Zahira Maswah, siswi SMA sederhana dari kampung kecil yang jauh dari hiruk-pikuk kota, hidupnya berubah total saat ia harus menikah secara diam-diam dengan Zayn Rayyan — pria kota yang dingin, angkuh, anak orang kaya raya, dan terkenal bad boy di sekolahnya. Pernikahan itu bukan karena cinta, melainkan karena keadaan yang memaksa.
Zahira dan Zayn harus merahasiakan pernikahan itu, sampai saatnya tiba Zayn akan menceraikan Zahira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lianali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29
“Semuanya sudah beres, Tuan,” ujar pria berpakaian hitam rapi dengan kepala sedikit tertunduk di depan Dewantoro Rayyan.
Dewantoro mengangguk perlahan, kemudian tersenyum penuh arti. Senyuman itu bukan sembarang senyuman, melainkan senyuman penuh perhitungan.
“Bagus,” balasnya dengan suara tenang namun sarat dengan kewibawaan yang dingin.
Ia melirik ke arah jendela besar kantornya, menatap langit mendung di kejauhan. Lalu bibirnya bergerak pelan, menggumamkan sesuatu.
“Sekarang kita lihat... seberapa hebat perempuan itu bertahan di lingkungan yang sama dengan pewaris keluarga Rayyan,” ucapnya lirih, nyaris seperti bisikan.
*****
Di sebuah kamar luas berwarna abu-abu modern, Zayn terduduk di atas karpet tebal, laptop terbuka di hadapannya. Wajahnya masam. Di tangannya tergenggam kalkulator kecil, angka-angka terus ia tekan dan ulang berkali-kali.
“Serius, 500 juta cuma buat sekolah?” desisnya kesal, “gila, sekolah apa ini, Lux Ford atau istana Buckingham?”
Ia membanting pelan kalkulator ke kasur. Kepalanya terasa panas, bahkan keningnya mulai berkeringat meskipun AC di kamar menyala dingin. Ia menunduk, menyandarkan dagu pada tangan yang bersedekap.
Zayn, memang sekolah di sana, tapi ia selama ini tidak pernah mau tau berapa biayanya yang harus dikeluarkan oleh orang tuanya demi dirinya. Yang ia tahu, hanya datang, duduk, dan belajar jika ia mau. Dan, sekarang barulah ia tahu, bahwa biaya yang dikeluarkan oleh orang tuanya untuk dirinya itu sangatlah fantastis.
Zayn memang anak dari keluarga super kaya. Namun, tetap saja, ia hanya pelajar SMA kelas dua. Ia memang mendapat jatah uang saku bulanan sebesar 30 juta, tapi itu bukan berarti ia bisa sembarangan mengeluarkan uang ratusan juta begitu saja. Apalagi, sejak tinggal serumah dengan Zahira, uang jajannya banyak terkuras untuk kebutuhan gadis itu—makanan, pakaian, bahkan biaya kontrakan kecil tempat mereka tinggal sementara waktu.
Zayn menatap layar laptopnya lagi, melihat daftar rincian biaya sekolah Zahira yang baru ia daftarkan. Uang pangkal masuk 200 juta, SPP semesteran 150 juta, seragam dan perlengkapan 50 juta, dan sisanya untuk buku dan alat tulis. Totalnya, hampir 500 juta.
Zayn mengacak rambutnya, “aduh Zahira... demi apa sih gua begini?”
Ia menatap meja koleksi barang-barang pribadinya. Di sana, berjajar jam tangan Rolex, Patek Philippe, dan Audemars Piguet yang dulu ia beli hanya karena iseng. Sepatu limited edition hasil kolaborasi desainer ternama, serta tas kulit branded yang lebih mahal dari gaji tahunan pekerja kantoran.
Dengan langkah berat, Zayn mendekati meja itu. Ia mengambil satu per satu barang koleksinya, memandanginya lama.
“Jam ini... nyokap beliin pas ulang tahun gua ke-15. Sepatu ini, gua rebutan sama Ardan di Jepang,” gumamnya, “tapi yaudahlah... demi Zahira.”
Ia menghela napas panjang. Lalu mengambil ponselnya dan mulai menghubungi beberapa kolektor barang branded yang ia kenal. Ia tahu pasarannya. Ia tahu barang-barangnya bisa laku mahal, asal ia sabar.
Tak lama, suara dering menyambut.
“Halo, Bro Zayn? Gila, lo tumben banget ngehubungin gue,” ujar suara di seberang.
“Gue mau jual jam. Patek gue yang platinum itu.”
“Hah? Seriusan? Yang lo pamer-pamerin pas prom tuh?”
“Ya, yang itu.”
“Kenapa? Bokap lo nyetop uang jajan lo?”
