Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.
Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
24
Memikirkan hal ini, Sienna mengerutkan dahi. Setelah "insiden pemukulan" mereda, ia harus mencari waktu yang tepat untuk menangani masalah ini. Ia tak bisa membiarkan reputasi Blake terus menurun.
Namun, sekarang bukan waktunya untuk memikirkan hal itu.
Ia mengambil tasnya dan, sambil berjalan menuju lift, ia menelepon nomor Blake.
Sayangnya, teleponnya tidak aktif.
Sienna pergi lagi ke rumah dan sekolah Blake, tapi mereka tidak menemukan siapa pun.
Akhirnya, teman sekamar Blake memberi tahu, “Dia mungkin pergi ke Bar Mint untuk minum.”
Mendapat petunjuk itu, Sienna langsung naik taksi menuju Bar Mint.
Dalam perjalanan, Lena menelepon, “Aku baru saja kembali dari kamp pelatihan, dan semua orang di sana bilang mereka melakukan pelatihan dengan baik. Tapi karena instruktur bilang Thorne Ashby tampil lebih bagus, Blake jadi bertindak.”
Sienna mengerutkan dahi. Ia merasa ini tidak sesederhana yang dikatakan, tapi yang paling penting sekarang adalah menemukan Blake.
Setelah membicarakan soal urusan pekerjaan, Sienna baru menyadari bahwa waktu sudah sore. Hunter dan Hazel akan segera pulang sekolah, sementara ia masih harus mengurus masalah Blake. Ia tidak sempat menjemput mereka.
Jadi ia berkata pada Lena, “Lena, aku belum menemukan Blake. Sekarang aku akan pergi ke bar untuk mencarinya. Waktunya mepet, tolong bantu aku jemput Hazel dan Hunter dari sekolah.”
Lena tahu taman kanak-kanak tempat anak-anak Sienna bersekolah, jadi ia setuju dengan senang hati. “Baik, serahkan saja padaku.”
Setelah menutup telepon, taksi berhenti.
Sienna melihat ke luar dan baru sadar bahwa ia sudah sampai di Bar Mint, jadi ia langsung masuk.
Dalam sekejap, musik memekakkan telinga menyambutnya. Cahaya merah anggur yang redup menyinari sekeliling. Di tengah bar, di atas panggung para penari tiang ternyata...
Laki-laki!
Sienna segera menyadari bahwa bar ini berbeda dari tempat-tempat yang biasa ia kunjungi. Kebanyakan pengunjungnya adalah wanita dewasa, dan para pria yang ada di sana semuanya sangat tampan dengan gaya yang beragam.
Apa mungkin Blake ada di sini?
Sienna berusaha keras mencari sosok Blake, ketika. Seorang pria dengan celana kulit bergaya punk dan anting-anting berdiri di hadapannya. Ia menyeringai, wajah tampannya terlihat nakal. “Panggilan untuk bos cantik?”
Sienna agak bingung, tapi segera menyadari apa dia sedang digoda?
Meski tidak tahu apa maksud dari istilah “bos cantik” itu, ia tetap tersenyum sopan dan menolak, “Maaf, aku ke sini untuk mencari temanku.”
Pria tampan itu ditolak dengan halus, namun bukannya pergi, ia malah tersenyum semakin.
Menggoda!
Saat pria itu hendak berbicara lagi.
Tiba-tiba lampu mulai berkedip liar, dan musik yang keras menjadi semakin cepat.
Suara dari mikrofon menggema, “Selamat malam, tuan-tuan dan nyonya-nyonya! Selamat datang di Bar Mint. Malam ini, kami mengadakan acara spesial. Setiap wanita berhak memilih satu pria favoritnya. Jika kalian menyukai salah satu dari mereka, tinggalkan ciuman manis di bagian tubuh mana pun.”
Tawa dan sorakan mulai terdengar dari berbagai arah.
Pembawa acara melanjutkan, “Pada akhirnya, pria yang mendapat paling banyak ciuman akan dinobatkan sebagai Nomor Satu club kami tahun ini!”
Sienna tiba-tiba menyadari: tempat ini bukan sekadar bar, tapi...
Club gigolo?
Ya Tuhan!
Jadi, pria yang menyapanya tadi bukan pemuda punk yang menyukai musik rock, tapi seorang gigolo dengan karakter khusus? Apa dia mencoba menarik pelanggan?
Sienna terkejut dan langsung merinding.
Tunggu, tidak mungkin.
Kenapa Blake bisa sampai ke toko gigolo? Tidak pernah disebutkan bahwa idol muda ternama dari agensi mereka juga bekerja paruh waktu sebagai gigolo!
Jangan.
Tidak! Ini pasti ada kesalahan.
Sienna jadi bingung dan tidak tahu harus bagaimana. Ia memutuskan untuk segera pergi dari tempat itu.
Saat ia berbalik hendak pergi, pria punk tadi kembali berjalan ke arahnya.
Hati Sienna langsung berdegup kencang. Ia takut pria itu menyapa lagi, jadi ia reflek mundur beberapa langkah, namun tanpa sengaja mendorong pintu salah satu ruangan terbuka.
Ia terkejut sejenak, lalu menoleh cepat dan meminta maaf, “Maaf.”
Tapi saat ia mengangkat kepala, ia langsung melihat wajah yang sangat familiar.
Mata Sienna membelalak. Di sofa, duduk seorang pria yang menatapnya tajam dengan dahi berkerut. Di benaknya, seolah-olah sekawanan kuda liar berlarian.
Itu bukankah itu papa kandung Hazel dan Hunter?
Astaga.
