NovelToon NovelToon
DENDAM KESUMAT

DENDAM KESUMAT

Status: tamat
Genre:Horor / Misteri / Balas Dendam / Iblis / Identitas Tersembunyi / Dendam Kesumat / Tamat
Popularitas:561.7k
Nilai: 5
Nama Author: Cublik

“Aku mohon! Tolong lepaskan!”
Seorang wanita muda tengah berbadan dua, memohon kepada para preman yang sedang menyiksa serta melecehkannya.

Dia begitu menyesal melewati jalanan sepi demi mengabari kehamilannya kepada sang suami.

Setelah puas menikmati hingga korban pingsan dengan kondisi mengenaskan, para pria biadab itu pergi meninggalkannya.

Beberapa jam kemudian, betapa terkejutnya mereka ketika kembali ke lokasi dan ingin melanjutkan lagi menikmati tubuh si korban, wanita itu hilang bak ditelan bumi.

Kemana perginya dia?
Benarkah ada yang menolong, lalu siapa sosoknya?
Sebenarnya siapa dan apa motif para preman tersebut...?

***

Instagram Author: Li_Cublik

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cublik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Dendam : 09

"Kunti, bolehkah aku tahu kisahmu? Mengapa bisa sampai terdampar disini dan menjadi salah satu abdi ibuku?”

“Tak jauh berbeda dengan kakak kandungmu. Aku salah satu korban manusia laknat itu! Beruntungnya, Ni Dasah berhasil memanggil roh ku kala terperangkap pada labirin kegelapan.” Kunti duduk pada batu besar.

Sawitri sabar mendengarkan, dia memilih tetap berdiri, tidak menatap pada Kunti.

“Aku warga kampung tegalan, dua desa setelah tempat tinggal mu. Aku anak haramnya Rahman, bapaknya Farida. Yang kini menjabat sebagai kepala desa. Dia takut posisinya terancam, sehingga menjual ku pada Bahri dan Sugeng. Kala itu umurku masih 16 tahun, diculik dan dibawa ke perkebunan kelapa milik Sugeng.” Kunti melempar batu ke dalam kolam, langsung saja airnya berkecipak.

“Sebelum memperkosa ku, terlebih dulu mereka menyayat pergelangan tanganku, menampung darahnya dalam cawan untuk dipersembahkan kepada iblis berkepala kerbau_”

“Jadi, makanan iblis itu darah perawan?” wajah Sawitri terlihat pias.

“Sepertinya Ni Dasah belum memberi tahumu. Dapat dimaklumi, siapa pula yang suka menceritakan sesuatu menyakitkan yang ada kaitannya dengan putrinya sendiri. Sama saja hal itu membuka luka lama.” Kunti kembali melempar batu kecil.

“Gayatri pun dijadikan tumbal, baru setelahnya dirudapaksa. Setiap malam satu suro, dua orang Bedebah itu mempersembahkan darah perawan. Sesudahnya kekayaan mereka bertambah banyak. Bukan cuma itu, mereka juga menguasai ilmu gendam, kau tahu tentang manfaatnya kan?”

Sawitri mengangguk. "Bila seseorang menguasai ilmu gendam, dia dapat dengan mudah menghasut, menipu, memperdaya, serta menghipnotis."

"Itulah sebabnya mengapa setiap gadis yang hilang, tak sampai menggemparkan. Karena mereka mengarang cerita, memfitnah para korban dengan mengatakan minggat bersama kekasihnya ataupun suami orang."

"Pantas saja sudah belasan, bahkan mungkin puluhan tahun lamanya, tapi belum juga terungkap apalagi tertangkap." Sawitri menggelengkan kepalanya.

"Macam mana mau di tangkap? Sementara para penegak hukum berada di bawah ketiaknya! Kenyang makan uang haram, tak peduli aduan warga yang terpenting kemakmuran mereka sendiri. Malah gilanya lagi, para penduduk lebih mempercayai antek-anteknya Bahri dan juga Sugeng. Itu semua disengaja, supaya semua orang segan, menyanjung dan takut kepada dua Iblis itu!" Kunti melirik Sawitri.

“Kau tahu? Hal paling menjijikan adalah, saat tubuhku digilir dua pria sekaligus dengan cara paling biadab. Aku ditelanjangi, tangan ku diikat ke atas, mulut disumpal, dicekoki daun ganja agar terus bertenaga dan berkelakuan macam orang gila … huh!” Ia mendengus, netranya menerawang jauh.

“Pagi, siang, malam, tak dapat lagi ku bedakan. Ingatan pun tumpang tindih, entah mana kenyataan dan halusinasi. Aku diperlakukan seperti binatang, terus menerus diperkosa, disiksa. Sampai di mana kesempatan itu datang, disaat pikiran ku tak melayang, efek ganja mulai hilang_”

“Kala itu, Sugeng melepaskan tali yang mengikat ku. Dia mau memasuki dengan gaya terlentang, sewaktu Bandot biadab itu membuka celana yang mana ada parang terikat di pinggang, aku merebut benda tajam itu. Membacok membabi buta, tapi sayang tenagaku tak bisa diandalkan, hanya bisa memutus jari kelingking dan manis nya saja.” Kunti tertawa sumbang.

