Jodoh Untuk Azzam

   Malam Minggu ini orang-orang pada pergi ke pasar malam yang ada di desa sebelah karena tidak tiap hari ada.

    Pak Sapto tadi menyuruh Azzam dan Zahra pergi juga makanya mereka sekarang ada di pasar malam itu.

    "Ada yang kamu inginkan Ra?"Tanya Azzam memecah keheningan.

   "Nggak ada"Jawab Zahra sambil berjalan mendahului Azzam.

   Azzam menawari Zahra untuk naik ke permainan di pasar malam tapi lagi-lagi Zahra menolaknya.

   Pukul sembilan malam Azzam dan Azzura memutuskan pulang dengan jalan kaki hanya ada keheningan sepanjang mereka jalan.

    Hingga tiba-tiba ada sebuah motor yang lewat hampir menabrak Zahra kalau saja tidak di tarik Azzam alhasil sekarang ini mereka terjatuh dengan posisi Zahra berada di atas Azzam.

   Muka mereka saja sangat berdekatan jangan di tanya jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

   Azzam sangat menikmati keadaan ini dia terus memandangi wajah Zahra yang menurutnya sangat cantik kalau di lihat dari dekat.

   Bahkan jiwanya ingin melahap bibir pink yang alami tanpa polesan lipstik.

   Azzam tersadar dan melepas pelukannya saat Zahra berontak ingin bangun saat terlepas Zahra langsung berjalan tergesa dia takut ketahuan Azzam dengan ekspresi wajahnya saat ini dalam hatinya juga sama seperti Azzam.

    Zahra tidak pungkiri kalau Azzam memang sangat tampan bisa di bilang idola semua wanita.

   "Ya Allah kasih aku kesabaran yang panjang untuk tidak lepas kendali kalau berdekatan dengan Zahra"Gumam Azzam sedikit frustasi.

   Azzam kemudian berdiri ikut melanjutkan perjalanan pulang untung selama ini mereka tidak pernah tidur bersama kalau sampai Azzam berdua dengan Zahra dia tidak akan mungkin sanggup untuk bertahan.

     Paginya karena Azzam tidak bekerja dia ikut pak Sapto ke sawah walaupun tidak tahu mau apa dia ingin ikut.

   Sampai di sawah Azzam malah pergi ke sungai untuk mancing tadi ada tetangga pak Sapto yang meminjami pancingnya.

   Dengan telaten Azzam memancing dia cukup beruntung karena mendapat ikan lumayan banyak.

   Azzam memutuskan untuk pulang sampai di rumah dia tidak melihat keberadaan Zahra di rumah karena dia hobi masak jadi Azzam memutuskan untuk memasak ikannya sendiri.

    Dengan lihai Azzam mulai memasak ikannya dia juga tidak kesulitan memasaknya saat masakannya sudah hampir selesai Zahra pulang.

    "mas Azzam masak sendiri?"Tanya Zahra kaget karena melihat Azzam ada di dapur.

   "Iya tadi aku mancing dan dapat ikan karena tidak ada kamu jadi aku masak sendiri"Jawab Azzam sambil mengangkat masakannya dai atas kompor.

   "Sudah mas aku saja yang melanjutkannya mas Azzam pergi mandi saja"Tawar Zahra.

   Azzam pergi mandi toh masakannya sudah selesai tinggal menuang ke wadah untuk di makan.

   Habis mandi ternyata pak Sapto sudah pulang dari sawah dan sudah bersiap untuk makan.

Dengan alas lantai mereka menikmati makan siang dengan nikmat.

"Ayah nggak nyangka kamu pintar masak juga zam pasti sering bekerja pindah-pindah jadi kamu bisa masak"Sanjung pak Sapto.

Azzam hanya tersenyum dan mengangguk saja padahal di jakarta dia mempunyai restoran yang bisa dibilang besar.

"Bagaimana pembangunan sekolah zam?"Tanya pak Sapto.

"Sudah mau selesai yah tinggal sedikit"Jawab Azzam.

"Berarti kamu akan pergi dari sini kembali ke tempat asalmu?"Tanya pak Sapto dan sukses membuat Zahra menghentikan cuci piringnya karena masih mendengarnya.

"Iya ayah"Jawab Azzam singkat.

Malam harinya sebelum tidur Zahra selalu duduk di teras sambil memandang ke langit Azzam mencoba mendekat dan duduk di sebelahnya.

"Kenapa kamu selalu memandangi langit malam?"Tanya Azzam.

"Saat aku kecil ayah selalu bilang kalau ibu ada diatas langit makanya aku sering memandangnya sekarang malah menjadi kebiasaan ku".

"Ibumu pergi saat umur berapa?"Tanya Azzam.

"Saat aku lahir ke dunia ini,ibuku meninggal saat melahirkan aku jadi aku tidak pernah melihat seperti apa ibuku"Jelas Zahra.

"Maaf membuat kamu sedih".

"Nggak apa-apa ibu pasti sudah tenang disana".

"Aku mau bicara soal tadi siang yang aku bicarakan sama ayah,Aku mau ajak kamu dan ayah pergi bersamaku ke jakarta".

"Ayah nggak akan mau karena di rumah ini banyak kenangannya bersama ibu dan aku nggak bisa meninggalkan ayah sendirian di sini"Tolak Zahra.

"Tapi Zahra".

"Maafkan aku mas itu keputusanku nggak bisa di rubah"Potong Zahra sambil pamit masuk ke dalam rumah.

Tinggal Azzam yang berada di sana mendadak rasa kantuknya menghilang dengan mendengar jawaban dari Zahra.

Sebenarnya Azzam enggan meninggalkan Zahra tapi dia juga mempunyai kehidupan di jakarta.

Orang tuanya pasti mempertanyakan kalau dia tidak pulang-pulang sedangkan di dalam rumah Zahra juga tidak bisa tidur dia juga memikirkan hal yang sama dengan Azzam.