NovelToon NovelToon
Suami Pilihan Kakek

Suami Pilihan Kakek

Status: sedang berlangsung
Genre:Perjodohan / Nikahmuda / Cinta setelah menikah / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:3.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alfiyah Mubarokah

"Ka-kakak mau apa?"
"Sudah kubilang, jaga sikapmu! Sekarang, jangan salahkan aku kalau aku harus memberimu pelajaran!"



Tak pernah terlintas dalam pikiran Nayla Zahira (17 tahun) bahwa dia akan menikah di usia belia, apalagi saat masih duduk di bangku SMA. Tapi apa daya, ketika sang kakek yang sedang terbaring sakit tiba-tiba memintanya menikah dengan pria pilihannya? Lelaki itu bernama Rayyan Alvaro Mahendra (25 tahun), seseorang yang sama sekali asing bagi Nayla. Yang lebih mengejutkan, Rayyan adalah guru baru di sekolahnya.

Lalu bagaimana kisah mereka akan berjalan? Mungkinkah perasaan itu tumbuh di antara mereka seiring waktu berjalan? Tak seorang pun tahu jawabannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiyah Mubarokah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 29 Sabar Dulu Ya Joni

Nayla menatap Rayyan, ia sama sekali tidak menyangka jika Rayyan berani mengungkap status hubungan mereka pada Dafa.

"Maaf, aku harus mengakhiri semuanya. Aku gak mau kehilangan kamu," ucap Rayyan pelan, tapi cukup jelas terdengar oleh Nayla dan Dafa.

Sementara itu, Dafa menggeleng dengan wajah tak percaya. Ia menatap Nayla yang masih terpaku pada Rayyan lalu kembali menatap Rayyan.

"Anda pasti bercanda kan!"

Rayyan yang semula menatap istrinya kini menoleh ke arah Dafa. Begitu juga dengan Nayla, ikut memandang lelaki itu yang tampak begitu terkejut.

"Untuk apa saya bercanda? Memang faktanya begini," jawab Rayyan tenang.

Dafa menatap Rayyan yang begitu serius, lalu beralih pada Nayla. "Nayla, bilang kalau ini gak bener! Katakan kalau semua ucapan guru baru itu bohong!"

Nayla hanya menunduk dengan mata terpejam. Ia menggigit bibir bawahnya kuat-kuat untuk menahan perasaan. Setelah menarik napas panjang, ia mengangkat kepala dan menatap Dafa yang penuh harap.

"Maaf Daf. Nyatanya Kak Rayyan memang suami aku."

DUUARR!!

Hati Dafa seketika hancur. Rasanya dunia runtuh ketika mendengar hal itu keluar dari mulut gadis yang ia cintai. Namun, melihat ekspresi Nayla, ia sadar bahwa itu adalah kenyataan.

"Kenapa bisa Nayla? Kenapa kamu menikah dengan dia!" Dafa menunjuk Awan.

"Padahal kamu masih pacar aku. Kita udah berjanji buat hidup bareng!"

Nayla memejamkan mata. "Maafin aku Daf. Tapi kehendak Allah ternyata lain."

Dafa masih menggeleng, menolak percaya.

Rayyan lalu menyentuh bahu Nayla. "Kita pulang sekarang, Sayang. Ayah dan Mama sebentar lagi datang ke rumah," ucapnya lembut.

Nayla menoleh, menatap suaminya, lalu menurut saat Rayyan menggenggam tangannya dan mengajaknya pergi, meninggalkan Dafa yang masih terpaku.

Nayla melirik tangannya yang digenggam Rayyan, lalu menatap wajah suaminya yang datar.

"Pak, Nayla pulang sama saya. Bapak bisa lanjut kerja," ucap Rayyan pada sopir taksi yang sedari tadi menunggu.

"Baik Pak," jawab sopir, lalu menyerahkan ponsel Nayla pada Rayyan.

"Terima kasih."

"Sama-sama Pak."

Sopir itu pun masuk ke dalam mobilnya. Tak lama kemudian, Rayyan berjalan ke mobilnya, membukakan pintu untuk Nayla sebelum ia sendiri berputar ke sisi kemudi.