Zayn mendengus, “enggak. Gue cuma lagi butuh uang cepat.”
“Oke. Kirim foto ke WA, nanti gue kabarin. Tapi gue yakin, gue bisa dapet pembeli dalam dua hari.”
“Gue butuh uangnya malam ini,” kata Zayn serius.
Hening sesaat, “oke deh, gue coba atur. Lo transfer ke rekening gue kalau udah ketemu deal-nya.”
Setelah panggilan itu, Zayn menyandarkan punggung ke dinding kamar. Ia menatap langit-langit kamar, mata kosong.
“Baru Lo cewek yang bisa buat gue seberkorban ini,?” bisiknya lirih.
*****
Keesokan harinya, Zahira berdiri canggung di depan cermin besar yang tergantung di sudut kamar. Ia mengenakan seragam baru Lux Ford: blazer biru tua yang rapi, rok panjang sewarna, dan jilbab putih polos yang menutupi dada. Di tangan kirinya tergenggam tas sekolah berwarna krem, masih berlabel toko.
Wajahnya terlihat gugup. Meski ia tampak berbeda dari biasanya, keanggunan sederhana tetap terpancar darinya. Namun jelas, Zahira belum terbiasa dengan semua ini. Baju baru, lingkungan baru, kehidupan yang sepenuhnya asing.
Zayn berdiri di ambang pintu, menyenderkan badan ke kusen dengan tangan terlipat. Matanya menatap Zahira lama, kemudian ia bersuara.
“Kalo lo terus mandangin kaca kayak gitu, jangan-jangan cerminnya malu liat lo, Zahira.”
Zahira tersentak pelan, lalu berbalik sambil menunduk malu, “a-aku cuma... memastikan jilbabnya rapi...”
Zayn melangkah mendekat, lalu berdiri di belakang Zahira. Matanya menatap bayangan gadis itu dari cermin.
“Jilbabnya udah rapi. Lo juga kelihatan cocok pakai seragam itu,” ujarnya pelan, nyaris seperti gumaman.
Zahira melirik lewat cermin, lalu buru-buru menunduk. Pipinya memanas.
Zayn menghela napas, lalu duduk di pinggir ranjang. Suaranya berubah lebih serius namun tetap lembut.
“Zahira…”
“Iya?”
“Ada satu hal yang harus lo inget baik-baik.”
Zahira menoleh, menatapnya penuh tanya.
“Apa pun yang terjadi di sekolah nanti... jangan pernah bilang siapa pun tentang hubungan kita.”
Wajah Zahira menegang, "maksudnya... pernikahan kita?”
Zayn mengangguk, “iya. Jangan bilang siapa pun kalau lo udah nikah, apalagi kalau lo istri gue. Gue enggak mau ada gosip, enggak mau ada drama. Sekolah itu keras, Zahira. Dan orang-orang di dalamnya lebih kejam dari yang lo bayangin.”
Zahira mengangguk pelan, “iya... aku ngerti.”
"Dan, gue minta maaf, barang kali gue bakalan jadi jarang jengukin Lo ke sini, atau di sekolah nanti gue bakalan cuek bahkan seolah-olah enggak pernah kenal sama Lo. Itu, demi menjaga rahasia kita," ujar Zayn lagi.
Zahira menatap pantulan Zayn di cermin, gugup. Zayn berdiri di belakangnya, menatap bayangan Zahira dengan intens.
Zahira mengangguk, "iya enggak apa-apa."
Zayn kemudian berjalan mendekati Zahira, berdiri tepat di belakangnya, merapikan tas sekolah Zahira, dengan lembut.
“Lo harus kuat, Zahira. Dunia lo bakal berubah mulai hari ini. Tapi gue bakal ada... di dekat lo. Meskipun lo enggak selalu bisa liat gue.”
"Dan ingat, jangan nangis di hadapan mereka, kalau lo lelah, Lo hanya boleh nangis di hadapan gue dan Tuhan," ujarnya lagi.
Zahira mengangguk.
mainan busehhh ati ati loh takut nya yang Lo anggap mainan jadi sesuatu yang berharga
lanjut Thor mau lihat seberapa hebat Zahira bisa melalui ini semua
dan cerita cinta di sekolah ini pastinya yg di tunggu ,,rasa iri, cemburu dll
apa sekejam itu Thor di sana ?
selipin cowok yg cakep Pari purna yg tertarik ma Zahira mau tau reaksi suami nya,,kalau ada seseorang yg suka pasti membara bak 🔥
ayah zayn atau ayah ardi?.
kalo ayah zayn..
apakah ingin zahira twrsiksa dan dibully di sekokah zayn?
apa gak kauatir klao terbongkar pernikahan mereka?
❤❤❤❤❤❤
atau carikan sekolah lain.
❤❤❤❤❤
use your brain