Sienna menggertakkan gigi. Pria yang sudah lima tahun bekerja di jalan gigolo ini tidak layak menjadi papa dari anak-anaknya.
Lalu ia menyadari ada seorang wanita berusia sekitar 40-an di samping si gigolo. Wanita itu terlihat anggun, memakai barang-barang bermerek dan perhiasan mewah jelas seorang wanita kaya.
Melihatnya, Sienna menelan ludah. Ia benar-benar ingin mati rasanya. Tak disangka, ia malah masuk ke ruangan si gigolo dan “kliennya” Ini terlalu memalukan.
“Silakan lanjutkan, aku hanya kebetulan lewat,” katanya cepat, lalu buru-buru hendak menutup pintu dan kabur.
Namun Sebastian lebih cepat. Ia terlihat jauh lebih marah daripada Sienna, alisnya bertaut erat.
Wanita ini sudah jadi ibu masih datang ke tempat seperti ini untuk bermain dengan gigolo? Luar biasa.
Wajah Sebastian pucat karena emosi. Melihat Sienna hendak kabur, ia langsung bangkit, mencengkeram pergelangan tangannya dan menyeretnya keluar.
“Lepaskan aku, Cepat lepaskan aku.”
Sienna berusaha keras melawan, tapi karena perbedaan kekuatan, usahanya sia-sia.
“Diam!” bentak Sebastian dingin.
Sienna terdiam karena aura dinginnya, dan akhirnya pasrah mengikuti sambil terus memaki dalam hati.
Begitu mereka keluar dari bar, Sebastian melepas pergelangan tangannya, lalu menatapnya dengan wajah dingin. “Apa yang kamu lakukan di sini?”
“Bukan urusanmu! Aku bebas datang ke mana pun aku mau, dan tempat ini juga bukan milikmu!” Sienna balas menatap, sambil mengusap pergelangan tangan yang terasa nyeri.
Apa pria ini makan baja? Kenapa begitu kuat? Pergelangan tanganku sampai merah! Menjijikkan!
Sebastian menyeringai. “Salah. Tempat ini memang milikku.”
Sebenarnya, tempat itu dibuka oleh sepupunya. Hari ini ia datang menemani sepupunya membahas akuisisi dengan pemilik bar.
Sienna hampir tersedak saat mendengarnya.
Apa? Jadi dia bukan hanya gigolo, tapi juga bos toko gigolo? Pantas saja begitu kaya.
Namun, meski jadi bos, tetap saja pekerjaannya menjual “tubuh”. Bukan pekerjaan yang bisa dibanggakan.
Kalau nanti ada pertemuan orang tua di sekolah anak-anak, dan ditanya soal pekerjaan ayah mereka, bagaimana mungkin dia bisa menjelaskan.
Tak peduli siapa dia sebenarnya, Sienna takkan pernah membiarkan anak-anak tinggal bersamanya.
Memikirkan itu, Sienna mengacungkan jempol. “Hebat juga kamu, ya?” Lalu melihat jam, “Aku ada urusan. Aku pergi dulu. Selamat tinggal."
Lebih baik tidak bertemu lagi.
Baru saja berbalik hendak pergi, tiba-tiba seseorang menarik kerah bajunya.
Sienna menoleh, mengerutkan dahi, dan berkata dengan tegas, “Aku sudah selesai bicara. Aku harus pulang temani anak-anak. Tolong lepaskan aku, bisa?”
“TIDAK” suara Sebastian terdengar sangat tegas. Ia melangkah maju.
Sienna mundur sambil panik. Ia langsung mengangkat tangan, “Hei, mau apa kamu? Kalau kamu macam-macam, aku lapor polisi! Aku ga punya uang, dan aku ga akan terima ‘layanan’mu.”
“Layanan?!” Sebastian mengulang dengan dahi berkerut. Lalu setelah merenung sebentar, ia mengerti maksudnya.
Wanita ini benar-benar mengira dia gigolo?
Kotor sekali pikirannya.
Sebelumnya, dia hanya tak ingin terlihat berdiri di pintu bar takut difoto orang iseng lalu tersebar di internet jadi dia melangkah sedikit lebih dekat ke arah Sienna.
Melihat dia diam, Sienna mengira pria itu takut, jadi ia mundur lagi sambil berkata, “Aku peringatkan, jangan dekati aku.”
Ia merogoh tas, menggenggam ponsel erat-erat. Kalau Sebastian berani berbuat macam-macam, ia akan langsung menelepon polisi.
“Nona, apa kamu punya delusi penganiayaan? Aku tidak tertarik pada wanita sepertimu,” kata Sebastian dingin. “Selain itu, wanita sepertimu yang tak tahu cara mencintai diri sendiri, tidak pantas jadi ibu anak-anak. Menurutku, kamu sebaiknya serahkan hak asuh saja, ambil uang, lalu pergi. Setelah itu, kamu bisa bebas bermain sesukamu.”
Ia menatapnya dengan penuh rasa jijik.
Sienna seketika merasa hatinya terluka. Apa maksudnya? Wanita yang tidak mencintai diri sendiri? Tidak layak jadi ibu?
Benar-benar keterlaluan!
“Apa hebatnya kamu? Cuma karena kamu punya rumah, mobil, dan uang lebih banyak dariku?” katanya, lalu batuk pelan. “Tapi kamu nggak bisa menyangkal kamu seorang gi—”
Belum selesai bicara, nada dering ponselnya berbunyi. Ia langsung melihat layar dan cepat mengangkatnya.
makasih Thor dah up buanykkk semoga besok up lagi
pls Sienna jangan ada rasa deh untuk sekarang ,,be strong woman ok jangan lembek