kehampaan dan kesempurnaan, ada seorang siswa SMP yang hidup dengan perlahan menuju masa depan yang tidak diketahui,"hm, dunia lain?hahaha , Hmm bagaimana kalau membangun sebuah organisasi sendiri, sepertinya menarik, namanya... TCG?"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mult Azham, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Era baru!?
"Hoaam…" Azam terbangun dari tidurnya yang panjang. Ia perlahan bangkit, mengumpulkan kesadarannya, lalu berjalan keluar dari kamar. Tangannya meraih gagang pintu, membukanya dengan perlahan, dan seketika matanya tertuju pada seseorang di dapur.
Di sana, Yorde sedang memasak.
Mendengar suara pintu terbuka, Yorde menoleh. Seketika matanya membelalak. "Oh! Abah sudah bangun?!"
"Kenapa kaget begitu?" tanya Azam heran.
"Abah sudah tidur dua bulan. Ini mungkin yang terlama," jawab Yorde sambil membawa makanan ke meja.
Azam terdiam. "Dua bulan?" Ia menghela napas panjang, menyadari sesuatu. "Sepertinya penyakitku makin parah. Maaf sudah merepotkanmu, Yorde."
Yorde menggeleng cepat. "Apa yang Abah katakan? Aku baik-baik saja! Tidak perlu merasa bersalah, Abah. Aku senang bisa membantu." Yorde tersenyum meyakinkan.
Azam tersenyum kecil, tetapi tetap merasa tidak enak. Ia berjalan menuju meja makan, lalu duduk dengan santai. "Ngomong-ngomong, Abah belum pernah kasih kamu uang jajan, kan?"
"Uang jajan?" Yorde tertawa kecil. "Tidak, Bah. Tidak perlu juga. Aku baik-baik saja."
Azam menghela napas, menatap makanan yang tersaji di meja. Lauknya berlimpah, lebih banyak dari biasanya. "Tapi… selama Aku tidak ada, kamu pasti butuh sesuatu. Kamu dapat uang dari mana?"
Yorde meletakkan masakan terakhir di meja dan ikut duduk. "Aku membantu Bang Farel, Wakil Abah, mengurus berkas. Karena kondisi Abah yang sedang tidur panjang, dia setuju mempekerjakan ku."
Azam menyipitkan mata "Bukannya itu berarti kamu mengambil pekerjaan orang lain?"
Mata Yorde sedikit membesar. "A-aku… e-itu… ehm…"
Azam tersenyum tipis. "Tuh kan? Sudah jelas. Begini saja, bagaimana kalau Abah jadikan kamu seorang Guardian?"
Mata Yorde berbinar. "Serius, Bah?! Boleh! Aku siap!"
Azam mengangguk. "Kebetulan ada satu kursi kosong. Tapi selain itu, ada satu hal lagi."
Yorde menatap Azam dengan penuh tanda tanya.
"Abah juga ingin memberimu uang sebagai tanda terima kasih. Kamu sudah mengurus rumah dan merawat Abah selama ini."
Yorde langsung menggeleng. "Tidak perlu, Bah. Aku tidak butuh uang."
Azam menyela
"Jangan menolak. Berapa yang kamu dapat dari bekerja dengan Wakil?"
"Lima ratus ribu sehari."
Azam mengangguk paham. "Lima ratus ribu? Lumayan, tapi tidak cukup untuk masa depan. Kamu tahu sendiri, harga tanah terus naik setiap tahun. Aku beri kamu satu miliar."
Mata Yorde hampir meloncat dari tempatnya. "S-SATU MILIAR?! Bah, tidak perlu! Ini terlalu banyak—"
Azam mengangkat tangan, menyela. "Sudah. Tidak usah protes. Kita makan dulu."
Yorde masih syok, tetapi ia hanya bisa menurut. Mereka makan bersama, menikmati hidangan yang sudah dimasak Yorde.Azam makan dengan cepat, memakan permen dan bangkit dari kursinya.
"Bah, Abah mau pergi ke mana?" tanya Yorde.
Azam menoleh sebentar. "Ada urusan sebentar." Lalu ia menatap Yorde sejenak, "Tapi Abah pergi ke bank dulu."
