Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Malam pertama?
Krekkk...
Pintu kamar tertutup rapat di saat Lei Guiying sudah kembali. Bibi Sui juga pergi meninggalkan kamar untuk kembali beristirahat.
Dari dalam lemari seseorang keluar. Pria kekar dengan penutup wajah berlutut di hadapan gadis berbalutkan gaun indah. "Panglima, semua dokumen yang kita butuhkan sudah lengkap."
"Kabari mata-mata yang ada di dalam istana untuk mulai pergerakan. Kita sudah tidak memiliki waktu lagi." Lei Guiying menatap kearah jendela yang masih terbuka. Angin malam itu bertiup tenang juga nyaman. Namun hawa dingin juga ikut serta masuk.
"Saya mengerti."
"Kamu bisa pergi." Lei Guiying berjalan menuju ke arah kursi di tengah ruangan kamar. Gadis itu duduk setelah gaun yang ia kenakan sedikit di sibak ke samping.
Pria itu bangkit namun wajahnya menunjukkan keraguan.
"Katakan."
"Panglima, Tuan muda kedua dalam perjalanan menuju negara Dengxi. Kami sudah berusaha untuk menyembunyikan setiap informasi. Tapi Tuan muda Lei Guangyi tetap yakin untuk datang ke negara ini," jelas pria itu.
Lei Guiying tidak menunjukkan keterkejutan dalam pandangan matanya atau gerakan tubuhnya. Dia hanya tersenyum tipis lalu berkata, "Pastikan kalian untuk tetap menahannya di garis perbatasan. Jangan sampai dia memasuki negara Dingxi. Sekalipun dia berhasil masuk ke negara ini. Cegah dia datang ke Ibu Kota. Dia bisa menggagalkan semua kerja keras yang kita lakukan."
"Baik." Pria itu langsung pergi melompati jendela dan menghilang di tengah malam yang sunyi.
Kabar terbakarnya tiga titik penting yang ada di istana membuat kegemparan di seluruh negeri. Semua orang justru mengaitkan hal ini dengan negara Menghua yang telah membuat kesepakatan.
Suara ketukan pintu terdengar dari arah luar. Lei Guiying berjalan mendekat membukakan pintu. Kedua alisnya menyatu melihat suaminya ada di hadapannya. "Pangeran kesembilan." Memberikan hormat.
Shui Long Yin menarik tangan istrinya masuk ke dalam ruangan kamar. Dia duduk di atas tempat tidur berbarengan dengan gadis di depannya. "Aku akan membantu mu memakaikan obat." Berusaha meraih salah satu kaki istrinya namun gerakan tangannya di tahan.
"Tunggu, apa yang kamu lakukan?"
Pria itu menatap santai. "Aku suami mu. Apa yang kamu pikirkan?" Gerakan tangannya sangat cepat di saat mendorong tubuh istrinya kearah tempat tidur. Wajahnya hanya berjarak satu jengkal dari wajah istrinya. "Kenapa? Apa kamu merasa tidak rela jika malam ini menjadi malam pertama kita?"
Tanpa pria itu sadari belati tajam sudah akan menekan punggungnya.
Lei Guiying tersenyum hangat, "Kamu suami ku. Tentu aku tidak akan keberatan jika malam ini kita bisa menyelesaikan ritual setelah pernikahan." Tangan kirinya membelai lembut kearah wajah yang ada tepat di atasnya. "Bibi ku juga telah mengajarkan ku banyak hal. Dalam setiap gerakan untuk menyenangkan suami ku. Apa pangeran kesembilan ingin merasakannya?" Wajah centil gadis itu terlihat sangat alami.
Shui Long Yin menarik tubuhnya agar bisa bangkit. Senyuman samar terlihat di bibirnya. Dia menarik kaki kanan istrinya lalu melepaskan sepatu yang ia kenakan. Di bagian pergelangan kaki bekas lebam terlihat cukup pekat. "Jangan bergerak." Memijat perlahan.
Untung saja belati di tangan kanannya sudah di simpan kembali di saat suaminya bangkit. Gadis itu duduk tenang menatap kaki kanannya di pijat perlahan setelah di berikan obat.
"Apa ini tidak sakit?" Shui Long Yin menatap gadis di depannya yang terlihat biasa saja saat luka di kakinya di berikan tekanan cukup kuat.
