NovelToon NovelToon
Criminal Love

Criminal Love

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Time Travel / Teen School/College / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Mengubah sejarah / Persahabatan
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: Choi Kim Ae

Kembali ke masa lalu untuk menyelamatkan cinta pertama ku dari kematian.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choi Kim Ae, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7

Setiap hari yang ku lalui rasanya seperti dejavu, kecuali hal-hal yang berkaitan dengan Nicky dan juga masalah yang sebelumnya belum terjadi dengan Dicky. Aku sudah bisa menebak alurnya dan mengikutinya tanpa sadar.

Saat hendak masuk kelas, tiba-tiba ada yang menarik tangan ku.

"Hai. Gue mau balikin rok lo. Sorry kalau lo kaget." Ucap gadis yang menarik tangan ku sambil tersenyum.

Aku yang masih melotot karena terkejut ada yang menarik tangan ku hanya bisa mengangguk dan menerima paper bag dari Giska.

"Gue Giska dari kelas 12 Ips 1. Lo Rivanza kan?"

"Iya."

"Makasih ya. Gue ke kelas dulu." Gadis itu pergi dengan ceria.

Aku melihat isi paperbagnya yang terasa berat untuk sebuah rok, ternyata Giska menaruh 1 kaleng susu strawberry juga didalamnya. Aku meletakkan tas ku dan juga paperbag itu diatas meja ku dan aku memutuskan untuk menemui Nicky. Tak ada yang ingin ku sampaikan, hanya ingin memastikan bahwa dia baik-baik saja setelah melihat Giska.

Aku masuk ke kelas Nicky yang juga kelas Sherly. Seperti biasa, Sherly selalu sibuk dengan pacarnya dan hanya menyapa ku singkat. Aku menghampiri Nicky yang tengah duduk di kursinya sambil merogoh paperbag yang sama seperti yang diberikan Giska padaku. Ah itu pasti almamaternya yang ia pakaikan pada Giska kemarin.

Nicky meraih sekaleng susu yang sama juga dengan milik ku dari dalam paperbagnya. Kali ini rasa cokelat.

"Wah susu, buat gue ya." Kata ku merampas susu itu dari tangannya Nicky.

Seperti biasa, Nicky hanya pasrah tak meladeni ku. Aku membuka kaleng itu dengan susah payah namun tak berhasil, kemudian Nicky mengambilnya dari tangan ku dan membukanya. Setelah berhasil membukanya ia menyerahkan susu itu padaku. Ah dia peka rupanya.

"Sore ini latihan basket?" Tanya ku sambil menyesap susu cokelat kaleng.

"Iya."

"Gue mau nonton ah. Tapi baliknya gue nebeng ya?"

"Bilang aja emang mau nebeng."

"Hehehe. Abis capek naik bus."

Tiba-tiba bel sekolah pun berbunyi. Aku kembali ke kelas ku dan mengikuti pelajaran seperti biasanya.

Dejavu

Sialan. Padahal saat disekolah aku lumayan pintar, tapi sekarang otak ku malah tak bisa mengingat satupun pelajaran ini. Oh iya, pada saat itu aku pasti sibuk memikirkan si gila Dicky sampai nggak ada satupun materi yang masuk di otak ku.

Ah sial sial.

"Pak, ijin ke toilet." Ucap ku pada guru kimia di jam pelajaran ke 3.

"Iya."

Aku pergi ke toilet meskipun tak ada yang ingin ku lakukan. Aku mencuci muka ku agar merasa lebih segar, menatap wajahku di cermin.

"Hei, kau benar-benar Rivanza? Wah, lihat betapa cantiknya dirimu saat usia 17 tahun. Bahkan kau tak perlu menggunakan serum retinol untuk memiliki kulit kenyal ini. Tapi kenapa kau bodoh? Bisa-bisanya kau percaya dengan mulut busuk si Dicky. ck ck ck. Bahkan dari wajahnya pun nggak ada yang bisa dilihat. Nggak apa-apa, kau masih sangat muda. Suatu hari kau akan bertemu dengan seseorang yang benar-benar mencintaimu, menghargaimu, dan juga memperlakukan mu seperti seorang putri. Sabar ya." Aku bicara pada pantulan wajahku di cermin seperti orang gila.

***

Sore itu aku menonton tim basket sekolah ku latihan. Sebenarnya aku tak mengerti permainan basket, hanya saja tim basket ini isinya orang-orang ganteng semua. Sekalian saja aku cuci mata. Kalau dipikir-pikir, Dicky adalah orang yang samasekali nggak cocok gabung dengan mereka. Tapi karena kepercayaan dirinya, dia jadi punya pesona tersendiri meskipun dirinya yang paling nggak good looking. Huft. Lagi-lagi aku membahas Dicky.

