Hati wanita mana yang tidak akan hancur melihat sang suami sedang melakukan hubungan suami istri dengan perempuan lain di ruang kerjanya. Wanita itu bernama Sofia, istri dari Rico yang sudah dinikahi selama enam tahun namun belum diberi keturunan.
Sofia tidak pernah menyangka jika sang suami yang selama ini selalu bersikap baik, lembut dan romantis ternyata dia tega mengkhianatinya.
Apakah Sofia bisa mempertahankan rumah tangganya yang sudah ternoda...?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy Almira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17. Ngidam
Sudah tiga hari lamanya Viviana tinggal di kediaman Rico. Dia selalu bersikap manja dan selalu ingin ditemani oleh Rico. Iya, seperti yang diarahkan oleh kedua sahabatnya Sarah dan Gina, Viviana menggunakan alasan kehamilannya untuk menguasai Rico.
Apalagi ditambah Viviana yang mengalami mual dan muntah di pagi hari membuat Rico panik dan selalu menjaga Viviana. Walaupun bu Irma sudah memberi penjelasan baik pada Rico maupun Viviana jika mual muntah di pagi hari atau sering disebut dengan morning sick itu adalah hal biasa bagi perempuan yang sedang hamil muda.
Tapi tetap saja Rico selalu panik, dan tidak tega melihatnya.Alhasil Rico sering terlambat datang ke kantor dan beberapa kali harus menunda bahkan membatalkan meeting ataupun ketemu dengan klien karena harus mengurus Vivi. Bagi Rico itu tidak masalah, justru Rico melakukannya dengan senang hati.
Tentu saja Rico merasa senang karena tidak lama lagi dia akan mempunyai seorang anak. Jadi apapun akan dia lakukan untuk Viviana. Dia rela berkorban waktu demi istrinya yang sedang hamil.
Sedangkan Viviana sendiri merasa tersiksa dengan keadaannya sekarang yang harus mual dan muntah tiap pagi. Bahkan dia tidak bisa makan beberapa makanan kesukaannya, karena merasa enek jika mencium jenis makanan tertentu.
Belum lagi terkadang dia mengalami sakit kepala secara tiba- tiba. Viviana merasa kesal karena kehamilannya itu. Dia merasa aktivitasnya menjadi terbatas dan tidak bebas melakukan hal yang dia inginkan. Contohnya dia harus rela tidak melakukan hubungan suami istri dengan Rico atas anjuran dari dokter dikarenakan usia kehamilannya yang baru beberapa minggu sehingga masih rentan.
Dengan sangat terpaksa Viviana pun harus menahan hasratnya. Iya, walaupun Rico bisa saja memuaskan Viviana menggunakan cara lain, tapi bagi Viviana dia tidak merasa puas sama sekali. Karena biasanya Viviana dan Rico melakukan hubungan suami istri setiap hari dan sehari bisa tiga sampai empat kali. Entah itu di kantor, apartemen ataupun tempat lain. Selagi dia menginginkannya, maka dalam keadaan apapun Rico harus siap melayaninya.
Bahkan ketika Rico sudah terlalu capek untuk melakukan hal itu, Viviana tetap memaksa untuk melakukannya. Baginya tidak ada kata puas , dia selalu ingin melakukannya lagi dan lagi. Iya, bisa dikatakan Viviana mengalami hyper s*x.
Karena itulah sekarang Viviana kesal dan tersiksa gara- gara hamil dia tidak bebas untuk melakukan kesenangannya itu. Viviana pun tidak mau rugi, dia juga melarang Rico untuk tidur di kamar Sofia. Dia tidak rela jika Rico berhubungan badan dengan Sofia. Alhasil Rico pun tidak pernah memberikan kewajibannya kepada Sofia karena dia ingin menjaga perasaan Viviana yang sedang hamil.
Iya, walaupun di hati Rico dia merasa bersalah pada Sofia, karena biar bagaimana pun Sofia istrinya juga. Apa lagi dia istri pertama. Sedangkan Rico sendiri pernah berjanji pada Sofia untuk bersikap adil pada kedua istrinya. Namun nyatanya dia tidak bisa melakukannya karena tidak dapat membantah apapun yang dikatakan oleh Viviana.
