Aleya adalah seorang wanita muda yang hidup dalam dunia glamor dan penuh rahasia. Ia secara tak terduga terjerat dalam hubungan rumit dengan seorang presdir perusahaan ternama, yang menjadikannya gadis simpanan. Meski awalnya Aleya menganggap hubungan ini sebagai jalan pintas untuk memperbaiki hidupnya, lambat laun ia menyadari bahwa cinta dan kekuasaan membawa konsekuensi yang tak pernah ia bayangkan. Di tengah konflik batin, ambisi bisnis, serta tekanan sosial, Aleya berjuang menemukan jati dirinya dan menentukan pilihan antara hati dan harga diri. Akankah Aleya mundur dari kenyataan yang ia ketahui? Atau ia akan tetap melanjutkan hidupnya sebagai Gadis simpanan?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dian Aprilia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Janji Arga
“Habislah aku” batin Aleya.
Tapi bukannya marah, Arga malah membelas perbuatan Aleya. Pria itu langsung melempar tepung kearah Gadis kecil dihadapannya itu.
“Uhuk, Tuan, ampun,” ucap Aleya yang sudah terbatuk-batuk karena tepung mulai masuk kehidungnya.
Arga pun tertawa puas. Tiba-tiba Aleya terpeleset tepung yang sudah memenuhi lantai. Arga dengan sigap menangkap tubuh Aleya yang nyaris terjatuh kelantai. Kini, Aleya tengah berada didalam dekapan Arga. Aleya dapat dengan jelas merasakan deru nafas Arga yang berada tepat diwajahnya. Tatapan mereka beradu seolah banyak yang ingin mereka salurkan melalui tatapan itu.
Tiba-tiba, cup. Bibir mereka menyatu. Entah bagaimana tapi bibir mereka benar-benar menyatu. Aleya membulatkan matanya. Seluruh badannya kaku, jantungnya berdegup kencang.
“Ciuman pertamaku,” batin Aleya.
Saat hendak mendorong tubuh Arga, Pria itu malah menarik pinggang Aleya dan mencium Aleya semakin dalam. Aleya mencoba memukul tubuh Arga. Tapi bukannya dilepas, Pria itu malah menarik tengkuk Aleya. Aleya pun terbuai. Gadis itu malah memejamkan matanya dan mengikuti alur permainan Pria dihadapannya.
Arga kemudian langsung mengangkat tubuh kecil Aleya dan mendudukkannya dimeja. Ciuman mereka tak terlepas. Tangan Arga mulai mengerayangi tubuh Aleya. Aleya yang tersadar langsung berusaha sekuat tenaga mendorong tubuh Arga menjauh.
“M-maaf,” lirih Aleya.
Arga tersenyum kecil. Ia kemudian kembali mendekat dan mengecup pucuk kepala gadis itu.
“Apa ini ciuman pertamamu?”
“B-bagaimana kau tau?” gugup Aleya.
“Kau sangat kaku tadi,” ejek Arga.
“Heiiii! Kau mengolokku ya!” kesal Aleya sembari memukul pelan tubuh Pria itu.
Aleya pun menunduk malu. Pipinya memerah seperti tomat yang sudah matang sempurna. Ia benar-benar tak sanggup menatap wajah Pria dihadapannya.
“Sudahlah, mari kita membereskan ini,” ucap Aleya.
Arga kemudian melirik arloji yang melingkar ditangannya. “Sudah pukul setengah 3 pagi. Biar kuantar pulang ya?”
“Baiklah,” ucap Aleya pasrah.
Keduanya kemudian mulai membereskan tepung yang berserakan dilantai. Kue yang mereka adon tadi juga mereka simpan agar kuenya tetap terjaga dengan baik. Setelah beres, Arga mulai mengantar Aleya.
“Kau tinggal sendiri?” tanya Arga.
Aleya mengangguk.
“Kemana keluargamu?”
“Sudah tidak ada. Aku yatim piatu,” lirih Aleya.
Arga tak menggubris. Ia merasa sedikit bersalah karena menanyakan hal yang tidak seharusnya ia tanyakan.
“Apa kau biasa pulang selarut ini?” tanya Aleya.
“Ya. Kenapa?”