"Nicky!" Seru ku sambil melambaikan tangan pada Nicky yang sedang fokus dengan bola basketnya, memberi isyarat padanya bahwa aku sudah ada disini.

Namun Nicky sama sekali tak melihat ke arah ku dan tetap fokus dengan permainannya.

Selesai latihan basket Nicky berganti pakaian sementara aku menunggu di kursi taman depan ruang ganti. Setelah selesai berganti baju, aku mengikuti langkah kaki Nicky. Namun bukannya berjalan menuju parkiran, Nicky justru berjalan menuju gerbang sekolah.

"Hei, lo mau pergi ninggalin motor lo?" Tegur ku.

"Gue nggak bawa motor tuh." Jawabnya enteng.

"Apa? Kenapa nggak bilang dari tadi?" Protes ku.

"Karena gue malas naik bus sendirian."

"Cih, dasar licik." Aku cemberut sambil menggerutu kesal.

Tiba-tiba tangannya merangkul leher ku seperti hendak memitingnya, namun tak sakit sama sekali.

"Jangan ngambek. Ayo kita mampir ke PizzaHat, gue traktir."

Aku yang canggung dengan sikapnya yang tiba-tiba itu hanya bisa terdiam. Lalu aku segera menjauh darinya dan melepaskan rangkulan tangannya.

"Pokoknya gue mau pizza premium!"

"Iya pesanlah."

"Sama es krim juga!"

"Iya."

"Abis itu mau Lasagna."

"Iya."

"Sosis panggang juga!"

"Iya iya."

"Gue kuras habis uang jajan lo!"

"Nggak bakal habis."

"Kalo gitu kita mampir lagi ke cafe, gue mau cake juga."

"Emang perut lo masih muat untuk menampung semua itu?"

"Masih tuh, selagi nggak ketemu nasi gue nggak bakal kenyang."

"Iya iya."

Nicky adalah tipe orang yang malas berdebat. Biasanya dia akan menuruti semua ucapan ku meskipun aku tak serius dan akan pergi sesuka hatinya jika ada hal yang membuatnya tak nyaman tanpa mengucap sepatah katapun.

Wah, ternyata aku berdebar-debar hanya dengan sikapnya yang seperti ini. Nggak nggak, aku nggak boleh begini.

Kami melewati sebuah gang untuk menuju jalan besar, namun kami menyaksikan hal yang tak terduga.

Sebuah tas terlempar dari dalam rumah tepat dihadapan kami yang hendak melewati pintu rumah tersebut.

"Dasar anak sialan! Pergi sana! Nggak usah pulang sekalian!" Teriak seorang pria dewasa sambil mendorong seorang gadis yang masih memakai seragam yang sama dengan ku.

Brakk!!! Pria itu membanting pintu meninggalkan gadis itu.

Aku menutup mulutku tak percaya dengan apa yang baru saja kami saksikan.

Itu Giska, gadis itu menangis dengan rambutnya yang terurai dan lepek akibat air mata. Ada bekas merah terlihat di pipi putihnya, seperti bekas tamparan yang cukup keras.

Nicky berlari kecil menghampiri gadis itu, memungut tasnya dan memberikan pada pemiliknya.

"Lo gapapa?" Tanya Nicky ragu pada gadis itu.

Gadis itu hanya terdiam sambil menangis. Nicky terlihat iba, tak tega menyaksikan apa yang baru saja dialami gadis tersebut.

Ku lihat Nicky mengulurkan tangannya dengan ragu ingin meraih punggung gadis itu untuk menenangkannya. Namun aku segera berlari dan langsung memeluk gadis itu agar Nicky tak melakukannya.

Aku memeluk Giska dan mengusap punggungnya.

Setelah membuat Giska tenang, kami pun pergi ke restoran pizza bertiga. Ternyata Giska belum makan sejak pagi. Singkat cerita yang kami dengar, Giska tinggal bersama dengan ayahnya. Orang tuanya sudah lama bercerai karena ibunya pergi bersama pria lain meninggalkan Giska dan ayahnya. Setelah perceraian itu emosi ayah Giska menjadi tak stabil dan sering mengamuk saat Giska melakukan sedikit kesalahan kecil. Hari ini Giska menyelesaikan tugas di perpustakaan dan pulang terlambat, hal itu membuat ayahnya mengamuk dan menyuruh Giska untuk tak usah pulang sekalian.

1
Murni Dewita
👣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!