Apa jadinya ketika dua orang insan yang terkenal tidak pernah akur tiba-tiba menikah, imbas dari keisengan seorang gadis bernama Putri Inayah yang ingin membalas kekesalan pada musuh bebuyutannya Devano putra Fathariano.
Akankah pernikahan keduanya kandas atau justru waktu bisa menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Iba pada gadis itu.
Di perjalanan kembali ke rumahnya, Devano masih terbayang-bayang dengan kejadian di rumah orang tua Inayah. bayangan ayahnya Inayah melayangkan tamparan keras di pipi putrinya pun masih terekam jelas di ingatan Devano. Inayah merupakan musuh bebuyutannya sejak masih kanak-kanak seharusnya Devano senang melihat musuhnya tersakiti seperti itu, bukan??? Tapi kenapa bukannya rasa senang yang dirasakan Devano ketika menyaksikan kejadian itu, ia justru merasa iba pada Inayah.
Sesampainya di rumah Devano langsung menemui saudara kembarnya.
"Mas Deva..." kedatangan Devano memalingkan pandangan Zeva dari layar laptopnya.
"Mas ganggu, nggak???." tanya Deva dari ambang pintu.
"Nggak kok mas, masuk aja!!!."
Devano masuk kemudian mendaratkan bobotnya di tepi tempat tidur, sementara pemilik kamar sendiri tengah duduk di sofa sambil memangku laptopnya.
"Boleh mas minta bantuan kamu???."
"Memangnya mas Deva mau minta bantuan apa???." melihat raut wajah kakaknya terlihat serius, Zeva lantas menutup sejenak laptopnya kemudian meletakkannya di atas meja.
"Tolong bantu mas untuk mencari tahu informasi tentang penjualan rumah di kawasan perumahan XXX blok b!!!." pinta Devano. Zevano yang berprofesi sebagai pengusaha lebih mudah untuk mendapatkan informasi rumah tersebut mengingat pemilik rumah itu pun seorang pengusaha, ketimbang dirinya yang berprofesi sebagai seorang dokter yang lebih banyak bergaul dengan peralatan bedah. Setidaknya begitu pikir Devano, itulah mengapa ia memutuskan untuk meminta bantuan dari saudara kembarnya itu.
"Rumah di kawasan perumahan XXX blok b???." ulang Zevano sambil mengingat-ingat sesuatu. "Bukannya itu rumah tuan Harianto, ayahnya Inayah ya, mas????." tanya Zevano memastikan dugaannya.
"Benar." jawab Devano. "Rumah itu adalah rumah peninggalan orang tua dari ibunya Inayah, tapi ayahnya justru ingin menjualnya."Devano sedikit menceritakan hal itu pada Zevano. Meski Zevano dibuat bertanya-tanya mengapa saudara kembarnya itu sampai merepotkan diri mengurus sesuatu yang berhubungan dengan Inayah, yang notabenenya musuh bebuyutannya. namun Zevano tetap mengiyakan permintaan saudara kembarnya itu.
"Baik, mas."
Zevano lantas menghubungi asisten pribadinya untuk mencari tahu tentang informasi penjualan rumah yang dimaksud oleh Devano. tak lama kemudian asisten pribadi Zevano kembali menghubunginya untuk memberikan informasi yang dibutuhkan.
Setelah mengetahui berapa harga penjualan rumah tersebut, Devano lantas mengeluarkan ponselnya kemudian mentransfer sejumlah uang ke rekening Zevano untuk keperluan pembayaran rumah tersebut.
"Done. Uangnya sudah mas transfer, dan untuk surat kepemilikan rumah itu, ganti saja atas nama Inayah!!!." ucap Devano pada saudara kembarnya itu.
"Baik, mas."
Setelahnya Devano pamit kembali ke kamarnya.
Zevano yang cukup terkejut dengan apa yang dilakukan oleh saudara kembarnya itu, hanya nampak mengedikan bahu. Pertanda tak tahu pasti kenapa sampai Devano melakukan semua itu, apakah karena kesambet atau apalah itu hingga tiba-tiba membeli rumah peninggalan ibunya Inayah dan berencana mengganti surat kepemilikan rumah itu atas nama Inayah.
"Baru pulang, mas???." tanya mama Fana yang melihat Devano hendak masuk ke kamarnya.
"Iya, mah." jawab Devano.
"Kamu nganterin Inayah sampai rumahnya kan, mas???."