Sedangkan Sofia sendiri tidak pernah mempermasalahkan soal itu. Dia justru senang tidak disentuh oleh Rico. Semenjak dia tahu bahwa Rico telah menduakannya, Sofia merasa enggan disentuh. Bahkan ketika Rico meminta melakukan hubungan suami istri dengannya ,Sofia melakukannya dengan terpaksa. Justru Sofia ingin segera pergi dari rumah ini karena sudah muak dengan orang- orang yang ada di dalamnya.
Iya, tapi Sofia bisa apa, semenjak dia berusaha untuk pergi dari rumah, sejak itu juga Rico selalu mengunci pintu kamar dari luar. Dia juga berpesan pada satpam rumahnya agar menjaga Sofia jangan sampai pergi dari rumah. Untuk makan saja bi Iyam yang harus membawanya ke kamar. Sofia merasa seperti tahanan saja.
"Baby...ayo sarapan dulu..." Rico membawa mangkok berisi bubur ayam ke dalam kamar karena sejak pagi Viviana mengeluh pusing dan mual.
Viviana menggelengkan kepalanya dan menutup hidungnya setelah melihat makanan yang dibawa oleh Rico.
"Nggak mau... Aku nggak mau makan itu..." ucap Viviana.
"Kenapa baby...?" tanya Rico.
"Melihatnya saja aku merasa mual..." rengek Viviana.
"Trus baby maunya makan apa...?" tanya Rico lalu duduk di samping Viviana yang sedang duduk di atas tempat tidur.
"Mau makan sop ayam kampung..." jawab Viviana.
"Ya udah, nanti biar bi Iyam buatkan ya..." sahut Rico.
"Nggak mau, aku maunya kak Sofia yang buatkan..." jawab Viviana.
Rico menghela nafas. Rico merasa tidak enak kalau harus menyuruh Sofia untuk memasak buat Viviana. Tentu saja karena selama beberapa hari ini dia sudah berbuat tidak adil dan telah mengacuhkan istri pertamanya.
"Kenapa baby...? Kamu keberatan kalau aku minta dimasakin sama Kak Sofia...?" tanya Viviana sambil cemberut.
"Bukan begitu baby, tapi..."
"Tapi apa...? Anak kita lho yang mau makan sop ayam kampung buatan kak Sofia..." sahut Viviana.
"Iya, tapi kalau Sofia nggak mau masak gimana...? Apalagi dia beberapa hari ini terlihat kesal..." tanya Rico.
"Ya udah, kalau begitu aku nggak mau makan. Biarkan saja anak kamu di dalam sini kelaparan..." jawab Viviana ngambek sambil mengusapnya dengak kasar.
"Baby... Aku mohon jangan begitu..." Rico berusaha membujuk Viviana.
Namun Viviana tetap ngambek seperti anak kecil. Lagi - lagi Rico tak bisa berbuat apa- apa selain menuruti apa kata istri mudanya.
"Ya udah, nanti aku ke kamar atas untuk meminta Sofia memasak buat kamu..." ucap Rico.
"Iya baby..." Viviana tersenyum senang akhirnya Rico mau menuruti kemauannya.
"Ya udah aku ke kamar Sofia dulu ya..." ucap Rico.
"Tunggu baby..." Viviana menarik tangan Rico.
"Kamu nggak boleh pergi ke kamar kak Sofia sendirian..." ucap Viviana.
"Kenapa...?" tanya Rico.
Viviana tiba- tiba memanyunkan bibirnya.
"Kenapa baby...?" Rico mengusap kepala Viviana.