"Iisss..." Meringis kesakitan. "Bagaimana mungkin tidak sakit. Suami ku, ini sangat menyakitkan. Kamu harus lebih lembut lagi." Dalam hati Lei Guiying dia mengutuk dirinya sendiri karena telah bersikap manja juga genit. Menjadi gadis centil yang sangat menjijikkan. "Aaaa..." sedikit tekanan jeritan terdengar. "Lebih pelan." Memukul dada suaminya dengan gerakan lembut.
"Baik." Shui Long Yin tetap melanjutkan memijat kaki istrinya selama setengah jam lamanya. "Malam ini aku akan tidur di sini."
"Apa tempat tidur mu sudah tidak nyaman? Kenapa memutuskan dengan tiba-tiba? Aku masih belum menyiapkan semuanya. Setidaknya aku ingin berbenah agar membuat mu jauh lebih nyaman," ujar Lei Guiying mengedipkan kedua matanya manja. Dia menyentuh lembut lengan kekar suaminya menyandarkan kepalanya perlahan.
Shui Long Yin bangkit dari tempat duduknya. Dia merasa tidak nyaman dengan sikap istrinya yang cukup berani. "Tidak perlu persiapan. Cukup tambahkan saja satu bantal baru untuk ku." Berjalan pergi dari ruangan kamar.
Lei Guiying bangkit dari tempat tidur. Alisnya menyatu di saat dia tidak dapat lagi membuat alasan untuk mengelak. "Aku bahkan lupa meminta racun dari Guangyi." Memukulkan tangannya pada pinggiran tempat tidur.
Setelah lewat tengah malam Shui Long Yin masuk ke dalam kamar istrinya. Dia berbaring tepat di samping gadis muda yang terlihat canggung. "Sudah malam. Kita harus tidur." Memiringkan tubuhnya. "Jika kamu terus memperhatikan ku. Bagaimana aku bisa memejamkan kedua mata ku." Menatap kearah istrinya yang terlihat bersiaga. Senyuman di wajahnya semakin terlihat. "Tenang saja, malam ini. Aku hanya ingin tidur di sini. Tidak akan ada yang terjadi." Menarik lengan istrinya.
Lei Guiying berbaring dengan memiringkan tubuhnya. Dia membuat batasan dari dua bantal. "Aku sedang datang bulan. Tidak bisa memuaskan suami ku. Aku merasa bersalah untuk itu."
Shui Long Yin memiringkan tubuhnya memunggungi gadis itu. "Aku mengerti." Dia memejamkan kedua matanya. Perasaan tenang yang tidak pernah ia rasakan kini membuatnya tertidur lelap meski baru membaringkan tubuhnya.
Lei Guiying juga memejamkan kedua matanya. Malam itu dia juga tertidur sangat pulas. Bahkan dirinya melupakan semua batasan yang ia lakukan. Sekitar pukul enam pagi, gadis itu membuka kedua matanya. Dia menarik nafas dalam di saat wajahnya sudah melekat di wajah suaminya. Tangannya dan kakinya bahkan sudah memeluk pria yang ingin ia hindari. Dia berusaha untuk mengangkat kaki dan tangannya perlahan. Namun gerakan kecil sudah membangunkan suaminya.
Senyuman tipis mengembang di wajah Shui Long Yin. "Aku kira perlawanan semalam benar adanya. Ternyata kamu cukup ganas saat tidur. Terus menarik tubuh ku berkali-kali saat aku berusaha untuk menghindar." Bangkit dari tempat tidur. "Sudah lama sejak aku merasakan tidur nyenyak. Ini cukup menyegarkan." Berjalan pergi meninggalkan ruangan kamar.
"Huhhfff..." Han Yu menghela nafas dalam menyembunyikan wajahnya di balik bantal. Dia merasa harga dirinya telah hancur hanya dalam waktu satu malam.
Pelayan pribadinya masuk membawakan baskom berisi air hangat untuk mencuci wajah dan kaki. Dia berlutut di hadapan Selir Li berusaha membasuh kaki gadis muda di depannya.
Lei Guiying langsung menghindar. "Aku akan melakukannya sendiri. Zue er, kamu bisa menyiapkan hal yang lainnya."
Pelayan Zue er bangkit dari lantai. "Baik." Dia mulai menata semua keperluan Selir Li.
Gadis itu bangkit dari tempat tidur lalu berjalan keluar dari kamar melihat cuaca cerah yang sangat nyaman. "Ahhhh..." Merenggangkan tubuhnya. Tubuhnya terasa sangat kaku. 'Aku harus mencari cara agar dapat berlatih ilmu bela diri,' gumamnya di dalam hati. Sembari merasakan kehangatan dari cahaya matahari pagi.