NovelToon NovelToon
Warm Life

Warm Life

Status: sedang berlangsung
Genre:Tamat / Wanita Karir
Popularitas:3.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ariadna Vespera

Farah adalah seorang psikolog muda yang energik dan penuh dedikasi. Setiap pagi dimulai dengan keceriaan, berinteraksi dengan penjaga gedung sebelum menuju tempat kerjanya di lantai enam. Sebagai seorang psikolog yang sudah berpraktik selama empat tahun, Farah menemukan kebahagiaan dalam mendengarkan dan berbagi tawa bersama pasien-pasiennya.

Pada suatu hari, saat makan siang, Farah mendengar kabar bahwa ada seorang psikiater baru yang bergabung di rumah sakit tempatnya bekerja. Jantungnya berdebar-debar, berharap bahwa psikiater baru tersebut adalah kakaknya yang telah lama tak ia temui. Di tengah-tengah rasa penasaran dan kekecewaannya karena belum mendapat kepastian, Farah bertemu dengan seorang pria misterius di kantin. Pria itu, seorang dokter psikiater dengan penampilan rapi dan ramah, membuat Farah penasaran setelah pertemuan singkat mereka.

Apakah pria itu akan berperan penting dalam kehidupannya? Dan apakah akhirnya Farah akan menemukan kakaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ariadna Vespera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 7

Farah hanya membungkukkan badan sebagai tanda

hormat dan terima kasihnya kepada Reno, lalu Farah kembali berlari menghampiri

anak itu. “Terlalu silau.” Gumang Reno dan pergi meninggalkan panti asuhan.

“Bagaimana pria tadi lebih tampan kan dari pria

yang didalam buku.” Ucap Farah. Anak itu pun menganggukkan kepala sambil

tersenyum bahagia. “Kakak punya hadiah.” Ucap Farah. “Apa itu?” tanya anak itu.

Farah mengeluarkan foto yang baru

saja mereka ambil, anak kecil itu kembali menangis

saat menerima itu. “Kenapa

kamu menangis lagi, apakah kamu tidak suka dengan

hasilnya?” tanya Farah. Anak itu

menggelengkan kepalanya “Bolehkah aku menyimpan

foto ini?” tanya anak itu

dengan wajah polosnya dan mata yang memerah. “Tentu

saja ini memang untuk kamu.” Jawab Farah.

“Terima kasih kakak cantik.”

“Sama-sama jangan nangis lagi yah! Kalau kamu

nangis kakak jadi sedih deh, kalau kakak sedih nanti kakak gak cantik lagi.”

Anak itu menggelengkan kepalanya, dia berhenti

menangis karna tidak ingin Farah sedih. Lalu anak itu berlari ke kamarnya dia

bilang ingin membuat bingkai untuk foto itu agar tidak cepat rusak.

Hari yang indah telah berlalu saat ini, Farah

memang hidup dalam tekanan dan tuntutan dari orang tuanya tapi Farah

benar-benar tidak bisa meninggalkan rumah orang tuanya,

karna khawatir sesuatu yang tak diharapkan akan

terjadi. Farah tau orang tuanya

hanya ingin yang terbaik untuk dirinya tapi Farah

tidak sanggup untuk melewatinya.

Waktu makan siang sudah tiba, Farah membantu

pengurus panti menyiapkan makanan. Berbagai lauk pauk

di siapkan yang bagus untuk pertumbuhan anak-anak.

Tiba-tiba handphone Farah

berdering, ada telpon dari Pera. “Halo Pera,

kenapa?” tanya Farah.

“BABY… kok kamu gak datang sih?” rengek Pera. Farah

yang bingung pun mengingat-ingat apa yang sudah dia lewatkan hari ini. Farah

merasa tidak ada undangan dari siapa pun hari ini. “Aku kan ada pemeran hari

ini.” Ucap

Pera.

“Aku tidak menerima undangan apapun darimu.”

“Kamu tidak lihat di social media ku, aku sudah

membagikannya di seluruh sosial mediaku.”

“Baiklah aku akan kesana sekarang juga.” Farah

menutup telponnya

“Bisa-bisanya aku memilliki sahabat seperti dia.”

Ucap Farah dalam hati.

Farah sudah sampai ke lokasi pameran Pera. Tapi

saat di sana Farah ditahan oleh satpam yang berjaga didepan gedung, karna Farah

tidak mempunyai tiket masuk. Farah sudah tidak mengerti lagi Pera yang

menyuruhnya datang tanpa undangan, bisa-bisanya Pera seperti itu entah lupa

atau memang benar-benar tidak tau kalau masuk pameran dia harus memakai tiket.

Saat itu Farah berfikir untuk pulang saja ke rumah

tapi ada pria yang bisa membuat Farah masuk tanpa tiket. Dia adalah salah satu

model di pameran Pera, pria itu menggunakan masker dan topi bahkan memakai kaca

mata hitam. Sepertinya pria ini sangat terkenal fikir Farah.