"Kan aku sudah pernah bilang sama kamu, jangan pergi ke kamar kak Sofia sendirian, nanti kak Sofia menggoda kamu. Aku nggak mau kamu menyentuh kak Sofia karena kamu juga sedang tidak boleh menyentuhku karena aku hamil muda..." jawab Viviana sambil memeluk perut Rico
Rico menghela nafas. Iya, tentu saja apa yang dikatakan oleh Viviana tidak adil baik untuk Sofia ataupun untuk Rico sendiri. Bagaiamana tidak, semenjak Viviana masuk rumah sakit, Rico tidak menyentuh Sofia, tentunya ada rasa kangen di hatinya.
Namun lagi- lagi Rico harus menahan hasratnya kepada Sofia demi menjaga perasaan Viviana. Namun Rico menganggap ini hal yang wajar karena Viviana sedang hamil muda, jadi perasaannya lebih sensitif dan cemburuan. Rico yakin setelah melewati masa trimester pertama sikap Viviana tidak akan seperti itu lagi. Bisa jadi ini semua kerena meningkatnya hormon kehamilan.
"Nggak baby, aku kan sudah janji sama kamu kalau aku tidak akan menyentuh Sofia..." ucap Rico sambil mengusap pipi Viviana.
"Beneran ya... Janji...?" tanya Viviana.
"Iya janji..." jawab Rico sambil tersenyum.
Rico lalu keluar dari kamar Viviana kemudian menaiki anak tangga naik ke lantai dua menuju kamar Sofia.
Rico langsung membuka pintu yang terkunci dari luar. Ketika sudah masuk di dalam kamar Rico melihat Sofia yang sedang duduk di kursi di dekat jendela. Iya, Sofia sedang melamun seorang diri. Melamun soal rumah tangganya bersama Rico yang kian hari kian terasa hambar.
"Sayang..." Rico menghampiri Sofia lalu memegang kedua pundak Sofia.
Sofia pun tersentak karena tiba- tiba Rico ada di belakangnya.
"Sayang, maafkan aku ya, akhir- akhir ini aku terlalu sibuk mengurus pekerjaan kantor dan di rumah juga harus sibuk mengurus Viviana. Maaf kalau aku tidak ada waktu buat kamu..." ucap Rico sambil memegang kedua pundak Sofia.
Sofia tersenyum sinis mendengar bahwa Rico sibuk mengurus Viviana. Memangnya Viviana bayi yang harus diurus sedemikian rupa.
"Aku nggak perduli kamu mau sibuk apa aja mas, aku hanya ingin pergi dari rumah ini. Tolong jangan menghalangi aku pergi mas..." sahut Sofia.
"Nggak sayang, tolong jangan bicara seperti itu. Aku tidak akan mengijinkan kamu pergi dari rumah ini. Ini rumah kita , sampai kapanpun kita akan tinggal di rumah ini..." ucap Rico.
"Kalau ini rumah kita, kenapa kamu membawa orang asing datang ke rumah ini mas...?" tanya Sofia sambil menatap ke arah luar jendela.
Rico mengela nafas. Entahlah Rico akan menjawab apa jika Sofia menanyakan akan hal ini. Rico pun memilih diam .
"Rico, kamu lagi ngapain...? Kamu kan disuruh Viviana bilang ke Sofia supaya dia masak sop ayam kampung untuknya. Kenapa lama banget...?" tiba- tiba bu Irma muncul di depan kamar Sofia.
Sofia menoleh ke arah Rico menatapnya tajam meminta penjelasan darinya.
"Ehm...begini sayang, ehm... Itu... Viviana lagi ngidam ingin makan sup ayam buatan kamu, kamu mau kan masakin buat dia...?" tanya Rico sebenarnya merasa tidak enak.
Sofia tetap diam tanpa mau menjawab pertanyaan Rico. Namun wajahnya menunjukkan ketidaksukaannya kepada Rico.
"Nanti aku akan bantu kok sayang..." sahut Rico sambil menggenggam tangan Sofia.
Dengan cepat Viviana menghempaskan tangan Rico.
"Sayang, aku mohon, tolong buatkan Viviana sup ayam kampung ya. Sebentar saja kok..." Rico memohon pada Sofia
"Aku sudah bilang sama perempuan itu, aku bukan pembantunya, jadi jangan berani- beraninya menyuruhku sesuka hati..." ucap Sofia dengan tegas.
