Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Antara Polos Dan Pura-pura Lupa
Naima tidak bisa lagi berkonsentrasi dalam belajar,apa yang di lihat nya tadi terus berputar di kepala nya.
" Sejak Kapan ? Apa Ibu nya sudah tahu tentang ini dan sengaja memilih diam demi kelihatan baik-baik saja?"
Naima tanpa sadar meremas pulpen di tangan,Lara menatap curiga setengah mati kepada sahabat nya.pagi ini untuk pertama kali nya Naima terlihat kosong di saat jam pelajaran tengah berlangsung.tidak ada lagi kata fokus sambil menatap ke depan atau senyum penuh makna pertanda mengerti dengan penjelasan guru.
"Ada yang bikin masalah lagi?"tanya Lara sambil memiringkan kepala, tatapan nya menyelidik dalam.
Naima hanya menoleh sekilas dengan wajah menyimpan banyak beban,senyum tipis itu bak racun.
Isi kepala nya hanya tentang Rudi dan seorang wanita muda.
" Belum, tunggu waktu yang tepat."jawab nya singkat.
Naima masih ragu,benarkah wanita itu kekasih dari Ayah nya atau lebih dari itu,tidak mungkin mereka saudara ataupun hanya teman biasa karena apa yang Naima lihat tadi lebih dari sebatas itu.
Dia masih butuh waktu untuk memproses semua yang di lihat nya,sayang sekali Naima tidak punya kamera untuk mengambil bukti kelakuan Ayah nya .selama belum ada titik terang Naima memilih menyimpan nya sendiri.
" Apa Bibi tahu kelakuan Adik nya selama ini? Aku harus tanya Bibi?" namun belum sampai lima menit Naima sudah menggeleng kan kepala nya.
Bertanya kepada Bi Lidia bukan lah solusi yang tepat.pasti sang Bibi akan menutupi kelakuan adik nya dan kembali menjelek-jelekkan sang Ibu.tidak ada yang bisa Naima harapkan dari keluarga Ayah nya, mendiang Nenek nya juga tidak suka kepada mereka bertiga.
Lara membiarkan Naima sendirian, selama ini dia sudah sangat mengenal dekat Naima.tidak mungkin Naima akan terus diam jika tidak ada masalah yang mengganggu pikiran nya.
Lara kembali menatap fokus mendengar penjelasan dari guru nya, sementara Naima juga sama namun beda nya Naima sama sekali tidak tertarik dengan penjelasan dari guru nya.
" Orang pintar memang beda! Tanpa belajar pun ot4k nya sudah encer,beda sama Aku yang selalu mendapatkan nilai C." gumam Lara terkikik geli.
Sepulang sekolah Naima kembali melewati salon kecantikan itu,namun pintu salon tertutup rapat dan motor bapak nya juga sudah tidak ada lagi di sana.mungkin bapak nya sudah pergi bekerja dan akan kembali sore nanti sesuai janji Rudi kepada wanita nya.
" Kamu dari mana Nai?" tanya Bu Maryah melihat wajah lelah dari Naima dan jam pulang sekolah anak nya juga sudah lewat tiga jam lebih dari biasa nya.
" Cari Bapak ." jawab Naima jujur.
Bu Maryah menahan lengan Naima dengan penuh tanda tanya,Naima yang masih kesal karena kepikiran terus tentang kelakuan Rudi lalu mengusap wajah dengan kasar.
" Bapak mu lagi kerja! Terus Kamu tempat kerja Bapak?" tanya Bu Maryah memastikan.
Naima menggeleng kan kepala dengan cepat.ingin sekali dia menjawab mencari ketempat cewek nya namun Naima masih berpikir dua kali untuk mengungkap rahasia ini.
" Bapak selama ini pernah nggak sih kasih Ibu uang belanja?" tanya Naima berbalik mengintrogasi ibu nya.
" Untuk apa Kamu bertanya tentang hal itu? Kalau Bapak dengar nanti jadi marah."ujar Bu Maryah sambil menatap ke arah pintu jaga-jaga jika suami nya tiba-tiba muncul karena sewaktu awal menikah suami nya selalu pulang jam segini tak pernah ada lembur.
Namun sekarang sudah jauh berbeda.meskipun tidak ada lembur Rudi sering telat pulang bahkan tidak pulang sama sekali.
Naima menulikan telinga berdecih dalam hati melihat Ibu nya yang selalu memikirkan kemarahan sang Ayah sementara perasaan Ibu nya sudah sering di abaikan.
" Aku cuman pengen tahu kemana pergi nya gaji bapak selama ini? Kenapa ibu selalu bekerja keras sementara Bapak yang jelas-jelas bekerja selalu tidak punya uang untuk kebutuhan kita." Naima tidak habis pikir ibu nya ini terlalu polos atau bagaimana sih?
" Maksud Kamu bagaimana sih Nai? Kenapa mendadak bertanya seperti itu padahal selama ini Kamu tahu sendiri beban Bapak."ucap Bu Maryah masih tetep membela suami nya.
" Kata Bibi mu Bapak membayar utang peninggalan Nenek mu, sekalian bayar uang tetangga yang di pakai untuk pengobatan Nenek juga." sambung Maryah lagi membuat Naima semakin mendelik marah.
Pandai sekali Bibi nya bersandiwara.sebagai Kakak seharusnya sang Bibi menasehati adik nya yang bermain wanita bukan malah mendukung kebohongan nya.Nenek nya jelas-jelas punya uang banyak peninggalan dari Kakek nya,kalau pun punya utang kenapa tidak Bibi nya yang serba ada membantu membayar utang tersebut.
Naima tidak tahu harus memulai semua nya dari mana.
" Bibi kok di percaya! Mereka pasti bohong itu Bu."Naima meninggal kan ruang tamu lalu masuk ke dalam kamar nya.
