Namanya Aruna Azzahra, gadis cantik dengan impian sederhana
Cintanya pada seorang pria yang ia pikir bisa membawanya hingga ke Jannah nyatanya harus ia kubur dalam-dalam
Aruna harus hidup dengan pria menyebalkan dan minim ilmu agama. Aksa Biru Hartawan nama yang bahkan tidak ingin didengar olehnya
Bagaimana Aruna menjalani hari-harinya menjadi istri seorang Biru? atau akankah cinta itu datang tanpa mereka ketahui
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon e_Saftri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
DUA PULUH
"Iya, apa sebelumnya pasien ada makan sesuatu? Kacang-kacangan atau seafood mungkin?" Tanya dokter tersebut pada Aruna yang masih terlihat bingung
"Seafood? Astagfirullah tadi saya sama pak Biru makan udang sama kepiting, apa mungkin itu yang bikin pak Biru seperti ini" Aruna baru teringat bagaimana ia memaksa Biru untuk makan sepotong udang walaupun pria itu sudah menolak
"Pasti itu penyebabnya, tolong lebih dikontrol lagi makannya! Jangan sampai hal seperti ini terulang lagi" ucap pria itu sebelum akhirnya meninggalkan Aruna disana
"Maafin saya ya pak, karena saya bapak jadi begini" Aruna kini menemani Biru didalam ruangan dengan tipe president suite tersebut
"Bukan salah kamu Aruna" pria itu kini terlihat lebih baik walaupun tubuhnya masih sedikit lemah
"Lagian kenapa nggak bilang kalau alergi seafood!" Sebenarnya pria itu juga bisa disalahkan, jika ia memberi tahu Aruna sebelumnya jika ia alergi seafood mungkin Aruna tidak akan memaksa untuk makan ke restoran itu
"Saya nggak tega liat kamu kayanya pengen banget makan seafood" Biru terkekeh saat Aruna mendaratkan pukulan kecil di lengannya
"Bapak nyebelin! Kalau bapak bilang kita kan bisa makan bakso aja"
"Sudahlah Aruna tidak masalah" ditengah perdebatan antara keduanya pintu ruangan tersebut terbuka
"BIRU!"
"Kak Anggi" Biru sedikit terkejut saat Hanggini sang kakak masuk ke ruangan tersebut dengan raut wajah khawatir
"Kamu nggak pa-pa kan?" Tanya Hanggini, wanita itu bahkan menelisik tubuh sang adik untuk mencari apa ada yang sakit
"Aku nggak pa-pa kok kak"
"Lagian kenapa ceroboh banget sih, udah tau nggak bisa makan seafood kenapa juga harus dimakan. Nggak habis pikir kakak sama kelakuan kamu!" Omel Hanggini, wanita itu benar-benar khawatir akan keadaan sang adik, ia tau apa yang dirasakan Biru jika alerginya kambuh
"Maafin saya kak, saya yang sudah bikin pak Biru jadi seperti ini!" Sebenarnya sejak tadi Aruna diam, ia bahkan sedikit menjauh dari dua kakak beradik itu
"Kamu siapa?" Tanya Hanggini pada Aruna
"Saya Aruna kak, karyawan pak Biru dikantor!" Jawab Aruna sambil menunduk
"Angkat kepala kamu Aruna! Kamu itu calon istri saya!" Biru tak suka jika wanita yang ia cintai menunduk seperti itu
"CALON ISTRI?" Hanggini semakin dibuat terkejut oleh pengakuan sang adik
"Jangan berisik Nggi! Ini rumah sakit!" Adrian yang sejak tadi berada disisinya menegur sang istri yang menurutnya berisik
"Iya maaf mas aku lupa" ujar Hanggini lalu beralih menatap Biru tajam
"Kok bisa kamu tiba-tiba punya calon istri? Mama sama Papa tau hal ini?"
"Taulah! Orang ini pilihan Mama sama Papa sendiri!" Jawabnya enteng sekali
"Kok kakak nggak tau?" Tanya Hanggini penuh selidik
"Kakak itu udah nikah jadi nggak perlu sibuk sama urusan rumah" ucap Biru begitu menyebalkan ditelinga sang kakak
"Ciih, terus Laura gimana?" Hanggini bisa disebut tin Laura mungkin, karena wanita itu memang cukup dekat dengan kekasih adiknya itu
"Aku nggak punya urusan lagi sama Laura, aku sekarang mau fokus sama calon istri aku yaitu Aruna" ucap Biru lantang
"Maksud kamu, kamu mau ninggalin Laura untuk perempuan ini?" Hanggini terdengar meremehkan, namun Aruna sadar ia begitu jauh berbeda jika dibandingkan dengan kekasih Biru walaupun ia hanya bertemu sekali
"Ck. Maksud kakak apa? Jangan bicara buruk tentang Aruna!" Biru tak terima jika Aruna dianggap rendah seperti itu bahkan oleh kakaknya sendiri
"Kakak cuma ngomong fakta Biru, kamu liat kan, dia nggak ada apa-apanya kalau dibandingkan dengan Laura! Kamu buta atau gimana?" Hanggini semakin menjadi, Aruna bahkan menyeka air matanya beberapa kali dan itu terlihat jelas oleh Biru membuat pria itu kian meradang
"CUKUP KAK!" Biru yang kehabisan kesabaran membentak Hanggini "Kalau kakak nggak punya keperluan lagi mending pulang aja sana! Aku mau istirahat!"
