NovelToon NovelToon
Mantan Rasa Pacar

Mantan Rasa Pacar

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / Berbaikan / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Persahabatan / Teman lama bertemu kembali
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Asmi SA

MANTAN. Apa yang terbesit di pikiran kalian saat mendengar kata 'MANTAN' ?

Penyesalan? Kenangan? Apapun itu, selogis apapun alasan yang membuat hubungan kamu sama dia berubah menjadi sebatas 'MANTAN' tidak akan mengubah kenyataan kenangan yang telah kalian lewati bersama.

Meskipun ada rasa sakit atas sikapnya atau mungkin saat kehilangannya. Dia pernah ada di garis terdepan yang mengisi hari-harimu yang putih. Mengubahnya menjadi berwarna meski pada akhirnya tinta hitam menghapus warna itu bersama kepergiannya.

Arletta Puteri Aulia, gadis berkulit sawo matang, dengan wajah cantik berhidung mancung itu tidak mempermasalahkan kedekatannya lagi dengan cowok jangkung kakak kelasnya sekaligus teman kecilnya-- Galang Abdi Atmaja. Yang kini berstatus mantan kekasihnya.

Dekat? Iya,
Sayang? Mungkin,
Cemburu? Iya,
Berantem? Sering,
Jalan bareng? Apa lagi itu,
Status? Cuma sebatas mantan.

Apa mereka akan kembali menjalin kasih? Atau mereka lebih nyaman dengan -MANTAN RASA PACAR- julukan itu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asmi SA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 7

Musim gugur kala itu menjadi musim terburuk untuk seorang gadis berusia empatbelas tahun.

Ia menengadahkan tangannya menanti daun turun ke tangannya. Menunggu seorang cowok yang mungkin terpaut jauh darinya. Sebuah tangan besar berada di atas kepala gadis itu, mengambil daun kecil yang tersangkut di atas helai rambutnya.

Gadis itu menoleh, cowok itu masih menatap gadis itu tersenyum. Gadis itupun ikut tersenyum. Mereka menikmati musim itu dengan bahagia kala itu. Sampai saat gadis itu pulang ke rumah.

"Dari mana kamu?" ucap Pria dewasa yang ia sebut papa itu. Nadanya dingin, tatapannya tajam mengarah ke arah gadis itu. Pria itu mengulurkan sebuah foto gadis itu bersama seorang pria.

"Aku..." gadis itu tak mampu berucap apapun. Ia terlalu takut dengan papanya. Papa yang sangat disegani. Semenjak mama meninggal, papa begitu keras padanya. Selama ini ia hanya mengikuti perintah papanya. Dan selama ini pun papa tidak pernah memarahinya tanpa sebab.

Gadis itu menoleh pada sofa yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Seseorang tengah duduk santai di sana. Ia menatap tajam pada cowok itu. Hingga kepalanya menoleh ke samping. Kejadian itu sangat cepat, hingga ia tidak bisa menghindarinya. Ia mengusap pipinya yang terasa panas. Bulir air matanya menetes begitu saja. Ia baru saja ditampar papanya. Dan itu untuk pertama kalinya papa melakukannya.

Gadis itu menatap papanya, kecewa. Namun ia lebih kecewa pada cowok itu. Tanpa mengatakan apapun, gadis itu lari ke dalam kamar dan menguncinya. Ia tak peduli dengan panggilan papa yang terus menggema. Ia menutup kedua telinganya, sembunyi di balik pintu itu.

***

Brakk.. gadis itu membuka kasar pintu kamar kakaknya. Kakak? Bahkan dia malas menyebutnya kakak.

“Ck, bisa ketuk pintu dulu ngga?” Sinis cowok itu memasang earphone. Tanpa mempedulikan tatapan tajam gadis itu.

“Ngga usah banyak omong deh! Kenapa lo balik ke sini hah?” Teriak gadis itu yang mulai frustasi.

“Kenapa? Suka-suka gue dong,” sinisnya. Gadis itu mulai bersabar. Cowok itu memang seperti itu. Semaunya sendiri. Dan itu membuatnya sangat membenci cowok itu.

“Oke itu terserah lo, tapi kenapa lo sekolah di sini sih? Dan kenapa harus di kelas gue?” Ujarnya kesal.