Mulut nya terasa pahit untuk mengatakan apa yang sudah dia ketahui.sementara Bu Maryah sendiri terpaku di tempat dengan wajah pucat nya.
Mungkin kah Naima juga melihat hal yang sama seperti yang di lihat nya beberapa waktu yang lalu?
Bu Maryah duduk lesehan di lantai sambil membungkus keripik singkong hasil buatan nya sendiri.karena kebanyakan melamun tanpa sadar tangan nya ikut terkena panas nya api yang menyala dari Lilin.
" Aww..." rintihan itu terdengar oleh Naima yang baru selesai berganti pakaian.
Naima bergegas keluar dari kamar untuk melihat apa yang sudah terjadi kepada ibu nya.wajah lelah sang ibu selalu di paksa untuk bekerja keras.alasan sang ibu selalu sama asalkan mereka bisa sekolah ibu nya tidak masalah.
Baju yang di pakai ibu nya juga sudah lusuh seperti kain lap, berbeda sekali dengan baju yang di pakai oleh wanita simpanan ayah nya.
Boro-boro beli baju baru,mau makan saja susah.setiap lebaran juga belum tentu bisa beli baju baru.Naima dan Dito sudah terbiasa dengan hal seperti ini.
" Sini biar Naima saja yang melanjutkan nya Bu,sana ibu istirahat saja." usir Naima dengan tegas supaya ibu nya tidak keras kepala.
" Ini tinggal sedikit lagi.Kamu makan saja dulu." nah kan ibu nya tetap tidak mau beranjak.
Naima menghela nafas panjang.dia tidak mau melihat ibu nya jatuh sakit lagi, ibu nya harus tetap sehat sampai Waktu nya datang.kesuksesan nya nanti harus di saksikan oleh sang Ibu.susah sekali meminta ibu nya untuk istirahat dan melupakan sejenak kesibukan nya.
Naima mengambil paksa semua pekerjaan ibu nya,tanpa perduli dengan panggilan dari ibu nya.
" Ibu tidur saja dulu,ini biar Naima yang melanjutkan nya." kata Naima memulai membungkus keripik singkong dengan begitu cekatan dan rapi.
Bu Maryah mengalah karena kepala nya juga mulai terasa panas.dengan sempoyongan Bu Maryah berjalan masuk ke kamar.
Di tatap nya lama-lama sekeliling kamar ini, sudah sejak lama tidak ada kehangatan di sini.Bu Maryah sejujurnya juga sangat merindukan kehangatan itu,namun apa boleh buat.setiap malam suami nya jarang pulang.sebagai manusia yang normal Bu Maryah tentu paham betul apa yang sedang terjadi.
" Yang penting dia masih ingat punya anak saja sudah cukup,Aku tidak meminta lebih." gumam nya sambil merebahkan tubuh lelah di kasur tipis.
Di luar kamar, begitu melihat Dito sudah pulang dan hendak mengajak nya berbicara.Naima langsung menyimpan jari telunjuknya di bibir sebagai pertanda supaya adik nya diam dan tidak berisik.
" Kamu mau makan dulu atau mau antar keripik ini ke warung?" tanya Naima setengah berbisik supaya ibu nya tidak terganggu.
" Antar keripik nya saja dulu." Dito menyimpan tas lalu kembali keluar dengan membawa tiga ikat keripik singkong yang akan di titip di tiga warung yang terletak lumayan jauh dari rumah mereka.
Dito mengayuh sepeda dengan sekuat tenaga nya,masa remaja nya juga sering di habiskan untuk membantu sang ibu.tidak ada kata malu yang penting tidak mencuri dan mengganggu orang lain.
Ajakan bermain bola dari teman nya sering kali di tolak karena Dito yang tidak tega melihat wajah lelah dari ibu nya.bahkan jika sedang libur sekolah Dito sering pergi ke pasar bekerja serabutan yang penting bisa menghasilkan uang.lalu uang nya di tabung untuk membeli kebutuhan nya sendiri.
Terlalu mandiri kakak beradik ini, berbeda dengan Bapak nya yang saat ini tengah sibuk bercumbu mesra dengan wanita muda di sebuah tempat karaoke.
" Mhhh....." lenguh wanita yang bernama Neneng.
Rudi melum4t rakus bibir Neneng yang memakai lipstik tebal,salah satu tangan nya sudah merayap kemana-mana sampai membuat Neneng menggelinjang hebat.
" Kamu seksi sekali Neng." ucap Rudi dengan mata penuh gairah.
" Ya iya dong Mas! Jangan samakan Aku dengan istri dekil mu itu.besok Aku mau beli baju baru,jangan lupa uang nya." Neneng menatap Rudi dengan genit.
Batang pohon Rudi sudah berada dalam genggaman tangan Neneng, membuat Rudi hilang kendali dan melakukan yang dia inginkan di dalam ruangan karaoke yang remang-remang ini dengan di temani alunan musik yang sengaja di setel keras.
" A......Hhhhhh.... Ya terus Mas!" seru Neneng keenakan.
Neneng lupa jika dia sudah menjadi perusak dalam rumah tangga wanita lain,pernah suatu hari Neneng sengaja datang ke pasar dan menemui Maryah,bukan nya membeli dagangan Maryah yang ada Neneng malah menghina Maryah yang sama sekali tidak melakukan kesalahan.
Neneng mempermalukan Maryah habis-habisan, tidak ada yang membela Maryah kecuali pemilik warung tempat Maryah bekerja.
" Kamu lagi yang di atas beb." ganti posisi dan Neneng menyambut nya dengan senang hati.
" Neneng....Mas....Sampai..."
Bersambung...
Jangan lupa like,vote dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar guys.
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...