berkompeten."

Hanya seulas senyum yang Anggasta berikan sebagai ucapan terimakasih atas pujian yang dilontarkan. Dia bukanlah orang yang akan terbang jika disanjung. Malah, sanjungan diartikan sebagai alarm diri supaya tak menjadi manusia besar kepala.

"Dan asisten Anda pun selain cantik juga pintar. Pantas saja kerjasama besar bisa Wiguna Grup dapatkan. Kalian adalah partner yang sangat baik."

Bulan dan Anggasta kompak saling tatap dengan senyum yang mengembang. Sedangkan lelaki yang ada di depan mereka sudah memasang wajah datar dan sulit diartikan.

Pembahasan kerjasama selesai dan berlanjut makan siang dengan sesekali berbincang santai. Ponsel Haidar berdering dan membuat dua orang di sana mengalihkan atensi. Tapi, tidak dengan Bulan yang terus menikmati makanannya.

"Pasti dari cucu cantik Pak CEO," goda rekan sekaligus atasan Haidar.

Haidar hanya tersenyum kecil. Ujung matanya melirik ke arah Bulan yang masih bergeming.

"Halo."

...

"Berjalan lancar. Enggak ada kendala."

...

"Iya, sekarang lagi makan siang."

Bibir berbicara dengan orang yang ada di balik sambungan telepon. Tapi, tidak untuk matanya yang terus menatap Bulan yang sedari tadi masih asyik mengunyah makanan.

"Kamu juga hati-hati."

Sembari makan ada hati yang terus bermonolog. Di mana ada keirian yang Bulan rasakan. Tak pernah Haidar berkata selembut itu kepada dirinya. Sedangkan kepada cucu cantik pak CEO kalimat yang terlontar begitu lembut dan hangat.

Anggasta mendekatkan wajahnya ke telinga Bulan. Sontak perempuan yang tengah bergelut dengan pikirannya mulai menatap ke arah lelaki yang mulai menunjukkan ponselnya. Seketika Bulan pun tertawa. Dan itu tak luput dari pandangan Haidar.

Baru di meeting kali ini Haidar lebih banyak diam. Sampai sang atasan menegur ketika Bulan dan Anggasta asyik tertawa sambil menatap ke layar benda pipih milih Anggasta.

"Kenapa dengan kamu?"

"Tidak kenapa-kenapa, Pak."

Anggasta dan Bulan pamit lebih awal karena masih ada meeting lain yang harus dihadiri oleh sang direktur. Tangannya dijabat cukup kencang oleh Haidar. Dan hanya senyum kecil yang Anggasta ukirkan. Melihat sikap Haidar yang sudah berbeda, Bulan pun membuka suara yang bertujuan untuk melerai.

"Pak, jadwal meeting sebentar lagi," ujar Bulan dengan mata yang tertuju pada Anggasta.

Haidar pun melepaskan tangan direktur Wiguna Grup. Dan kembali Anggasta tersenyum ke arah lelaki di hadapannya.

"Saya harap keprofesional tetap menjadi poin utama dalam kerjasama ini."

Kalimat yang biasa diucapkan, tapi bermakna beda bagi Haidar. Bulan hanya menganggukkan kepalanya dengan sopan bentuk keprofesionalan. Dan berlalu begitu saja seperti orang asing. Haidar merasakan de Javu.

"Jangan bilang kepada siapapun tentang hubungan kita. Bekerjalah dengan profesional."

Setiap kali mereka bertemu, Haidar akan melengos seakan ada jarak kasta antara atasan dan karyawan biasa. Serta setiap kali dia dan sekretarisnya dekat tanpa jarak, Bulan dituntut untuk tidak cemburu. Sekarang, dia merasakan apa yang Bulan rasakan. Seperti karma yang baru menemukan alamat.

...**** BERSAMBUNG ****...

Yuk dikomen

1
Anrezta Zahra
good job alma..
N I A 🌺🌻🌹
good job alma,👍👍👍👍
suryani duriah
orang kayah kalo marah beda bgt ya🤭 tetap elegan😁😁
Nurminah
good laki-laki jenisan Haidar nggak layak buat wanita baik2
dari dulu selalu nahan buat ngehujat si bulan tapi sekarang jujur muak liat wanita oon yg mau aja diperbudak cinta sampe jadi nggak tau malu dan buta hadeh wanita jenisan bulan emang cocok ama laki-laki jenis Haidar sama2 rela jatuhin harga diri demi cinta kemaren sempet agak seneng liat karakternya pas lepasin Haidar sekarang jujur ilfil sudah dan nggak layak buat gagas terlalu berharga keluarga singa cuman dapet menantu sekelas si bulan
Salim S
di balik sikap ceria, bar bar nan absurd nya tersimpan iblis yg sangat kejam 👍👍👍👍bagus lah cocok jadi mantu nya keluarga singa....spill penyakitnya alma dong teh jangan nanti alma nya di buat meninggal ya teh kasihan gagas...sisi lain daei seorang alma, cucunya siapa ya alma tuh pernah nongol di cerita sebelumnya ngga teh kakek nya alma..penasaran
Lusi Hariyani
nah kan tunjukkan kuasamu alma lgan haidar sm bulan g th diri bngt
Riris
sadissss.....
kalau cewe udah terluka
pilihan opa ngga ada yang meleset...
mimih juna
best almaaaaaaa
nonaleutik
wewww aura singa betina nya awur awuran
good job alma👍 gausah jadi manusia gaenakan nanti mereka yg seenak jidat kaya mamak nya si haidar
sum mia
good Alma....emang sudah saatnya kamu tunjukkan taring mu . jangan lagi kau biarkan orang lain menggunjing san merendahkanmu .
lagian tuh ya.... para karyawan gak punya otak kali ya , dimana dia bekerja bisa-bisanya merendahkan dan menggosip pimpinannya , pada udah bosan kerja kali ya .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
Quinza Azalea
ya emang manusia kayak haidar gk tau diri harusnya pecat aja Al
Bunda'nya Alfaro Dan Alfira
mari lah kita ikuti kisah nya..semangat
Ida Lestari
wah keren ya Alma.......emang pantes deh kyaknya jdi pasangannya gagas.........
lnjut trus Thor
semangat
Heni Fitoria
kpn giliran gaffi, sebenernya AQ suka gagas sama bulan...
Yus Nita
selalu jd pahlawsn buat orang lain.
psfshal diri ny sen d iri pun menyimpsn luka yg tsk bisa di gambar kan.
Putu Sriasih
cerita yg luar biasa
Amidah Anhar
Sudah sampai puncak kayak nya dekat dekat ending ini mah...
sya dukung gagas sma Alma..
saya pantau terus author nya
Rahmawati
alma udah disakiti masih aja ngelindungi Haidar, km baik bgt al
nonaleutik
nahlohhh cucu singa nih opa yg buat Alma menduakan si Haidar 🤭
jiwa melindungi gagas mencuat 🤭
btw oppa cucu nya abis di siram sama Mak nya Haidar TUHH masa diem2 aje
sum mia
penyakit apa yang diderita oleh Alma , sehingga dia harus mengkonsumsi obat .
jadi orang jangan terlalu baik Al.... sesekali beri mereka pelajaran , biar mereka bisa melek , bisa buka mata lebar-lebar dan bisa melihat siapa yang salah dan siapa pula yang benar .

lanjut terus kak semangat moga sehat slalu 😍😍😍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!