Yorde mengernyit. "Bank? Urusan apa?"
Azam hanya tersenyum tipis, lalu berjalan menuju pintu.
Tiba-tiba, Yorde merasa ada sesuatu yang janggal. "Abah! Tunggu—"
Brrrum!
Suara mesin mobil menyala, dan dalam hitungan detik, Azam sudah pergi.
...****************...
Beberapa jam kemudian, Azam menghadiri rapat dengan para Guardian. Topik utama hari ini adalah pengisian kursi Guardian yang kosong.
"Aku ingin Yorde mengisinya," kata Azam dengan tenang.
Para Guardian saling bertukar pandang. Salah satu dari mereka berbicara dengan hati-hati. "Tapi, Bah… dia masih muda dan belum berpengalaman."
Azam menyandarkan punggungnya ke kursi, menatap mereka satu per satu. "Jadi, apa masalahnya? Kalau ada yang tidak dia ketahui, bukankah kalian bisa membimbingnya?'"
Seorang Guardian lain angkat bicara. "tentang kursi Guardian,kenapa tidak pilih dari Abang 1. Mereka lebih berpengalaman."
Azam melipat tangan. "Berapa pengikut mereka?"
"Lebih dari 200 ribu," jawab salah satu Guardian.
Azam tersenyum. "Dan kalian?"
Guardian itu terdiam.
"Paling 10 ribu, kan?" lanjut Azam. "Kalau ada Abang 1 yang pensiun dan memenuhi syarat, silakan tunjuk mereka. Tapi ada?"
Hening. Tidak ada yang menjawab.
"Jadi bagaimana?"
Setelah saling pandang beberapa saat, akhirnya mereka mengangguk setuju.
Namun, Azam belum selesai.
"Ada satu hal lagi. Kalian tahu penyakitku semakin parah. Selama ini, Yorde telah merawatku dengan baik. Aku ingin memberinya hak istimewa."
Para Guardian menatapnya penuh tanda tanya.
"Selama ini, Guardian tidak bisa menjadi pemimpin. Yorde akan jadi pengecualian. Jika dia mau, dia bisa menggantikan ku."
Ruangan langsung hening. Lalu seorang Guardian akhirnya bertanya dengan ragu. "Jadi… Yorde bisa menjadi pemimpin?"
"Ya. Keputusan tetap di tangan kalian. Tapi kalau kalian setuju, ini akan menyederhanakan suksesi."
Tidak ada protes. Justru, banyak yang mendukung. Ini membuat segalanya lebih mudah.
...****************...
TIGA TAHUN KEMUDIAN
Azam semakin khawatir. Tidurnya semakin lama.
Namun, ada hal lain yang lebih mengganggunya—laporan TCG terasa janggal.
Yorde terlihat gelisah. Guardian, Tetua, bahkan Wakil pun tampak menyembunyikan sesuatu darinya.
Di ruang tamu, Azam menatap Yorde tajam.
"Apa ini tentang TCG?" tanyanya serius. "Kalian harus memberitahuku."
Yorde akhirnya menghela napas. "Masalah ini cukup rumit, Bah…"
Azam mendengarkan dengan saksama. Matanya sedikit membesar, tapi tidak terlalu terkejut.
"Maaf, Bah. Aku terlalu mengabaikannya. Aku tak menyangka dampaknya akan sebesar ini."
Azam menggeleng pelan. "Ini bukan salahmu. Dalam situasi seperti ini, tidak banyak yang bisa kamu lakukan."
Yorde mengangguk, lalu bertanya ragu. "Jadi, Bah… bagaimana dengan anggota TCG yang koma?"
Azam menghela napas dalam. "Masalah itu biar aku yang urus."
Sejenak, hening mengisi ruangan. Yorde masih duduk, menatap lantai dengan ekspresi muram. Azam memperhatikannya lama sebelum akhirnya bertanya:
"Yorde, apa kamu punya seseorang yang kamu sukai?"
Yorde mengangkat kepalanya, sedikit bingung. "Belum," jawabnya to the point.
Azam mendesah. "Kamu sudah gede, Yor. Kamu harus mencari pasangan hidup."