"Terima kasih." Ucap Farah sambil

berusaha untuk melihat siapa pria di balik kacamata dan masker itu. Tapi pria

itu langsung pergi keruangan model untuk di make over jadi ruangan itu sangat

privasi. "Sudah lah yang penting aku sudah bisa masuk." Gumang Farah.

Pameran itu berjalan dengan lancar tanpa hambatan,

banyak baju baru yang di pamerkan dan Pera juga banyak mengandung model-model

yang terkenal.

"Wah... Pera ternyata sehebat ini, berapa

banyak biaya yang dihabiskannya untuk mengundang para model itu?" Ucap

Farah dalam hati. Saat model terakhir tampil itu tampak tidak asing untuk

Farah. Sepertinya Farah pernah melihat pria itu. Oh, benar pria itu adalah pria

yang mengikuti Pera sampai ke kamar hotel dan jam tangan itu tampak tidak

asing.

Farah ingat pria itu juga yang membantu dia untuk

masuk ke dalam tanpa tiket. Kenapa pria itu membantu Farah ada hubungan apa

Pera dengan pria model itu, Farah curiga hubungan mereka lebih dari sekedar

kontrak kerja. Tatapan Ical berbeda saat menatap Pera.

Pemeran sudah selesai, Farah ingin menghampiri Pera

namun, banyak sekali orang yang ingin menemui Pera jadi Farah berfikir dia bisa

menemui Pera di lain waktu.

Farah pergi ke toko Bungan dekat rumahnya, toko

Bungan yang pagi ini dia kunjungi, Farah berencana untuk memesan bunga dan

dikirim kepada Pera.

Saat sampai di toko bunga, Farah di ajak untuk ikut

pergi piknik. Farah yang segan untuk menolak pun akhirnya pergi biknik bersama

dengan pemilik toko. Bunga yang Farah pesan juga sudah siap dan sedang

diantarkan ke tempat pameran Pera.

Jadi Farah ikut membantu menutup toko lalu

berangkat ke area piknik menggunakan mobil Farah. Lokasi pikniknya tidak

terlalu jauh hanya butuh tiga puluh menit untuk sampai di sana.

Saat sampai di sana Farah membantu menyiapkan

peralatan pikniknya dan membantu memilik toko untuk turun dari kursi roda lalu

duduk di karpet yang sudah Farah siapkan.

Pemilik toko itu menceritakan banyak hal tentang

hidupnya, suami beliau adalah seorang tentara. Saat hari pertama pernikahan

Meraka, beliau sudah di tinggal selama 1 tahun lamanya. Beliau bilang aku hanya

memiliki suami di dalam buku nikah. Suami beliau memang sudah mengatakan bahwa

menjadi istri dari seorang tentara itu tidak mudah dan suami beliau juga bilang

istri bukanlah prioritas bagi seorang tentara. Pemilik toko itu tau akan hal

itu namun, beliau masih saja terkejut saat merasakannya sendiri.

Beliau mengandung saat tiga tahun usia pernikahan

Meraka. Berjuang sendiri saat hamil itu sangat berat ucap beliau. Hanya satu

sampai dua kali bertemu dengan suami dalam satu tahun memang sangat

menyedihkan. Tapi cinta itu memang buta, saat anak beliau memasuki sekolah

menengah atas.

Suami beliau berpulang terlebih dahulu saat

mendengar kabar itu beliau syok benar hingga saat dalam perjalanan menuju

peristirahatan terakhir sang suami beliau mengalami kecelakaan hingga lumpuh.

Mulai saat itu beliau kemana-mana selalu memakai

kursi roda. Masalah ekonomi beliau tidak berpengaruh saat suaminya berpulang

karna beliau adalah pemilik perusahaan parfum yang terkenal hanya masalah

mental yang terguncang ucap beliau.

Tiga tahun berlalu setelah kepergian sang suami

beliau masih belum bisa mengikhlaskannya sampai beliau sadar ada anak yang

masih butuh kasih sayang dari seorang ibu yang juga bersedih atas kepergian

sang ayah.

Dari situ pemilik toko mulai bangkit lagi

memaksakan dirinya untuk terus melihat ke depan agar masa depan anaknya tidak

hancur ucap beliau. Di situ Farah merasakan hangatnya sebuah keluarga mungkin

kita fikir bahwa hidup kita yang paling sulit tapi ternyata masih banyak lagi

yang jalan kehidupannya lebih sulit dari kita, semua orang memang punya

jalannya masing-masing, jika kamu berfikir untuk menukar jalanmu dengan orang

lain karna kelihatannya itu jauh lebih mudah dari jalanmu, itu salah karna yang

bisa melewati jalan itu hanya yang di takdirkan untuk jalan itu sendiri bukan

orang lain.

Tak terasa matahari mulai tenggelam, Farah mulai

merapikan tempat pikniknya lalu mengantar pemilik toko ke rumahnya.

"Bagaimana kalau kamu makan malam di sini saja

dulu!" Ucap pemilik toko.

"Saya tidak ingin merepotkan." Sahut

Farah segan.

"Tidak, saya tidak merasa direpotkan. Saya

senang jika kamu mau bergabung bersama." Ucap pemilik toko.

Farah akhirnya mengiyakan ajakan dari pemilik toko

itu.