"Kamu ngusir kakak Biru? Kamu ngusir kakak hanya karena perempuan ini?" Hanggini merasa harga dirinya diinjak mulai melimpahkan kesalahan pada Aruna
"Ck. Kenapa kakak nyalahin Aruna"
"Sudahlah, jangan bikin keributan disini! Ayo lebih baik kita pulang!" Ucap Adrian menenangkan sang istri
"Aku nggak terima mas, Biru ngusir aku kaya gini. Kamu liat kan!" Sentak Hanggini
"Udah nggak perlu diperpanjang kita pulang sekarang!" Adrian terpaksa menyeret istrinya agar segera keluar dari ruangan tersebut
"Cepat sembuh Biru!" Ucapnya sebelum benar-benar keluar
"Kamu kenapa sedih?" Tanya Biru menatap lekat wanita cantik yang masih berdiri mematung disudut ruangan
"Maafin saya ya pak!" lirih Aruna, gadis itu merasa ia adalah penyebab pertengkaran antara lBiru dan sang kakak
Biru mengerutkan keningnya mendengar permintaan maaf yang dilontarkan Aruna "Kok minta maaf?"
"Karena saya, bapak harus ribut sama kak Anggi seperti tadi" Aruna benar-benar tak enak hati, jika boleh jujur dia juga merasa sakit hati mendengar ucapan Hanggini tentang dirinya namun dilain sisi ia juga merasa apa yang dikatakan Hanggini tak salah, dirinya memang sangat jauh berbeda dari Laura yang terlihat nyaris sempurna
"Dengar Aruna! Kamu jangan pernah mengatakan hal seperti itu lagi. Kamu itu calon istri saya jadi tidak ada yang bisa merendahkan kamu terlebih itu didepan saya, mengerti!" Aruna hanya mengangguk saja mendengar ucapan yang terdengar seperti Omelan dari pria yang merupakan calon suaminya itu
"Iya pak, makasih karena sudah membela saya tadi" Ucapnya tulus sambil sesekali dia menyeka cairan bening yang membasahi pipinya
"Kamu tidak pulang?" Tanya Biru, kini pria itu kini tengah disuapi oleh Aruna
"Saya temenin bapak aja disini!" Jawabnya, tangannya masih sibuk menyuapi makanan pada Biru
"Kamu beneran kan?"
"Iya pak, lagian kan nggak ada yang bisa jagain bapak disini, pak Kevin pasti lagi sama istrinya" tutur Aruna
"Kalau kayak gini, saya lebih baik makan udang tiap hari" ujar Biru bercanda namun berhasil membuatnya menerima satu pukulan kecil di lengannya. Sungguh, Aruna kesal mendengar ucapan pria itu
"Bapak jangan sembarangan kalau ngomong, pak Biru nggak tau gimana khawatirnya saya pas liat bapak kayak tadi" ucap Aruna lembut yang membuat hati Biru menghangat
"Kamu khawatir sama saya?" Entah apa yang ingin ia buktikan, bahkan Aruna tak hentinya menangis melihat ia tak sadarkan diri
"Iyalah pak, bapak kok masih nanya sih" Aruna kesal sendiri meladeni pertanyaan Biru yang kadang tidak masuk akal
"Ya udah bapak istirahat dulu sekarang!" Titah Aruna
"Kamu sudah makan?" Biru masih bersandar ditempat tidurnya
"Nanti aja, saya nggak laper"
"Kamu belum makan dari tadi Aruna, sekarang udah malam!" Ujar Biru
"Iya pak, nanti saya makan setelah bapak istirahat"
"Pesen gofood aja!" Titah Biru pada calon istrinya
"Iya pak, nanti"
"Sekarang Aruna!" Pria itu benar-benar keras kepala, ia tak menerima penolakan dalam bentuk apapun
"Ya udah saya beli makanan di kantin rumah sakit aja"
"Jangan lama!"
"Iya pak" Aruna melangkah keluar dari kamar tersebut, baru saja Aruna pergi tiba-tiba saja pintu kamar kembali terbuka, Biru yang baru saja hendak berbaring menghentikan kegiatannya
"Ada apa lagi Aru_" ucapannya terhenti kala melihat siapa yang tengah berdiri diambang pintu
"Laura" lirih Biru
"Sayang" wanita seksi dengan gaun selutut berwarna navy berlari dan memeluk tubuh Biru erat
"Lepasin Laura!" Sentak Biru membuat Laura mengerutkan keningnya, tidak biasanya pria ini menolak sentuhannya pikir Laura
"Kamu kenapa?" Tanya Laura bingung
"Aku cuma nggak nyaman aja"
"Oh oke, nggak masalah tapi kenapa kamu bisa kayak gini sih sayang?" Tanya Laura dengan nada penuh khawatir
"Kamu tau dari mana aku disini?" Ditanya apa jawabnya apa, Laura semakin bingung melihat tingkah sang kekasih yang tidak seperti biasanya
"Kak Anggi" jawabnya
"Ck. Kak Anggi emang nyebelin" gumam Biru
"Kamu kenapa sih? Nggak seneng aku datang?"