"Tapi sayang... Viviana lagi ngidam, dia ingin sekali makan sup ayam kampung..." jawab Rico.
"Kenapa harus aku yang membuatkan, dia kan istri kamu...?'' tanya Sofia.
"Tapi masalahnya dia hanya ingin makan sop ayam kampung buatan kamu sayang..." jawab Rico.
"Itu hanya akal- akalan perempuan itu saja kan, dia ingin menjadikan aku pembantu di rumah ini ...? Bisa- bisanya dia menyuruhku seenaknya, dia pikir dia siapa...? Hah...? " sahut Sofia.
"Sayang, kamu kok ngomongnya gitu sih...? Viviana itu sedang hamil, dia cuma ingin makan makanan yang sedang ingin dia makan. Kamu nggak tahu keadaan dia seperti apa. Dia selalu mual dan muntah setiap mencium bau makanan yang tidak cocok dengan keinginannya, dia ngidam sayang, tolong kamu mengerti sedikit..." Rico berusaha membuat Sofia mengerti.
"Dia yang hamil, dia yang ngidam , kenapa harus aku yang repot...? Hah...? Aku tidak ada hubungannya dengan kehamilan perempuan itu, jadi jangan libatkan aku dengan apa yang sedang perempuan itu alami. Aku nggak perduli dan nggak mau perduli...!" Sofia menatap lekat pada Rico.
Iya, tentu saja Sofia dibuat semakin muak dengan semua ini. Rico selalu saja memintanya untuk mengerti keadaan Viviana, lalu siapa yang akan mengerti keadaan Sofia sendiri...?
"Sofia...! Bisa- bisanya kamu ngomong kayak gitu ya... !" seru bu Irma dari depan kamar Sofia.
Sofia menoleh ke arah sang ibu mertua. Sofia bertambah muak karena ibu mertuanya selalu saja ikut campur.
"Rico minta tolong baik- baik sama kamu untuk masak buat Viviana yang sedang ngidam, tapi kamu malah bicara tidak pantas seperti itu...? Keterlaluan kamu Sofia. Kamu ini belum pernah hamil, tidak tahu rasanya orang ngidam kayak apa. Orang ngidam itu kemauannya harus dituruti..." sambung bu Irma.
"Pantas saja kamu sampai sekarang tidak hamil juga, kamu tidak punya rasa empati sama orang hamil..." lanjut bu Irma sambil melirik Sofia.
"Mah, tolong jangan bicara seperti itu sama Sofia...." ucap Rico merasa tidak enak pada Sofia karena ucapan sang mama bisa saja menyakiti hati Sofia.
Bu Irma menghela nafas.
"Maafkan mama..." ucap Bu Irma menyesali apa yang telah diucapkan.
Iya, bu Irma sadar selama enam tahun Sofia menjadi menantunya dia selalu bersikap baik padanya. Bahkan Sofia rela merawatnya ketika dua tahun bu Irma harus berjuang melawan kanker payudara. Tapi lama kelamaan bu Irma kecewa karena sampai saat ini Sofia belum hamil juga. Sedangkan bu Irma sudah ingin sekali menimang cucu. Oleh karena itu bu Irma tidak mempermasalahkan Rico yang menikah lagi dengan Viviana.
Di samping Viviana berasal dari keluarga kaya raya, Viviana juga cepat hamil. Saking bahagianya dengan kehamilan Viviana, bu Irma sampai mengesampingkan perasaan Sofia bahkan bisa dibilang dia tidak perduli.
"Maafkan mama Sof, mama tidak bermaksud menyakiti hati kamu. Kamu tahu kan mama begitu menginginkan cucu dari kamu dan Rico, tapi hingga enam tahun menunggu, kamu belum juga hamil. Sementara mama sudah semakin tua..." ucap bu Irma lalu menghampiri Sofia.
"Sekarang Rico sudah menikah lagi sama Viviana dan dia langsung hamil.Jadi wajarkan jika mama bahagia dan mama rela melakukan apapun demi calon cucu mamah. Termasuk minta tolong sama kamu untuk masakin buat Viviana...."
