Menjadi Istri Ke 2

Sudah seminggu lebih sejak kejadian reuni bohongan itu terjadi. Lova belum melakukan apa-apa, terkadang ia pusing sendiri memikirkan rencananya untuk membalas keluarga Serina. Tetapi apa yang harus dia perbuat? Sementara Lova saja jelas tidak mempunyai koneksi apa-apa yang menghubungkan dengan Serina.

Jika tiba-tiba menghubungi Serina juga tidak mungkin Lova lakukan, dia tidak akan merendahkan harga diri hanya untuk membalas dendam. Informasi yang Belvi berikan pun hanya sampai suami Serina seorang pengusaha muda yang sukses, selain sukses dengan usahanya dimana-mana bahkan sampai manca negara, suami Serina juga sudah terlahir dari keluarga kaya raya.

Cup

Tiba-tiba sebuah kecupan di pipinya terasa begitu tiba-tiba. Lova menoleh dan mendapati Kenzo yang duduk dengan senyum tampan nya.

"Kalau ada masalah itu bilang, gue perhatiin beberapa hari ini lo kaya banyak pikiran."

Lova menggeleng dengan senyum. Lalu bergelayut manja di lengan cowok populer di kampusnya itu.

"Nggak ada kok, bingung aja mau ngapain, lo belum dateng, si Belvi ngilang," balasnya seketika mendapat cubitan di hidungnya dari Kenzo.

"Coba deh cek HP, siapa tau mood nya lebih baik."

Lova dengan patuh mengambil ponselnya. Matanya melebar kala melihat notifikasi transaksi di layar ponselnya.

"Ken, ini kebanyakan."

"Enggak, buat nyalon pacar gue yang cantik ini." Kenzo mengelus lembut rambut Lova. Lalu tersenyum manis yang malah dihadiahi bibir mengerucut gadis itu.

"Masih cemberut? Kurang ya? Bentar-bentar."

"Stop, ini udah lebih dari cukup tau.. Makasih ya Ken." Lova mengecup singkat pipi cowok itu.

"Lo ikhlas kan ngasihnya? Takutnya entar kalau kita uda putus diungkit lagi, ini gue nggak minta ya? Lo sendiri yang ngasih."

Sengaja memang Lova mengatakan itu, pasalnya Kenzo mengirimnya uang puluhan juta. Ini sih bisa untuk keperluan Lova selama sebulan, ya meski sebenarnya gadis itu masih mendapat transferan dari papanya, tetapi uang dari papanya masih utuh dan sama sekali belum tersentuh sepeserpun, bahkan jika Lova dalam kondisi mendesak, ia lebih memilih merengek dengan tantenya daripada harus memakai uang kiriman papanya.

"Siapa bilang kita akan putus? Gue mau nikahi lo bebe, udah nggak sabar banget malah," kekeh Kenzo mendapat pukulan ringan di lengan nya dari Lova.

"Nikah mulu ih, dasar mesum," ledek Lova lagi-lagi mendapat kekehan dari Kenzo.

"Btw, nanti ikut ke rumah eyang ya?"

Lova langsung merubah ekspresinya. Ia jadi sedikit tegang kalau sudah berurusan dengan keluarga Kenzo yang kaya raya itu.

"Ini lo nggak ngerencanain buat lamar gue dadakan kan?" tanya nya.

Kenzo tertawa. Lalu mencubit gemas dagu Lova. "Ya kalau lo udah nggak sabar gue nikahi sih bisa saja, gue tinggal bilang eyang buat siapin cincin."

Lova kembali memberi pukulan untuk cowok itu, di dadanya dengan wajah kesalnya. "Males ih, becanda mulu."

"Sorry bebe, tapi mau kan? nanti gue jemput ya?" tanpa menunggu jawaban dari Lova. Kenzo sudah lebih dulu pergi, tapi sebelum pergi Kenzo sengaja sekali mengecup bibir Lova dengan cepat. Sebelum akhirnya Belvi yang baru datang melongo melihatnya.

"Seneng banget cipok mulu? Di tempat umum juga, mentang-mentang kampus milik keluarganya, seenak jidat kak Kenzo," komentar Belvi syok sendiri melihat Kenzo yang mencium bibir Lova di tempat umum.