“Si pengecut itu menjerit seperti Kambing yang hendak di sembelih. Kemudian Bahri, Herman, masuk ke dalam. Sebagai ganti dua jari yang putus, perutku di bacok sampai ususnya terburai. Aku tertawa, dan hal itu menambah kadar emosi mereka.”

“Tak ada rasa sakit, karena memang itulah yang kuinginkan. Terakhir yang ku ingat sebelum tewas, Gandi meng-kampak kaki dan tanganku, setelahnya aku didekap kegelapan, alias MATI!” Kakinya ia ayun-ayunan, dia berkisah seperti mendongeng saja, suaranya terjaga dan tak menunjukkan ekspresi marah, sebab sudah mati rasa.

“Namun, jasadku tak dibakar seperti kakakmu. Hanya dikubur pada kedalaman setengah meter, agar mudah diendus kawanan Anjing liar. Selanjutnya … kau bisa menebak sendiri.” Ia mengedikkan bahunya.

Sawitri menatap lekat wajah Kunti yang sama sekali tidak menampilkan ekspresi apapun. “Ibumu atau keluargamu yang lainnya?”

“Telah mati. Karena itu Rahman berani menjual ku, miris bukan? Tak mengakui, enggan menafkahi, tapi menuntut ku untuk balas budi … ha ha ha. Ya, begitulah manusia yang mana di kasih nyawa tapi tidak sepaket dengan hati nurani. Apalagi bila sudah menyangkut pundi-pundi rupiah, maka apapun akan dilakukan. Perkara karma urusan belakangan, terpenting kesenangan dulu diutamakan.”

"Jangan melihat ku seperti itu! Nasibmu pun tak jauh berbeda dariku. Entah itu keberuntungan atau kesialan, yang membedakan cuma satu ... Kau masih menjadi manusia." Kunti turun dari atas batu.

.

.

“Itu wujud Iblis bertanduk Kerbau, yang saat ini menghuni di salah satu bagian rumah Bahri. Tugas mu kelak, tepat pada malam satu suro ... buat dia memburu engkau setelah mencium darah manis dan tulang wangi mu! Berlarilah masuk ke dalam hutan ini! Gunakan kecepatan, ketangkasan, kecerdikan! Agar kau tak tertangkap dan menjadi santapannya.”

Sawitri membuka buku seperti kitab yang dijahit benang nilon, memperhatikan lamat-lamat patung hewan berkaki empat, kemudian membalik halamannya, yang mana berwujud sosok mengerikan, bertanduk, lidahnya menjulur panjang dan terbelah.

“Apa kau sudah menemukan target untuk tumbal malam bulan purnama, Kunti?”

“Sudah Ni. Akupun telah mempersiapkan hadiah istimewa untuknya. Namun, kita butuh bantuan bu Mina!” Kunti mengelus kepala burung Hantu yang bertengger di jendela.

"Saya siap membantu!" tanpa dipinta, istri dari almarhum pak Kasman langsung berseru lantang, dia pun tak peduli sesulit apa caranya nanti.

Jelas Sawitri terkejut, dia sama sekali tidak diberitahu perihal tumbal itu.

Melihat kening putri kandungnya mengernyit, Ni Dasah mulai menjelaskan secara garis besarnya. “Kau tak mungkin kembali ke kampung Tani dengan identitas aslimu. Akan ku gunakan ajian penyamaran, siapapun yang melihatmu nanti maka takkan mengenali bila itu kau.”

“Termasuk mereka?” tanya Sawitri.

“Benar. Setelah menjalankan ritual itu, kau harus bisa berada diantara mereka. Manfaatkan lah apa yang bisa diambil keuntungannya. Kunti akan menjadi pelindungmu!"

"Satu hal yang mesti kau ingat! Jangan sampai terluka yang menyebabkan darahmu bercucuran. Bila hal itu terjadi, kemungkinan kecil kau akan selamat! Iblis kepala kerbau itu dapat mencium darahmu dalam radius sekitar satu kilometer." Ni Dasah memperingati Sawitri yang mendengarkan secara saksama.

"Namun, tak perlu terlalu risau! Bila segel itu telah di buka, akan banyak keistimewaan yang bisa kau rasakan, semua itu berguna untuk melindungi dirimu serta memperdaya mereka." Ni Dasah tersenyum culas.

.

.

Hari terus berlalu, minggu pun berganti.

Di kampung pertanian, para warga sedang mengelu-elukan calon pengantin yang menurut mereka sangat serasi.