"Maafin aku Kak," ucap Nayla ketika mobil sudah melaju cukup jauh.

Rayyan menoleh. "Maaf untuk apa?"

"Karena tadi ikut Dafa, padahal Kak Rayyan belum izinin," jawab Nayla menunduk.

"Ini bukan salah kamu Sayang. Aku ngerti alasan kamu mau ikut dia," ucap Rayyan sembari mengusap pipi istrinya lembut, senyum tipis terukir.

Nayla sempat terkejut. "Kak Rayyan gak marah?"

Rayyan menggeleng. "Kenapa harus marah? Aku yakin kamu gak akan berbuat macam-macam. Aku cuma takut kalau Dafa nekat dan bikin kamu balik padanya, lalu ninggalin aku."

Nayla menunduk. "Maaf udah bikin Kak Rayyan khawatir."

Rayyan lalu menarik kepalanya dan mengecup keningnya. "Sudah jangan dipikirin. Yuk kita pulang, Ayah sama Mama bisa sampai lebih dulu."

"Memang benar mereka mau datang?" tanya Nayla.

Rayyan mengangguk. "Iya tadi Ayah telepon."

Nayla terdiam. Sudah lama sejak menikah, ia belum bertemu Ayah dan Ibu tirinya. Bagaimana keadaan mereka? Apakah sehat?

"Nayla?" panggil Rayyan menyadarkan istrinya.

"Iya Kak?"

Rayyan tersenyum. "Kamu melamun ya? Dari tadi aku tanya gak nyaut."

Nayla menunduk. "Tadi Kakak nanya apa?"

"Apa kita sebaiknya mampir beli makanan di restoran? Kayaknya kalau masak sendiri waktunya gak cukup," ulang Rayyan.

Nayla melihat jam di tangannya. "Terserah Kak Rayyan, aku ikut aja."

"Kalau gitu, kita mampir sekalian beli kue buat Ayah, Mama, dan Pandu," ucap Rayyan. Nayla hanya mengangguk.

...****************...

"Ini langsung disajikan atau gimana Kak?" tanya Nayla sambil menaruh paperbag berisi makanan dan kue.

"Taruh aja dulu di meja makan. Kamu mending mandi biar segar," sahut Rayyan.

Nayla mengangguk. "Oke, aku mandi dulu ya. Rasanya capek banget."

Rayyan tersenyum dan mengangguk.

Baru beberapa langkah, tubuh Nayla tiba-tiba terangkat. "Kak!" pekiknya.

Rayyan tersenyum. "Aku bantuin, kamu pasti capek banget."

"Aku bisa sendiri, turunin dong," rengek Nayla sambil menggeliat.

"Aku tau, tapi aku pengen bantu. Mandi bareng sekalian, biar capeknya hilang."

Nayla mengerutkan dahi. "Hilang gimana? Malah makin capek Kak."

"Gak, Sayang. Nanti sekalian aku pijitin waktu mandi," ucap Rayyan dengan senyum nakal.

Nayla bergidik melihat senyum itu. "Ayo Sayang, bukain pintunya," pinta Rayyan saat sampai di kamar.

Dengan enggan, Nayla membuka pintu, lalu Rayyan masuk dan menutup kamar mandi dengan kakinya. Ia mendudukkan Nayla di wastafel sambil menyiapkan air.

Saat air siap, Rayyan mendekat, menipiskan jarak di wajah mereka. "Aku sayang kamu, Nayla Zahira Aditama," bisiknya sebelum mencium bibir Nayla.

Nayla hanya memejamkan mata, menikmati ciuman itu, sesekali membalas. Hingga tangan Rayyan mulai masuk ke balik bajunya, mengusap punggung lembut, membuat Nayla mengeluarkan suara lirih.

...****************...

Sekitar satu jam kemudian, mereka selesai mandi. Kini duduk di tepi ranjang, Nayla mengeringkan rambut suaminya.

"Aku beruntung punya istri kayak kamu," gumam Rayyan.

