Setiap pagi, Sari mahasiswi biasa di kos murah dekat kampus menemukan jari manusia baru di depan pintunya.
Awalnya dikira lelucon, tapi lama-lama terlalu nyata untuk ditertawakan.
Apa pabrik tua di sebelah kos menyimpan rahasia… atau ada sesuatu yang sengaja mengirimkan potongan tubuh padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Awanbulan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14
Sugeng Widodo, pemilik Hotel Widya Mandala yang berusia 46 tahun, menyerahkan urusan hotel kepada staf malam ketika tamu kebanyakan adalah keluarga. Namun, ketika para mahasiswa menginap untuk kemah pelatihan, ia begadang semalaman untuk menangani masalah apa pun yang mungkin timbul. Hari ini, seperti biasa, para mahasiswa yang berani keluar untuk uji nyali berteriak-teriak dan membuat keributan.
Setelah Olimpiade Jakarta dan keputusan untuk menjadi tuan rumah Pameran Dunia Surabaya, industri perhotelan berkembang pesat. Pada masa yang dikenal sebagai masa kejayaan perhotelan kedua, keluarga Widodo memutuskan untuk membuka hotel di properti mereka pada tahun 1975, sebagian berkat penemuan sumber air panas berkualitas tinggi di lahan mereka.
Sementara desa-desa di sekitarnya semakin sepi dan ditinggalkan satu per satu, banyak wisatawan mengunjungi Hotel Widya Mandala untuk menikmati sumber air panas berkualitas tinggi.
Banyak petani yang menanam anggur dan persik di wilayah ini, dan Gunung Sakamaki yang menjulang di latar belakang merupakan lokasi yang ideal untuk pendakian gunung rendah di ketinggian 982 meter di atas permukaan laut. Hotel Widya Mandala dikunjungi banyak tamu, tetapi setelah tiga bencana alam, hotel ini sempat hampir tutup. Namun, tepat ketika hotel ini sedang membangun kembali bisnisnya, guncangan pandemi melanda.
Wabah infeksi terjadi tepat saat teater baru saja direnovasi, dan bisnis hotel kembali terpuruk ketika sebuah video yang diunggah oleh seorang tamu menimbulkan kehebohan besar.
Berbeda dengan Hotel Haya yang telah lama berdiri, yang menjadi perbincangan hangat karena gaya retro era Orde Baru dan foto-fotonya yang layak diunggah ke Instagram, Hotel Widya Mandala menjadi perbincangan karena video-video hantu yang direkam di sana.
Sugeng, yang telah bekerja sebagai pemilik hotel selama bertahun-tahun, tidak mengetahui detailnya, tetapi tampaknya beberapa tamu telah membicarakan fenomena gaib yang terjadi di dalam hotel.
Hotel ini dibuka pada tahun 1975, sehingga bangunannya sudah tua, dan lampu gantung di aula masuk serta perlengkapan asli lainnya masih tersisa. Berbicara tentang gaya retro Orde Baru, hotel ini mungkin hampir menyaingi Hotel Haya, tetapi dengan tambahan “fenomena gaib” pada estetika retro Orde Barunya, banyak penggemar mulai datang berkunjung sebagai tamu.
Sekitar sebulan yang lalu, saya menerima telepon dari klub teater Universitas Nusantara yang ingin menginap di hotel untuk pelatihan. Mereka sudah membuat reservasi dan mengatakan ingin berlatih drama di teater yang terhubung, tapi…
“Mereka membuat keributan lagi.”
“Kalau seseorang merusak pintu geser itu, saya akan pastikan mereka membayarnya.”
Begitulah yang dipikirkan Sugeng. Namun, ia terkejut melihat para mahasiswa berlatih dengan serius dan makan tanpa ribut-ribut.
“Mungkin mereka adalah anak-anak yang sangat baik?”
Dan ketika saya sedang mempertimbangkan kembali pikiran saya, “Gyaaaaaaaaaaaaaa!” terdengar jeritan.
Saya berdiri, bertanya-tanya apakah mahasiswa di mana-mana sama saja, ketika saya melihat para mahasiswa yang tadinya berada di luar bergegas masuk ke hotel dengan panik.
“Yu… yu… hantu!”
“Saya melihat hantu perempuan untuk pertama kalinya…”
“Menakutkan! Menakutkan! Menakutkan! Saya nggak akan bisa tidur malam ini!”
Para mahasiswi berpelukan dan berteriak kegirangan, sementara para mahasiswa berlutut, terengah-engah, dengan wajah pucat.
“Hantu~” katanya.
“Ya, kami memang melakukan pengusiran setan secara rutin, tapi sepertinya ada kemungkinan besar mereka akan muncul,” ujar Sugeng, yang menyambut mereka di meja resepsionis, sambil mendesah dan mengacungkan senter kecil.
“Itu dia! Itu hantu! Katanya dia gantung diri di pohon!”
Seorang mahasiswa masih bersemangat, dengan sudut mulutnya berbusa.
“Semuanya, sebaiknya tenang dulu. Saya akan menyajikan teh pembersih untuk kalian sekarang, jadi setelah meminumnya, kalian akan baik-baik saja.”
Sugeng tetap berada di meja resepsionis untuk menenangkan para tamu yang panik. Ia menyajikan teh Indonesia dengan sedikit garam dalam cangkir kertas kecil, menyebutnya teh pemurni, dan sebagian besar tamu tampak tenang.
“Ngomong-ngomong, tehnya murah dan dijual di minimarket lokal, dan garamnya ditambahkan untuk memberi rasa bersih. Ini efek plasebo yang sempurna,” pikir Sugeng.
“Agak asin…”
“Itu garam pemurni, kan?”
“Saya merasa beban berat di pundak saya berkurang…”
Mereka yang percaya akan diselamatkan. Bahkan kondisi fisik mereka pun membaik berkat kepercayaan ini.
“Mata air panas kami konon dapat digunakan sebagai pemandian pengusir setan, dan katanya ampuh untuk mengusir hantu. Kalau kalian melihat hantu, sebaiknya hangatkan diri di mata air panas sebelum tidur.”
“Pemandian penyucian?”
“Kalau dipikir-pikir, airnya agak asin.”
Saat air dipompa dari bawah tanah, garam yang terkandung dalam tanah bercampur dengan air, membuatnya terasa asin, tetapi kami ingin Anda menganggap ini sebagai efek mineral dan pemurnian tambahan.
“Kami akan meninggalkan sepoci teh di resepsionis, jadi silakan datang dan minum kapan saja. Kami juga menyediakan gelas kertas.”
Hotel ini, yang sempat membuat heboh dengan rekaman gaibnya, kini telah meningkatkan responsnya terhadap tamu yang panik saat melihat hantu.
“Kurasa saya akan mandi di sumber air panas.”
“Saya juga…”
“Saya juga…”
Sugeng membimbing para mahasiswa ke keadaan tenang, dan saat mereka hendak menuju ke sumber air panas, “Aaaaaaaaaaaaah!” terdengar jeritan kesakitan seorang wanita.