Mereka sedang duduk di depan gedung kampus. Sudah jelas di sana bukan hanya ada mereka saja, tetapi juga mahasiswa lain.

"Nggak ada yang liat juga, sensi banget sih? Pengen ya?" ledek Lova membuat Belvi mendelik.

"Apa sih? Gue anti-anti yang gitu-gitu, masih suci bibir ini."

"Halah pret banget lo, lo lupa gue pernah mergoki lo lagi kissing sama Leon di dap-"

"Ssstttt... Jangan kenceng-kenceng, nanti viral lagi gue."

Keduanya tertawa. Memang sedikit gila jika membahas hal-hal yang berbau dewasa, kedua gadis itu bukan lah gadis polos yang masih suci, mereka sudah pernah melakukan kegiatan yang berbau dewasa dengan pasangan masing-masing, meski masih bisa dikatakan wajar, belum sampai ke hal yang bisa membuat keduanya merugi atau kehilangan mahkotanya.

Lova sudah sampai di rumahnya. Ia tidak langsung menuju ke kamarnya, tetapi duduk di depan TV dengan mata terpejam. Seharian ini kegiatan di kampusnya cukup padat, bahkan ia sempat tidak menemui Kenzo ketika akan pulang tadi, begitu juga dengan Kenzo yang semakin sibuk dengan kegiatan nya. Maklum Kenzo sudah mau skripsi.

"Lov, baru pulang kamu?" Gina yang juga baru datang duduk di sebelah Lova.

"Capek tan, enak kali ya nikah sama orang kaya? nggak usah ngapa-ngapain uda ada yang ngurusin," celetuknya membuat Gina menggeleng.

"Kejauhan, kuliah dulu yang bener, lagian udah nikah juga bukan berati nggak ada kegiatan."

Kan? Omongan Lova untuk Kenzo, berlaku juga untuknya sekarang.

"Kan sama orang kaya tan? Ya kali masi aja disuruh beberes rumah, pakai babu lah."

"Heh mulut kamu. Ya tetep aja harus melayani suami, itu bukan kegiatan namanya pekerjaan malah." Gina beranjak dari sofa di depan TV.

"Maksud tante melayani di ranjang gitu?" teriak Lova.

Gina menggeleng, keponakan nya ini memang sangat frontal sekali kalau bicara. Sementara Lova tertawa melihat respon Gina yang semakin menghindar dari pertanyaan Lova.

Sekitar pukul setengah 7, Kenzo sudah menunggu di rumahnya. Cowok itu benar-benar menjemput Lova seperti ucapan nya tadi siang, bahkan meski Lova belum mengatakan 'iya'. Itu seperti tidak berlaku untuk Kenzo.

"Mau kemana sih?" tanya Gina pada Kenzo.

"Ke rumah eyang tan, ijin ya ajak Lova?"

Gina mengangguk dengan senyum. "Ken, makasih lho kue yang waktu itu, tante belum sempet ketemu kamu, sibuk banget ya akhir-akhir ini?"

"Sama-sama tan, iya udah mau sibuk-sibuk ngurus kuliah, maklum nyiapin skripsi."

"Ayo Ken." Lova datang dengan dress panjang yang pas di tubuhnya, tas kecil untuk menaruh ponsel miliknya berwarna senada dengan dress yang dikenakan olehnya malam ini. Sangat cantik dan selalu terlihat seksi.

Ini kalau boleh, Kenzo mau langsung nikahi Lova saja, ia tidak sabar menjadikan Lova satu-satunya miliknya.

"Hati-hati ya kalian." Gina melambaikan tangan saat keduanya sudah masuk ke dalam mobil.

"Duluan tan," pamit Lova diangguki Gina.

"Cantik banget sih? Eyang pasti suka nih," ujar Kenzo dibalas decakan oleh Lova.

"Jadi yang suka eyang lo? Bukan lo nih?"

Mendengar ucapan Lova, Kenzo terkekeh, ia melirik Lova sekilas sebelum kembali berucap. "Kalau gue jangan ditanya lah bebe, bukan cuma suka, tapi udah cinta. Nikah aja nggak sih kita sekarang, nanti gue bilang sama eyang deh biar nikahi kita langsung."

"Dasar gila."

"