"Beruntung? Kenapa?" tanya Nayla.

"Karena kamu mau nerima aku yang duda."

Nayla terdiam sejenak. "Bukannya Kak Rayyan malah sembunyiin status duda itu?"

Rayyan tersenyum tipis. "Aku takut kamu nolak nikah kalau tau aku pernah menikah."

Nayla mencibir. "Dasar."

"Tapi kamu beneran gak masalah, kan?" tanya Rayyan khawatir.

Nayla akhirnya tersenyum. "Aku gak masalah, itu cuma status. Lagi pula sekarang Kakak suami aku, bukan duda lagi," jawabnya.

Rayyan gemas mencubit pipinya.

"Tapi ada satu hal yang bikin aku penasaran," ucap Nayla.

"Apa?" tanya Rayyan.

Nayla menggigit bibir bawah, ragu. "Kenapa dulu Kak Rayyan bisa sama Rena, tapi ke aku malah nahan diri? Apa bener kata Rena kalau aku gak menarik?"

Rayyan menatapnya serius. "Siapa bilang kamu gak menarik? Justru kamu terlalu seksi sampai aku selalu harus nahan diri kalau sama kamu."

Nayla terkejut dan memalingkan wajah. "Aku gak percaya!"

Rayyan tersenyum, lalu menggenggam tangan Nayla dan meletakkannya di bagian sensitif tubuhnya. Nayla langsung membelalakkan mata, buru-buru menarik tangan dan menjauh.

"Masih gak percaya?" tanya Rayyan berat.

Nayla menelan ludah.

"Aku sayang kamu, makanya aku tahan. Aku gak mau kamu hamil sebelum lulus," lanjut Rayyan.

Wajah Nayla makin panas. "Aku… aku harus panasin makanan!" ucapnya terburu-buru keluar kamar.

Rayyan hanya tersenyum sambil geleng-geleng. "Ya ampun, bikin istri sendiri kabur," gumamnya. Lalu ia melirik ke bawah. "Sabar dulu ya, Joni."

...****************...

Nayla menyandarkan tubuhnya di dinding kamarnya, jantungnya berdebar keras. Untuk pertama kalinya ia menyentuh bagian paling pribadi suaminya.

Selama ini, meski sering mandi bersama, Rayyan tak pernah memintanya melayani. Namun barusan, kenyataan berbeda ia rasakan. Membayangkannya membuat Nayla menelan ludah. Ia lalu menatap tangannya, membayangkan seberapa besar milik Rayyan.

Namun cepat-cepat ia menggeleng. "Apaan sih, Nay! Ngapain mikir begituan! Dasar bego!" rutuknya.

Akhirnya ia beranjak, mengingat harus menyiapkan makan malam sebelum Ayah dan Mama sambungnya tiba bersama Pandu.

...****************...

"Sebenernya rumah Nayla di mana sih Yah?" tanya Manda kesal karena tak kunjung sampai.

"Sabar Ma. Dari alamat yang Rayyan kasih, sebentar lagi nyampe," jawab Aditama.

"Dari tadi bilang sebentar!" gerutu Manda.

Pandu yang sedari tadi diam ikut menyahut, "Sabar Ma."

Manda mendengus, memilih diam. Namun matanya melebar ketika melihat mobil memasuki kompleks perumahan elit.

"Loh, kok ke perumahan elit Yah?"

"Iya, alamatnya di sini," jawab Aditama.

"Gak mungkin! Ayah salah alamat kali," bantah Manda.

Aditama menoleh sekilas. "Kalau gak percaya, baca sendiri chat Rayyan ini."

Manda menerima ponselnya, terkejut. "Ternyata bener tapi masa iya Rayyan sama Nayla tinggal di sini?"

"Ayo turun Ma," ajak Aditama saat mobil berhenti di depan rumah mewah.

"Kita sampai?" tanya Pandu. Aditama mengangguk.

Manda masih terpaku. "Gak mungkin ini rumah mereka! Waktu nikah aja keluarganya cuma ngasih barang sederhana. Pasti ini salah alamat!"

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!