"Tapi maaf ya, kalau sikap mamah tadi terlalu berlebihan..." bu Irma mengusap pundak Sofia.
Kemudian bu Irma keluar dari kamar Sofia. Sementara Sofia hanya terdiam. Matanya berkaca- kaca. Kata- kata yang diucapkan oleh ibu mertuanya itu sungguh sangat menampar hatinya. Iya, Sofia sadar, sebagai seorang menantu dia belum bisa memberikan apa yang diinginkan oleh ibu mertuanya, yaitu cucu.
Tapi mau bagaimana lagi, itu semua di luar kehendak Sofia. Dia juga sangat menginginkan anak untuk melanjutkan keturuan keluarga sang suami. Tapi mau bagaimana lagi kalau sang pemilik hidup belum mau memberikannya.
"Sayang... Kamu baik- baik saja...?" tanya Rico sambil memegang pundak Sofia.
Lagi- lagi Sofia hanya diam. Dia ingin sekali menangis tapi dia berusaha untuk menahannya.
"Ucapan mama tidak usah diambil hati ya..." ucap Rico mengusap pundak Sofia.
"Maafkan aku mas..." ucap Sofia dengan dada yang begitu sesak.
"Maafkan aku karena aku belum bisa memberimu anak..." sambung Sofia sambil menatap Rico.
Mendengar permintaan maaf dari Sofia, Rico menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Yah, mungkin aku memang mandul mas, buktinya enam tahun aku menjadi istrimu aku belum juga hamil. Tapi kamu baru menikah dua bulan sama Viviana, dia langsung hamil. Itu artinya masalahnya ada di aku kan...?" ucap Sofia.
"Enggak sayang... Nggak... Inget sayang, berapa banyak dokter kandungan yang sudah kita datangi, tidak ada satupun yang mengatakan bahwa kamu mandul kan...? Jadi kamu tidak mandul. Itu hanya masalah waktu saja sayang..." Rico menggenggam tangan Sofia.
"Lalu sampai kapan...? Enam tahun itu bukan waktu sebentar, itu lama mas, buktinya kamu menyerah dan memilih untuk menikah lagi kan...?" sahut Sofia.
"I..itu...'' Rico tidak melanjutkan kata- katanya.
"Kita cerai saja mas..." ucap Sofia.
Rico menggeleng- gelengkan kepalanya.
"Lebih baik kamu fokus saja dengan satu istri. Hidup dengan dua istri itu tidak mudah mas, akan ada banyak perselisihan karena baik aku maupun Viviana tidak mau untuk berbagi. Kita cerai saja ya mas..." ucap Sofia.
"Nggak sayang...nggak... Tolong jangan bicara soal cerai lagi, aku nggak bisa sayang, aku nggak bisa pisah dari kamu..." ucap Rico dengan mata berkaca- kaca.
"Aku mencintai kamu sayang, aku nggak bisa pisah dari kamu..." Rico kembali menggenggam tanga Sofia.
"Tok..tok..." terdengar pintu kamar diketuk.
Di depan pintu kamar berdiri bi Iyam.
"Ada apa bi...?" tanya Sofia pada bi Iyam.
"Itu Non, tuan Rico disuruh ke bawah sama nyonya. Non Viviana katanya kepalanya pusing dan dia tadi muntah- muntah...'' jawab bi Iyam.
"A...apa...? Viviana muntah lagi...?" Rico terlihat panik, lalu tanpa berkata apapun lagi dia langsung bergegas keluar dari kamar dan turun ke lantai bawah.
Bersambung...
smuanya trbongkar.... viviana sndiri yg menggurkn kndungannya...
& tak ada lgi ksempatan buat rico kmbali dgn sofia...
ya g pp wes.... klo utuk mnjemput bahagia yg akn datang.... hrus lewat pnderitaan hidup dgn rico trlbh dahulu....
pdahal viviana hbis minum obat penggugur janin.... sengaja cari ribut dgn sofia...