"Tentu saja mah." kembali, jawab Devano, sebelum pamit ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah terasa lengket.
pertanyaan ibunya sangat berlebihan menurut Devano, jelas lah ia mengantarkan gadis itu sampai ke rumahnya. masa iya di turunkan di tengah jalan, ada-ada saja menurut Devano.
*
Keesokan harinya
kebetulan hari ini Devano sedang libur kerja dan rencananya ia akan berkunjung ke perusahaan sesuai permintaan ayahnya. Meskipun berprofesi sebagai seorang dokter namun papa Riza tetap meminta putra sulungnya itu sesekali berkunjung ke perusahaan. Sebenarnya Devano malas melakukannya karena itu diluar profesinya tetapi mana mungkin ia berani menentang perintah ayahnya, apalagi kakeknya pun sering meminta dirinya meluangkan waktu untuk sekedar berkunjung ke perusahaan.
Kali ini Devano menuju perusahaan bersama dengan ayahnya. Setelah mobil yang dikendarai Devano tiba di depan gedung Galaxy group, pemuda itu menyerahkan kunci mobil pada security yang bertugas untuk membantu memarkirkan mobilnya.
Tujuan utama Devano setibanya di gedung itu adalah ruang kerja saudara kembarnya. Untuk menanyakan perihal pembelian rumah peninggalan ibunya Inayah.
"Mas..."
"Iya pah."
baru saja bokongnya menempel pada kursi, sudah terdengar seruan ayahnya.
"Ayo ikut papa keliling!!!." keliling yang di maksud oleh papa Riza di sini adalah mengunjungi satu persatu ruangan pegawai, mulai dari staf hingga divisi, untuk sekedar memberi apresiasi terhadap kerja keras mereka selama ini.
"Baik, pah." jawab Devano patuh.
Kini Waktu hampir menunjukkan pukul setengah dua belas siang dan sudah hampir dua puluh ruangan yang telah dikunjungi oleh papa Riza dan Devano, dan ruangan terakhir adalah ruangan pegawai staf di mana salah satu pegawainya adalah Inayah.
Hampir semua pegawai wanita menatap kagum melihat ketampanan saudara kembar CEO perusahaan mereka tersebut. Mungkin hanya Inayah seorang yang menatap Devano dengan tatapan biasa saja, dan itu terlihat jelas oleh Devano dari sorot mata gadis itu.
"Apa menurut gadis itu aku kurang tampan, sampai dia tak mau menoleh padaku????." batin Devano, merasa kesal dengan sikap acuh Inayah terhadap dirinya.
Perlahan Devano melangkah mendekati Inayah dan pemandangan itu tak luput dari perhatian para rekan kerjanya.
"Gue tunggu di mobil, kita makan siang bareng ada yang pengen gue omongin ke Elo!!." ujar Devano dengan nada lirih, tepat didepan meja kerja Inayah.
Inayah hanya diam saja tak berniat merespon ucapan Devano.
Setelahnya, Devano bersama papa Riza pun pamit meninggalkan ruangan pegawai staf.
Tepat pukul dua belas siang, Devano sudah berada di mobilnya menunggu kedatangan Inayah. Tak lama kemudian Devano melihat keberadaan Inayah berjalan menghampiri mobilnya.
Menyaksikan situasi basemen gedung aman, tak ada seorang pun yang melihatnya, Inayah pun segera masuk ke mobil Devano. "Memangnya apa lagi sih yang pengen Lo omongin ke gue???." cetus Inayah.
"Jangan galak-galak sama calon suami, entar kualat Loh!!!." kelakar Devano.
"Ck...."Inayah berdecak kesal mendengar kata calon suami yang terucap dari mulut Devano.
Devano pun menghidupkan mesin mobilnya. Kini mobil pemuda itu mulai bergerak meninggalkan area basemen gedung Galaxy group.
"Mau makan siang di mana???." pertanyaan Devano terdengar begitu lembut, dan itu justru terdengar menggelikan ditelinga Inayah.
"Nggak usah sok lembut gitu deh, geli gue dengernya!!!." tegur Inayah.
"Nay...Nay....gue kasar salah, gue lembut juga salah. sebenarnya Lo mau nya gue kayak gimana sih, Nay??? lagian gue cuma lagi belajar jadi suami yang baik kali, Nay." kalimat berbau ledekan tersebut membuat Inayah seperti ingin menjambak rambut pria disampingnya itu.
"Lo bisa diam nggak sih!!!." berlama-lama bersama Devano sepertinya membuat tekanan darah Inayah jadi tidak stabil.
bikin judul sendiri mereka nya...