NovelToon NovelToon
Vendrell'S Canvas

Vendrell'S Canvas

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Obsesi / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Romansa / Fantasi Wanita
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Reenie

Aku sering mendengar orang berkata bahwa tato hanya diatas kulit.

“Jangan bergerak.”

Suara Drevian Vendrell terdengar pelan, tapi tegas di atas kepalaku.

Jarumnya menyentuh kulitku, dingin dan tajam.
Ini pertama kalinya aku ditato, tapi aku lebih sibuk memikirkan jarak tubuhnya yang terlalu dekat.

Aku bisa mencium aroma tinta, alkohol, dan... entah kenapa, dia.
Hangat. Menyebalkan. Tapi bikin aku mau tetap di sini.

“Aku suka caramu diam.” katanya tiba-tiba.
Aku hampir tertawa, tapi kutahan.

Dia memang begitu. Dingin, sok datar, seolah dunia hanya tentang seni dan tatonya.
Tapi aku tahu, pelan-pelan, dia juga sedang mengukir aku lebih dari sekadar di kulit.

Dan bodohnya, aku membiarkan dia melakukannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reenie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Scroll Instagram

Evianne Books sore itu terasa hangat. Aroma kayu tua bercampur wangi kertas dan kopi yang tertinggal di meja kasir. Rak-rak buku berdiri rapat, penuh, menghadap jendela kaca besar yang menampakkan jalan kecil di luar. Suara langkah kaki para pelanggan berpadu dengan denting lonceng pintu, mengisi ruang seolah toko ini memiliki napasnya sendiri.

Di balik meja kasir, aku duduk bersandar sambil memegang ponsel. Jari-jariku refleks menggeser layar, membuka Instagram hanya untuk melepas lelah. Mata menatap layar, tapi pikiran mengembara entah ke mana.

“Liora! Fokus dong, Putri pemilik toko,” suara Livia, sahabat sekaligus ‘pengunjung tetap’ toko ini, mengagetkanku. Dia berdiri di seberang meja, tangan bertumpu di pinggang sambil menatapku tajam. “Itu pelanggan nanya harga novel di rak klasik, masa kamu nggak denger?”

Aku tersenyum canggung, “Maaf, Liv. Nanti aku bantu. Lagi… lihat sesuatu.”

"Urus dulu pelanggan sana" ucap sahabatnya yang cerewet.

"Huh baiklah"

Liora menemui pelanggan dan memberitahu harga novel itu. Setelah berbicara dengan pelanggan, dia kembali duduk di meja kasir. Dia kembali menggulir instagramnya.

Livia mendekat, matanya menyipit menatap ponselku. “Instagram? Tumben.”

Aku mengangguk, nyaris tak berkedip. Di layar, sebuah foto memenuhi pandanganku lengan seorang wanita, bersih dan ramping, dihiasi tato bunga mawar hitam. Bukan gambar mencolok, hanya garis-garis tipis, begitu detail, seolah bunga itu memang tumbuh di sana.

“Astaga… kamu liatin tato?” Livia berseru, setengah geli setengah kaget.

“Cantik, ya?” bisikku pelan, nyaris hanya untuk diriku sendiri.

"Hah? Cantik? Kau pikir aku gak dengar?"

Livia menghela napas, lalu menarik kursi dan duduk di sampingku. “Nggak nyangka, Lio. Pemilik toko buku kalem, doyan puisi romantis, sekarang naksir tato?”

Aku tertawa kecil, walau pikiranku belum sepenuhnya kembali. “Aku nggak ngerti kenapa, Liv. Tapi ini beda. Lihat deh, bukan kayak tato yang kita lihat di jalan. Ini kayak lukisan.”

Livia melihat postingan itu. Dia juga menganggapnya menarik. Biasanya tato yang mereka tahu hanyalah tato naga yang banyak dipakai orang-orang. Tapi ini beda, tato yang seolah-olah hidup dikulit.

Aku membuka profil si pemilik karya. Nama akun: @Vendrell.ink

Sederhana, hanya berisi galeri tato hitam-putih di tubuh manusia, lengan, punggung, tulang belikat. Semua terlihat berseni, tenang, dan entah kenapa menyentuh.

“Liora Evianne yang terhormat,” Livia menyandarkan dagu di bahuku, menatap layar. “Kamu jatuh cinta sama tato?”

“Bukan,” jawabku buru-buru. “Aku cuma… penasaran.”

"Apa iya? Penasaran diawal tapi lama-lama kamu nanti ketagihan gimana? Hayo.." ucapnya

"Enggak. Serius deh! Aku hanya penasaran"

Hanya kata 'penasaran' tapi tetap nge-scroll. Foto berikutnya memperlihatkan pria bertangan kuat, sedang menato lengan seseorang. Wajahnya tak tampak. Tapi lengannya penuh tato naga yang begitu detail. Tangannya stabil, gerakannya presisi. Tangan itu berotot berarti tangan yang ditato adalah tangan pria. Bukan tangan wanita yang tadi dilihatnya pertama kali.

“The Vendrell Tattoo House,” Livia membaca bio si akun. “By appointment only? Serius? Tempat eksklusif ya?”