Cowok itu menatapnya tersenyum, “karena dia ada di sana,” ucap cowok itu melepas kembali earphonenya lalu meninggalkan gadis itu.

“Jangan pernah nyakitin sahabat gue.” gumam gadis itu.

Cowok itu menghela nafas, “hahh... gue ngga akan pernah nyakitin dia, bahkan lo tahu, dia cinta pertama gue.” ucap cowok itu tanpa menoleh.

***

“Gimana yang itu udah beres kan?” Tanya Galang pada Andini dan Raya. Kamar Arletta kini sudah terpenuhi oleh balon-balon berwarna putih dan biru.

“Udah, ini tinggal dua balon lagi kok,” ujar Raya menunjuk balon di tangannya. Galang mengangguk,

“oke, gue telfon adik gue dulu.”

Selang beberapa saat, telfon itu terhubung dengan adiknya. “Halo Bell, gimana? Lagi sama Kak Tata kan?” tanya Galang sumringah.

“Kak, eum..” terdengar penyesalan pada nada bicara Bella. Raut wajah Galang seketika itu berubah.

“Kenapa Bel? Ada masalah?” Tanya Galang khawatir.

“Aku, ngga jadi pergi sama Kak Tata,” ujar Bella takut. Galang menghentikan aktifitasnya. “Kok bisa, terus? Tata di mana?”

“Aku ada belajar kelompok sama temen-temen. Kak Tata tadi bilang langsung pulang kok dari sekolah aku,” ujar Bella dari seberang sana.

“Langsung pulang?”

“Iya kak, emang Kak Tata belum sampe?” Tanya Bella heran. Galang menghela nafas berat.

“Ya udah Kak Galang tutup telfonnya ya, kamu belajar yang bener,” ucap Galang mengakhiri obrolannya dengan Bella. Sambungan telefon itupun diputus.

“Gimana kak? Berhasil adek lo?” Tanya Andini masih berkutat dengan beberapa pita. Raya pun masih sibuk dengan balon di tangannya menunggu jawaban Galang.

“Arletta ada bilang mau ke rumah lo ngga?” Tanya Galang mengabaikan pertanyaan Andini. Andini dan Raya saling tatap, mereka sama-sama menggeleng. “Kenapa kak?” tanya Andini kemudian.

Galang mengacak rambutnya frustasi. “Dia ngga sama Bella sekarang,”

“What?!”

***

“Kemana sih lo Ta? Bikin khawatir,” racau Galang frustasi. Berulang kali ia mencoba menghubungi Arletta namun ponselnya sepertinya mati.

“Kita harus cari ke mana dong kak?” Tanya Andini ikut cemas.

“Galang? Gimana Tata? Apa udah bisa dihubungi?” Tanya Tante Lia yang baru saja masuk ke kamar Arletta. Galang menoleh dan menggeleng lesu.

Tante Lia mengambil ponselnya. Tidak ada satupun pesan dari Arletta.

Andini dan Raya pun sama, mencoba menghubungi teman-teman atau siapapun yang mungkin akan Arletta datangi.

“Coba kita tunggu sebentar lagi,” ujar Raya mencoba menenangkan keadaan. Ia menaruh kembali ponselnya di dalam tasnya.

“Gue belum tenang kalo belum ada kabar dari dia,” ucap Galang tanpa mengalihkan tatapannya pada layar ponsel itu.

“Iya gue tahu kak, tapi kalo kita panik, kita ngga bisa berpikir ke mana kira-kira Arletta pergi,” ujar Raya.

“Raya ada benarnya juga Lang, kita tunggu sebentar lagi. Mungkin Tata mampir di suatu tempat dulu sebelum pulang,” ujar Tante Lia. Galang akhirnya menurut. Raya menghela nafas lega, menatap datar beberapa balon di bawahnya.

***

Beberapa jam lalu...

“Kok Bella belum keluar, ya? Apa gue telfon aja? Ah takutnya masih ada pelajaran,” gumam Arletta di depan kelas Bella.

“Mau jemput ya mbak?” Tanya satpam sekolah itu yang melihat Arletta sendirian. Arletta menoleh, “ah iya Pak, kelas VIII udah pulang belum, ya?” Tanya Arletta tersenyum.

“Waduh, mbak telat, kelas VIII udah pulang dari tigapuluh menit lalu,” ujar Pak Satpam tersenyum. Arletta terkejut, kesialan apa lagi ini?