Yorde tersentak, wajahnya sedikit memerah. "E-eh? Apa maksudnya, Bah? A-aku belum siap!"
Azam menatapnya dengan ekspresi serius. "Kamu harus cari pasangan. Jangan sampai seperti Abahmu ini—niat cari pasangan di usia 25-27, malah kena penyakit."
Yorde masih gugup. "Bukannya aku tidak mau, tapi aku belum siap… Lagipula, siapa yang akan merawat Abah?"
Azam menggeleng tegas. "Tidak, Yor. Jangan jadikan aku alasanmu untuk tidak menikah. Aku tidak mau menjadi penghalang."
Hening sesaat. Lalu Azam menambahkan sesuatu yang membuat Yorde membeku.
"Jika kamu tidak menikah, kamu tidak boleh jadi pemimpin!"
Yorde tetap tenang. "Gapapa, Bah. Aku tidak butuh itu."
Azam berusaha mencari ancaman lain. "Ka-kamu… Kamu tidak Abah kasih uang jajan!"
Yorde menggeleng santai. "Aku juga tidak butuh, Bah."
Azam mulai kesal. "Kamu akan dikeluarkan dari TCG!"
Yorde langsung terkejut. Matanya membelalak. "Jangan, Bah! Kenapa Abah gini ke aku!?"
Azam menghela napas panjang, lalu menatap Yorde dalam-dalam. "Yorde, kau harus mencari pasangan hidup. Abah pasti bangga jika kau melakukannya."
Namun, bahkan Azam sendiri merasa canggung dengan nasihatnya. Ia ragu apakah kata-katanya bisa mengubah pikiran Yorde. Sambil menutup mulut dengan tangan, ia berpura-pura berdeham.
Sementara itu, dalam hati Yorde, kata-kata Azam bergema. 'Membuat Abah bangga…!?'
Tiba-tiba, Yorde meraih tangan Azam. "Apakah benar itu akan membuat Abah bangga!?" tanyanya dengan mata berbinar.
Azam sedikit terkejut. Dia tidak menyangka nasihat buruknya justru berhasil. Dengan ekspresi setengah bingung, ia mengangguk pelan.
"Ehem… iya. Kamu akan membuat Abah bangga." katanya, pura-pura serius.
...----------------...
Keesokan harinya
Azam mengambil keputusan tegas.ia membuat peraturan baru:
Keluarga anggota TCG yang koma tidak akan menerima uang kompensasi.
Semua biaya akan dialokasikan untuk pengobatan penuh anggota TCG.
Ini kontroversial, tapi diperlukan untuk mengurangi beban finansial.
...****************...
TCG juga akan memperluas pengaruhnya ke luar negeri.
Proyek ini bisa menelan biaya ratusan triliun, bahkan mungkin mencapai kuadriliun. Namun, TCG memiliki sumber daya yang cukup untuk mewujudkannya
Sejujurnya, Azam tidak terlalu peduli dengan pihak luar. Sejak awal, TCG sudah memiliki anggota dari luar negeri, tetapi Azam belum memberi perhatian khusus kepada mereka. Alasannya sederhana: tidak ada bisnis yang signifikan di sana. Anehnya, pengaruh TCG di luar negeri justru sangat kuat,Selain itu, anggota TCG di luar negeri sering terlibat bentrokan dengan mafia, gangster, dan kelompok tertentu. meskipun Azam tidak pernah benar-benar fokus ke sana, mungkin saja , orang luar melihat kami didalam negri, dan mempengaruhi ego mereka.
Awalnya, Azam merekrut orang asing ke dalam TCG hanya untuk bersenang-senang, tanpa niat membawa bisnis ke tingkat internasional. Namun, seiring waktu, pandangan itu berubah. Jika TCG bisa merambah bisnis luar negeri, bukan hanya pengaruh yang bertambah, tetapi juga pendapatan yang berlipat ganda. Mata uang asing mengalir masuk, dan jika dikelola dengan baik, TCG bisa mengantongi ratusan hingga ribuan triliun. Bahkan, mungkin lebih besar daripada keuntungan yang diperoleh di dalam negeri. Pada akhirnya, ini juga bisa berkontribusi dalam meningkatkan devisa negara.
Sebuah era baru akan segera dimulai.