"Panggil saja saya Ibu!" Ucap pemilik

toko.

"Oh... Iya Ibu, terima kasih Karan sudah

mengizinkan saya memanggil anda dengan sebutan Ibu." Sahut Farah.

"Saya ingin sekali memiliki anak perempuan dan

saya bersyukur Karan saat ini saya sudah mendapatkannya." Ucap Ibu. Farah

hanya tersenyum malu melihat ibu berkata seperti itu.

Malam pun semakin gelap, Farah berpamitan dengan

ibu ingin pulang. Hari yang sangat hangat telah Farah lewati, merasakan

bagaimana mendengar cerita dari ibu, memakan masakan dari ibu, membantu ibu

melakukan apa yang kesusahan ibu lakukan adalah hal yang pertama kali terjadi

dalam hidupnya.

Farah memang tidak ingin membandingkan Bundanya

dengan Ibu tapi sesekali Farah berfikir bagaimana rasanya mendapatkan

kehangatan dari orang tuanya. Farah selalu memimpikan layaknya anak pada

umumnya yang ingin berlibur, bercanda tawa, bercerita bersama dengan orang

tuanya namun, Farah juga menyadari bahwa itu tidak akan pernah terjadi.

Sinar hangat matahari perlahan menyelimuti bumi.

Farah bersiap untuk pergi bekerja, saat pergi keruang makan tiba-tiba air mata

Farah terjatuh tanpa dia sadari setelah melihat orang tuanya berkumpul untuk

sarapan di meja makan bersama.

Ayahnya yang biasanya tidak pulang di pagi hari dan

ibunya yang berangkat sebelum matahari terbit. Sangat sulit untuk melihat momen

ini. Farah mengusap air matanya dan bergegas menuju meja makan dengan semangat.

"Selamat pagi." Ucap Farah.

"Pagi." Sahut bunda dan ayah.

Meski suasana di meja makan itu tetap canggung

namun, Farah menikmatinya.

Setelah selesai makan Farah pun pergi ke rumah

sakit untuk bekerja. Tamu yang datang hari ini lebih sedikit dari biasanya jadi

Farah bisa pulang lebih awal. Saat bersiap ingin pulang ternyata ada yang

mengetuk pintu bukankah tahuku untuk hari ini sudah habis fikir Farah. Tanpa

curiga Farah pun mempersilahkan orang yang mengetuk pintu itu pun masuk.

Saat melihat siapa yang membuka pintu itu, Farah

tidak menyangka bahwa orang yang itu adalah Reno.

Reno datang ingin mengembalikan baju dan selimut

yang Farah pakaikan saat Reno kecelakaan. Farah menerimanya dengan senyum yang

hangat. Farah benar-benar tidak berfikir bahwa Reno dapat melakukan hal itu,

tapi tidak heran seorang dokter memiliki tanggung jawab yang tinggi.

Sebentar, bagaimana Reno tau kalau Farah Bekerja di

sini. Apakah Reno mencari tau tentang Farah atau hanya kebetulan mengetahuinya.

Sudahlah, itu juga tidak penting bagi Farah. Setelah mengembalikan baju dan

selimut itu Reno pergi tanpa mengatakan apa pun bukannya orang normal akan

berterima kasih fikir Farah.

Farah melihat ada begitu banyak kejanggalan saat

menatap mata Reno sungguh aneh, seseorang yang sangat tertutup dan sangat

misterius. Farah tidak menyukai tipe orang yang seperti itu Karna kebanyakan

dari mereka tidak bisa mengekpresikan diri mereka sendiri dan akhirnya itu akan

menjadi penyakit untuk mental diri mereka sendiri.

Farah yang sedang mengendarai mobil ingin pulang ke

rumah, mendapatkan telpon dari Pera "Baby... Ke butik aku sekarang."

Lalu Pera menutup telponnya begitu saja. Hal apa lagi yang akan Pera lakukan

yang membuat Farah terkejut untuk kesekian kalinya. Saat Farah sampai di butik

Pera, Pera langsung memberikan Farah baju untuk di pakai. Farah yang tidak tau

apa yang ada di pikiran Pera hanya menurutinya.

Setelah mengganti baju Farah di arahkan untuk ke

studio foto, Farah yang makin kebingungan pun hanya bisa pasrah. Saat Farah

sudah masuk ke studio fotonya dia mengerti kalau Pera ingin dia menjadi

modelnya.

Farah memang bukan pertama kali menjadi model Pera

tapi biasanya mereka hanya berduaan saja di studio namun, sekarang berbeda

banyak orang profesional yang ada di dalam studio itu. Termasuk model utama

mereka Ical.

"Baby, kamu duduk di pangkuan Ical." Ucap

Pera.

"Kamu bercanda kan Pera, masa aku foto sama

model terkenal. Gak lucu Pera." Sahut Farah.

"Aku gak bercanda baby, kalau kamu cepat kita

juga cepat pulangnya." Ucap Pera.

Akhirnya Farah duduk di pangkuan Ical.

"Kalau kamu duduk seperti itu, kakiku akan

mati rasa." Ucap Ical.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!