Baru saja diomongin, Bella menelfonnya. “Halo Bel?”

“Kak, maaf banget tadi pulang sekolah aku langsung ke rumah temen ngerjain tugas kelompok. Aku lupa kalo tugas itu buat dikumpulin besok, Kak Tata di mana?” Tanyanya khawatir.

Arletta menoleh pada gedung sekolah yang tampak sepi itu, “Kakak di sekolah kamu nih, ya udah kalo gitu. Kak Tata pulang nih?” Tanyanya.

“Ah iya kak, maaf ya kak. Biar aku telfon Kak Galang buat jemput Kak Tata, ya?” Ujar Bella. Arletta menggeleng meski Bella tak mungkin melihatnya.

“Ngga, ngga usah Bel, kakak juga mau ke rumah temen kakak kok. Nih ada taksi lewat,” ujar Arletta berbohong. Ia tahu Galang tengah sibuk sekarang.

“Ah gitu ya kak? Maafin aku sekali lagi kak,” ucap Bella menyesal.

“Ya ampun Bel, ngga usah minta maaf. Ya udah selesaiin tugas kalian. Semangat nugas Bell!” Ujar Arletta memberinya semangat.

Setelah telefon itu berakhir, tinggallah Arletta sendiri di tempat itu.

“Pulang naik apa gue?” Gumamnya. Ia membuang nafasnya berat. Dengan pelan berjalan meninggalkan gedung sekolah itu.

Ia duduk di halte, berharap ada bus atau angkutan umum lainnya lewat di sana. Bosan, menunggu sendirian seperti orang hilang. Baru saja Arletta meraih ponselnya, sebuah klakson mengagetkannya.

“Aih! Bikin gue jantungan aja!” Decaknya lirih. Ia melongok kira-kira siapa yang mengagetkannya itu. Cowok itu turun dari motornya dan membuka perlahan helm itu.

Arletta membulatkan matanya. Ingin rasanya ia mencak-mencak di tempatnya. Kesialannya benar-benar beruntun hari ini. Cowok itu membuka kaca helmnya, “hai Ta, kebetulan ya,” ujarnya tersenyum.

***

Spoiler Chapter 8

“Bahkan lo masih inget hari ulang tahun gue,” Arletta menatap dekorasi cantik di depannya dengan haru.

“Gue ngga akan pernah lupa semua tentang lo, Tata.”

Arletta tersenyum, “Thanks Yan.”

.

.

.

Nah loh, siapa kira-kira yang nyulik Arletta !!

Yuk jangan lupa vote buat aku semangat updatenya ✨🤗

1
Fittar
akhirnya balikan 🥰
Fittar
baikan juga ini kakak adik...
tinggal urusan cintanya aja yang masih jauh🤭
Fittar
lagi datang bulan maunya makan pedes😁
Asmi_SA: wkwk sesama cewek pasti paham
total 1 replies
Diana Novitasari IzSa
keren
Asmi_SA: thank you
total 1 replies
Fittar
semua betah memendam rasa 🤧
Asmi_SA: kalo aku mah ngga bisa 😭
total 1 replies
Fittar
Luar biasa
Asmi_SA: makaasiih sudah mampir🤗🥰
total 1 replies
revasya alzila
keren lanjut thor
Asmi_SA: makasih udah mampir🤗
total 1 replies
Rita Riau
ga bisa ke lain hati ya Lang,,,? bukan nya benci malah tambah posesif ke mantan,,
Asmi_SA: ngga bisaa.. Galang cinta banget soalnya wkwk
total 1 replies
Rita Riau
mungkin menghindar lebih baik Yan 🤔🤭
Asmi_SA: /Scowl/
total 1 replies
Rita Riau
izin mampir ya Thor 🙏
Asmi_SA: makasiih udah mampiir 🤗
total 1 replies
revasya alzila
Di tunggu kelanjutannya Thor
Asmi_SA: stay tune yaa🥰
total 1 replies
kookie 🐰
mampirr... semangat terus kakaa 🔛🔥
Asmi_SA: makasiiihh jangan bosen bosen yaa 🥰🥰
total 1 replies
revasya alzila
Nyimak kak
Asmi_SA: makasiiih .. jangan bosan-bosan yaaa🥰🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!