Aleya menggeleng.
Beberapa saat kemudian, mereka sampai di rumah Aleya di daerah Gwendolyn. Daerah perumahan yang cukup padat ditinggali penduduk.
“Terimakasih,” ucap Aleya.
Arga tak menjawab.
“A-apa ingin mampir?” tanya Aleya.
“Heh, kau bahkan tidak waspada denganku. Aku adalah Pria dan kau mengundangku kerumahmu tengah malam seperti ini?”
“Kau menolongku saat itu. Jadi aku tidak perlu waspada denganmu,” ucap Aleya dengan wajah lugunya.
Arga kemudian mulai memarkir mobilnya di pekarangan rumah Aleya. Mereka kemudian mulai masuk kedalam rumah Aleya.
“Duduklah, aku akan membuatkanmu coklat panas untuk menghangatkan tubuh,” ujar Aleya.
Arga mengangguk. Ia mulai melihat lihat rumah kecil Aleya yang menurutnya sangat nyaman. Pria itu kemudian duduk di bean bag di ruang tengah rumah Aleya sembari menatap punggung gadis yang tengah sibuk didapur.
“Silahkan dicoba. Ini adalah Bubuk coklat kesukaanku. Ini sangat susah didapat,” ujar Aleya.
Arga mulai menyeruput coklat panas buatan Aleya. “Kau benar. Ini sedikit berbeda dengan coklat yang biasa kau suguhkan untukku,” ucap Arga.
Aleya tersenyum. Dia kemudian ikut duduk di bean bag tepat disebelah Arga. Mereka pun memilih untuk menonton televisi sembari berbincang.
“Dia adalah pendengar yang baik,” batin Arga.
Aleya kemudian pamit untuk mencuci muka dan berganti baju. Aleya pun memilih untuk memakai piyama panjang berwarna biru langit yang membuat dirinya terlihat semakin imut.
“Kau tidak pulang?” tanya Aleya.
Arga tak menjawab. Pria itu langsung menarik tangan Aleya hingga gadis itu terjatuh tepat diatas tubuh Arga. Pria itu kemudian menyingkap rambut Aleya kebelakang telinganya.
“Cantik sekali,” batin Arga.
Tanpa basa-basi, Pria itu kembali mengecup bibir mungil gadis itu. Aleya pun kembali terkejut. Tapi kali ini, ia tak melawan. Ia mulai terbuai dan mengikuti permainan Pria itu.
Beberapa menit berselang, Ciuman mereka semakin panas. Arga langsung membalikkan tubuh Aleya. Kini, Arga berada diatas tubuh gadis kecil itu. Mereka saling menatap satu sama lain. Tangan Arga mulai menanggalkan satu persatu kancing piyama Aleya.
“J-jangan,” tolak Aleya.
Arga tak menghiraukan itu. Ia kembali mencium Aleya dan terus menanggalkan kancing piyama Gadis itu.
“Eungh,” lenguh Aleya saat Arga mulai menyentuh bagian sensitifnya.
Aleya pun tersadar. Ia kembali mendorong tubuh Arga dan langsung beranjak menjauh dari Pria itu. “J-jangan kumohon,” lirih Aleya.
“Ada apa?” tanya Arga kemudian mendekat dan menghimpit gadis itu kedinding.
Aleya menunduk. Gadis itu tersipu malu.
“Apa kau takut aku akan memanfaatkanmu saja?” bisik Arga.
Aleya mengangguk. “M-maaf Tuan. Tapi ini,”
“Ini pertama kali?”
Aleya mengangguk.
“Aleya, aku akan menikahimu. Aku akan menanggung semua biaya hidupmu,” bisik Arga.
Mata Aleya membulat. Ia benar-benar tak mampu mencerna perkataan Arga barusan. Pria yang baru ia kenal, bahkan menjanjikan sebuah pernikahan untuknya.
“T-tuan tapi itu,”
Lagi-lagi perkataan Aleya terpotong. Pria itu kembali mencium Aleya dan mengangkat tubuh gadis itu masuk kedalam kamar. Arga kemudian meletekkan tubuh Aleya diranjang dan langsung menindihnya.
“Jangan takut. Aku akan menepati ucapanku.”