"Jangan bunuh aku."
Sydney tidak menyangka hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat hanya dalam satu malam. Ia melihat saudaranya dibunuh oleh seorang pria, dan dirinya terjebak dalam situasi sulit. Penderitaan ini tidak ia terima, dan alam mengabulkan permohonannya. Namun, ia malah harus menikah dengan seorang pria kejam bernama Ransom Alexander. Dia adalah pria yang paling Sydney benci. Pernikahan ini adalah dendam.
Cover by : Ineed design.
IG : renitaaprilreal
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon renita april, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Neraka
“Nona boleh memberitahu Tuan Andy Forest, tapi apa dia akan mendengarkan setelah tahu apa yang terjadi di rumah ini? Nyonya Anna akan membalikkan semua faktanya,” ucap Nina dengan percaya dirinya.
“Terserah. Tinggal tunggu saja sampai ayahku kembali. Kakak, duduklah di meja makan. Aku akan menyiapkan makanan untukmu.”
David Forest mengangguk, ia berjalan ke arah kepala pelayan ini, lalu menyikut bahunya. “Kau itu babu. Jangan berharap menjadi majikan. Lihat saja sampai ayahku kembali.”
Nina mengepalkan tangan dan ia segera pergi dari hadapan keduanya. Sydney menyusul David, ia membuatkan saudaranya jus buah dan menyiapkan cemilan saja karena tadi sudah makan.
“Apa Ayah akan membela kita?” tanya David. Ia cukup khawatir soal ini.
“Kau tenang saja. Jika Ayah tidak membela kita, maka dia akan kehilangan kedua anak kandungnya. Kau tahu, meski Ayah keras, dia tetap menyayangi kita berdua.”
“Dia tidak akan mengusirku kalau dia ayah yang baik.”
“Dia tidak mengusirmu, tapi kau sendiri yang keluar dari rumah.”
Jleb …!
Yang dikatakan oleh Sydney benar adanya. Karena David sendiri yang memutuskan keluar rumah karena waktu itu Andi tidak berpihak padanya. Lebih percaya pada istri muda dan anak tirinya itu.
“Kau harus lebih ber-power. Di mana wibawamu sebagai tuan muda Forest? Jika kita lemah, maka kita bisa ditindas oleh mereka. Kita harus bermain cantik.”
David mengangguk. “Adikku ini begitu pintar. Kau jadi berbeda, Syd. Biasanya kau begitu patuh pada mereka.”
“Karena mereka telah membunuh keluarga kita. Di kehidupan baru ini, aku tidak akan membiarkan keluarga Forest hancur.”
“Hah? Kau mengatakan apa?”
Sydney terlonjak kaget. Ya, ampun, ia keceplosan bicara. Jika David tahu apa yang ia alami sekarang, pasti kakaknya ini berpikir ia sudah gila. Ya, jika belum pernah mengalami sendiri, maka Sydney pun merasa ini bukanlah kenyataan.
Di lain sisi, Anna yang kini tengah dirawat, mendapat telepon dari suaminya. Tubuhnya bergetar karena keluhan dari Andi. Ia hanya mampu mendengarkan tanpa sedikitpun menyela. Suaminya akan pulang dan ia masih berada di sini dalam keadaan sakit perut.
Anna berteriak. “Kenapa jadi begini? Apa yang dilakukan oleh Nina?”
“Ada apa, Bu?” tanya Manda, yang satu ruangan dengan ibunya.
“Kita harus pulang ke rumah. Pria itu dalam perjalanan.”
“Andi Forest pulang? Tumben sekali. Dia kan sangat senang bekerja.” Manda sedikit terkejut karena Andi sering menghabiskan waktunya di luar karena belum rela berpisah dari istri pertamanya. Dia itu masih hidup terbelenggu oleh bayang-bayang cinta sehingga dua anaknya tidak mendapatkan cukup perhatian. Itu sebabnya, Andi menikahi Anna, lalu menyuruhnya mengurus Sydney serta David.
“Diamlah! Kau tidak tahu apa yang terjadi.” Anna meringis kembali, ia turun dari ranjang pasien, kemudian berjalan menuju kamar mandi. Perutnya ini belum membaik. Kotoran terus saja keluar, meski frekuensinya telah berkurang setelah diberi pertolongan.
“Bagaimana mau pulang kalau kita saja masih kesakitan seperti ini? Memangnya apa yang terjadi di rumah?” Manda tidak memedulikannya.
Malam harinya, Andi Forest tengah dalam perjalanan. Dari Paris menuju London, bukan waktu yang lama. Pria itu kembali dengan didampingi oleh asistennya, Juni. Ini permintaan yang begitu mendadak sampai Juni pun tidak diberitahu kenapa atasannya ini memutuskan untuk kembali ke London.