Aku mengangguk pelan, mataku terpaku pada video singkat berikutnya. Sesi tato yang hening, hanya terdengar suara mesin dan napas pelan sang klien. Semuanya terasa intim.

“Aku kayak pengen lihat langsung tempat itu,” kataku, hampir tanpa sadar.

Livia menatap. “What? Liora, kamu pengen ke studio tato?”

“Aku nggak bilang mau ditato. Aku cuma pengen tahu. Kayak apa tempatnya.”

Livia memeluk lengan kiriku. “Kamu serius? Kan bisa cari di internet.”

“Gak sama. Aku pengen ngerasain sendiri. Mungkin sekadar lihat, lalu pulang.”

"Halah. Cuman tempat tato aja lho itu. Kenapa harus sampai ke situ sih. Banyak lho diinternet. Kamu ngapain juga ke tempat-tempat itu. Nanti kamu diculik gimana? Atau kamu di perko-"

"Apaan sih kamu Liv? Kok kamu ngomong gitu sama ku. Kita gak tahu tempatnya bagimana. Ini juga dipostingannya banyak yang memberi bintang lima. Banyak juga yang berkomentar positif. Banyak orang yang kesini kok." ucapnya meyakinkan.

Livia terdiam, lalu tersenyum kecil. “Oke. Tapi aku ikut. Biar kalo kamu pingsan lihat jarum, ada yang nolong.”

Aku tertawa, tapi entah kenapa hatiku berdebar.

"Iya deh kamu ikut."

Bukan karena takut jarum, bukan karena takut tempat asing. Tapi karena ingin tahu, dan rasa ingin tahu itu mendesak.

Sudah pukul lima sore. Saatnya sekarang menutup toko. Para pelanggan perlahan-lahan pulang dari toko itu. Ada yang fokus membaca dan ada yang membeli beberapa buku. Setelah toko tutup, Liora duduk di sofa belakang sambil terus menatap feed Instagram itu.

"Tiap foto, tiap guratan tinta, seolah bicara padaku." ucapnya pada dirinya sendiri.

Dan tanpa sadar, Liora membayangkan bagaimana rasanya jika kulitnya disentuh tinta itu?

Liora menggeleng cepat.

Tidak. Aku bukan orang seperti itu.

Tapi entah kenapa Liora ingin ke sana. Seperti ada panggilan untuk dia mencari tahu tentang tato itu.

Livia datang lalu duduk disamping Liora melihatnya termenung.

"Hei, mikirin apa sih? Tato itu ya?"

Liora terdiam sejenak. Tidak berani menjawab sahabatnya yang cerewet itu.

"Haduh kamu ini. Aku ga mau ya seorang Liora yang lugu tiba-tiba ingin tato. Kan tadi udah aku bilang kamu gak takut di-"

"Jangan bilang kayak gitu." potongnya tiba-tiba.

"Aku juga gak tahu kenapa aku tertarik. Aku ingin melihatnya besok. Aku merasa tato itu elegan tidak seperti tato biasanya yang aku lihat. Kamu ngerti gak sih maksud aku?"

Livia memutar matanya.

"Hhhh kamu ini modal nekat" gerutunya.

"Emangnya salah kau semisalkan aku pakai tato?" tanya Liora

Livia terdiam sejenak. Dia tahu bahwa dia tak bisa menghalangi sahabatnya. Tapi sejak kedua orang tuanya meninggal, dia merasa kasihan pada Liora yang harus menanggung semuanya. Untung saja dia anak tunggal dan tidak perlu memikirkan biaya tambahan hanya memikirkan dirinya.

Semenjak kejadian pahit itu, Livia memutuskan untuk tinggal bersama Liora dirumahnya. Karena dirumah Livia dia juga tidak dianggap. Orang tuanya hanya sayang kepada kakak perempuannya yang lebih berprestasi dari pada dia. Bahkan saat Livia lari dari rumah, orang tuanya bahkan tidak peduli. Mereka hanya menganggap rendah anaknya karena kurang berprestasi seperti kakaknya.

Tapi dia punya Liora. Gadis manis dan lugu yang selalu menjadi temannya. Mulai dari dia SMP hingga lulus SMA mereka tetap bersama. Walau dia hanya membantu Liora menjaga toko warisan orang tuanya.

"Kok diam?" tanya Liora

"Aku tidak pantas melarangmu. Tapi aku belum setuju kalau kamu pakai yang begituan. Aku takut kulitmu cedera atau bahkan lebih parah." ujarnya

"Liv, kamu jangan khawatir. Aku tahu aku memang suka buku, puisi atau yang lain. Tapi asal kamu tahu aku juga suka seni. Terutama seni rupa, emang kamu lupa aku pernah juara satu nasional melukis Menara Eiffel waktu SMA dulu?"

"Iya sih. Tapi kan beda. Ini kan seni tato di kulit manusia bukan di kanvas kayak yang kamu lukis itu" ucapnya

Kata-kata 'kanvas' membuat Liora termenung. Bukannya kulit manusia juga sebagai kanvas pada tato, ya?

1
Reiko
Menarik juga ceritanya. Beda dari yang lain
Leira
Livia suka cari gara-gara yahaha
Leira
Tatoo...🤯
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!