“Tuan Hardi memang pantas bersanding dengan putrinya pak lurah. Sama-sama berpendidikan, dermawan, ramah.”

“Betul. Seperti apa ya nanti keturunan mereka? Ayu begitu cantik, dan Tuan Hardi sangat rupawan, perpaduan yang sempurna. Pasti nanti kecantikan ataupun ketampanan anak mereka tidak ada yang menandingi.”

Para ibu dan wanita muda sibuk bergosip di bawah pepohonan coklat sambil memilah biji kapuk agar terlepas dari kapas nya, ada juga yang menjemur. Itulah pekerjaan sampingan mereka sembari menjaga buah hati.

Menurut pandangan mereka, juragan Bahri dan juga pak lurah Sugeng, adalah sosok yang dermawan, suka membantu warga berekonomi rendah.

Ya, warga kampung transmigrasi ... tidak sabar menanti pesta rakyat yang digadang-gadang akan spektakuler.

Tiba-tiba salah satu diantara kumpulan pekerja itu berseru. “Tengoklah! Apa aku tak salah lihat? Itu bukannya mamaknya Sawitri, ya?”

“Bu Mina! Dari mana saja? Mengapa baru kelihatan?”

.

.

Bersambung.

1
Nisa Nisa
ini perang sesama pemuja iblis. dan iblis pun tertawa krn makin banyak teman ke neraka 🤣🤣
Nisa Nisa
utk memotong motong manusia 🤬
Nisa Nisa
setan mana mau rugi, manusia aja gk ada yg gratis sekarang ini pertolongannya apalagi kunti. semua tumbal itu gk akan dimakan hanya jalan agar manusia makin jahat pada sesama manusia dan menumpuk dosa utk memastikan menemani mereka ke kerak neraka
Emi Widyawati
bagus sekali
Nisa Nisa
logika alur cerita ini bgm?
kejadian 15 th yg lalu.. td aku berasumsi masa umur Sawitiri baru 15 th udah kawin, eh keterangan selanjutnya saat kejadian umurnya 5 th oke jd umur Sawitri 20 th. kenapa kemudian dia mencari kakaknya, cerita ini lompat atau bgm kok aku bingung dibagian mana disebut ada kakaknya,
Cublik: Umur Sawitri saat kejadian Kakak dan orang tuanya, masih lima tahun.

Dan cerita ini dibuat saat umur Sawitri 20 tahun, baru beberapa bulan menikah dengan Hardi.

Ada kok semua ulasannya, Kak.
Terima kasih sudah membaca karya sederhana ini.
total 1 replies
Nisa Nisa
jebakan setan berhasil, satu lg manusia mau jd budaknya
Nisa Nisa
anak setan lah. Anak Nini mungkin korban entah juragan Bahri entah Hardi.
tp yg mati gk bisa balik ke dunia lagi, yg gentayangan ya setan.
emma mahriana
ceritanya ngeri2 sedap, ada rasa takut tp tetep penasaran & tetep lanjut baca
mksh thor
Ass Yfa
centenge Juragan yg rudapaksa Sawitri ternyata
Ass Yfa
mampir thor...baru bab pertama udah ngeri...ditunggu pembalasan Sawitri
ttp semangat othor
emma mahriana
bayanganku Gareng itu burung gagak , iya ngga thor, maaf kl slh
Cublik: Bukan Kak.

Ada di bab berapa gitu, aku sertakan fotonya 😊
total 1 replies
emma mahriana
/Sob//Sob//Sob/ othooor /Sob//Sob//Sob/
Nisa Nisa
sehinga hina kematian adalah bunuh diri, Allah murka dan tak bakal mencium bau surga. Sesakit apapun jgn terlintas keinginan bunuh diri.
Nisa Nisa
benar juga ejekan preman di depan Sawitri suami lembeknya bisa apa, sarjana gk berguna ujung-ujungnya di ketiak orang tua jg
Nisa Nisa
anak sendiri disiksa.. dasar berhati iblis
Nisa Nisa
kok sdh tahu mereka mertua Hardi?
apa Hardi barusan bicara atau diam-diam mereka sdh tahu dan menyuruh preman kampung itu biar menggugurkan kandungan Sawitri dgn cara keji begitu.
Nisa Nisa
ternyata tukang sabung ayam juga... 😰
emma mahriana
astagfirullah ya Allah kejam banget si jurigan edan ni
Nisa Nisa
kesombongan manusia yg merasa kaya raya, membuat kasta sosial sendiri. Lupa diatas langit masih ada langit kekayaan yg tdk seberapa hanya kelas kampung transmigran
Nisa Nisa
iya apa sih hewan Gareng? baru baca nama itu disini
Cublik: Nama lainnya Tonggeret Kak. Kalau masih kurang paham, bisa dicari di Mbah google.
Terima kasih sudah mampir membacanya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!