“Tuan, sebenarnya ada apa? Kenapa tiba-tiba ingin pulang?” tanya Juni, ketika telah tiba di bandara internasional London.
“Aku merindukan anak-anakku. Mana mobilnya?” Andi begitu tidak sabar.
“Tunggu sebentar, Tuan. Ini tidak akan lama karena permintaan Anda yang mendadak, kami pun perlu bersiap.”
“Kau bilang apa? Mengurus begini saja kau tidak becus. Buat apa aku menggaji para bawahan itu. Sudah kubilang agar mereka selalu standby jika aku pulang.”
“Maaf, Tuan. Ini kelalaian saya.” Ugh! Juni jadi kesal karena Andi asal ngomong saja. Semuanya perlu waktu, bukan sat set begitu saja. “Mobilnya tiba, Tuan.”
Kendaraan mewah itu berhenti tepat di depan Andi dan Juni. Sopir bergegas keluar dengan mempersilakan Andi masuk, lalu Juni menyimpan barang di koper.
“Apa yang terjadi? Kenapa Tuan mendadak pulang?” tanya sopir.
“Aku tidak tahu. Lebih baik segera antar beliau daripada dia marah-marah. Itu malah membuatku pusing.”
Keduanya bergegas masuk, sopir segera mengendarai kendaraannya menuju kediaman Forest. Dalam perjalanan, Andi memberitahu Sydney dalam mode pesan jika ia akan segera tiba di rumah.
Sementara di kediaman Forest, kedua anak tuan rumah masih tidak dipedulikan. Tidak ada makan malam yang dihidangkan. Pelayan rumah ini sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
“Lihatlah rumah kita, Ibu. Ini adalah neraka. Tapi, aku tidak akan membiarkan mereka yang semena-mena bertahan di kediaman ini. Mereka harus diusir,” gumam Sydney sambil memandang foto ibunya.
“Bagaimana?” tanya David.
“Ayah akan datang. Kau sudah siap?”
David mengangguk. Ia sangat siap bila itu demi kehidupan keluarganya sendiri. Keduanya segera turun ke bawah. Sydney berteriak memanggil pelayan, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang keluar.
“Mereka di mana?” tanya Sydney.
“Semuanya di kamar. Mereka bahkan mencuri koleksi minuman ayah. Wanita itu sungguh memanjakan mereka.”
“Tentu saja karena Anna ingin mereka semua berpihak padanya. Rencana ini harus berhasil.”
Suara mobil terdengar dari luar, Sydney bergegas keluar bersama David. Keduanya menyambut ayah mereka yang baru pulang dari luar negeri, dan saat itulah Sydney bertemu lagi dengan asisten ayahnya, yaitu Juni.
Pria berumur 50 tahunan, yang merupakan mantan suami Anna, ayah dari Manda. Semua ini Sydney ketahui ketika ia mencuri dengar percakapan Anna di kehidupan lalu dan memergoki ketiganya bertemu secara sembunyi.
“Kenapa kalian yang menyambutku sampai keluar? Di mana pelayan?” tanya Andi.
“Ayah akan lihat sendiri nanti.” Sydney menatap Juni, ia yakin pria ini akan segera memberi kabar kepada Anna.
“Ayah!” David langsung memeluk Andi Forest.
“Anakku, syukurlah kau kembali ke rumah ini.” Andi mengusap punggung David, lalu ketiganya masuk ke rumah.
“Nina!” panggil Sydney.
Namun, tidak ada satu pun yang keluar. Sydney memanggil pelayan yang lain, tetapi lagi-lagi diabaikan. Hal ini membuat Andi bingung, lalu Juni serta sopir yang ikut masuk dengan membawa koper, cemas. Sydney melirik Juni yang tengah memainkan ponselnya.
“Paman menghubungi siapa?”
Ponsel itu jatuh begitu saja dari tangan Juni, dan itu dilihat oleh Andi. Pria itu terlihat gugup, tapi dia sangat pintar karena mampu menguasai keadaan. Lelaki ini juga telah banyak memakan uang perusahaan.
“Ini pekerjaan, Nona.”
“Di mana pelayan? Apa mereka tidak tahu aku datang?” Andi mulai emosi.
“Mereka tidak akan keluar karena mereka menganggap kami bukan anak dari Tuan Forest. Mereka bahkan tidak memberi kami makan, Ayah. Mereka bersenang-senang di kamar dan mencuri minuman koleksi kita,” ucap David.
“Kurang ajar.” Andi marah, lalu berteriak memanggil kepala pelayan. “Nina!”
.