Ica semenjak di tinggal oleh Azzam tanpa alasan akhirnya memilih menikah dengan pria lain, syukurnya pernikahannya dengan suaminya yang awalnya tak begitu di cintainya berjalan dengan harmonis dan bahagia.
Tapi ternyata Ica di tipu mentah-mentah oleh sikap baik suaminya selama ini, justru suaminya ternyata pria yang suka berselingkuh dan gonta-ganti pasangan untuk memuaskan nafsu birahinya.
Bagaimana dengan rumah tangga Ica dan suaminya selanjutnya?
Apakah Ica tetap bertahan atau justru memilih berpisah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizoh, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Jarak wajah keduanya begitu dekat, hingga hembusan napas Hendra terasa menyentuh kulit wajah Ica. Keduanya saling tatap, kemudian tangan Hendra terulur menyentuh wajah istrinya sembari bingkai wajah wanita yang sudah delapan tahun bersamanya.
"Mana mungkin aku berselingkuh, Ma. Kamu begitu sempurna, kamu juga sudah memberiku dua putri yang cantik dan cerdas. Selama ini kamu sudah menjadi istri yang setia dan menemaniku dalam keadaan suka maupun duka, tak ada alasannya aku berselingkuh dan aku tidak akan menyia-nyiakan kamu. Aku tahu resikonya, aku pasti akan kehilangan kamu dan dua putri kita. Kemungkinan terburuk, Tuhan akan murka lalu memberi balasan yang sangat pedih"
Tanpa keraguan dan demi menyakinkan istrinya Hendra berucap seperti itu, sementara Ica yang mendengar suaminya berucap seperti itu ingin sekali menampar mulut suaminya saat ini juga setelah perselingkuhan yang telah di lakukan suaminya.
"Kamu bisa berjanji untuk tidak berselingkuh, Pa?"
Akhirnya hanya pertanyaan itu yang keluar dari mulut Ica setelah berhasil meredam gejolak emosi di dalam dadanya, Hendra menggenggam tangan istrinya mencoba menyakinkan istrinya jika dirinya tak akan selingkuh dan meminta istrinya jangan pernah berpikir jika dirinya akan selingkuh.
"Iya, Pa. Aku percaya kamu pria yang setia, aku juga percaya jika suatu saat kamu berkhianat pasti terbongkar juga nantinya"
"Sstt! Jangan pernah katakan itu, Ma. Karena aku tidak akan berkhianat, percayalah...." ucap Hendra lalu memeluk tubuh istrinya
Malam harinya, di atas tempat tidur Ica dan Hendra sudah terbaring. Hendra yang dari tadi pura-pura tidur, kini membuka kedua matanya. Hendra menoleh ke arah istrinya dan memastikan jika istrinya sudah tertidur, Hendra perlahan turun dari tempat tidur dengan hati-hati.
Ceklek
Suara pintu berbunyi ketika di buka, Hendra meringis lalu menoleh ke arah tempat tidur. Ica menggeliat, karena terganggu dengan suara pintu di buka tapi setelah itu tubuh Ica kembali tenang. Hendra mengelus dada lalu keluar dari kamar, di luar kamar Hendra membuka HP-nya.
Tangan Hendra menggulir HP-nya membuka aplikas! telepon, kemudian mencari nomor wanita yang sudah lama di blokirnya dan kini kembali di bukanya. Setelah itu Hendra memilih ikon warna hijau pertanda menghubungi nomor itu, sambungan telepon terhubung tapi belum di terima.
"Mas, akhirnya kamu menghubungi aku juga" ucap Seseorang di seberang telepon setelah menerima sambungan telepon
"Aku sudah beri kamu uang sesuai yang kamu minta, tapi kenapa kamu cari gara-gara denganku? HAH" kata Hendra kesal
"Cari gara-gara apa maksud kamu, Mas? Aku meminta uang karena aku gak tau kalau hamil, aku bisa kembalikan uang kamu asal kamu mau bertanggung jawab atas anak kita"
"Halah, jangan pura-pura bodoh kamu. Kamu kan yang mengirim foto itu ke rumah, jangan macam-macam kamu Loli. Sekali kamu cari gara-gara denganku, akan aku buat hidup kamu seperti di neraka"
Hendra tetap kekeh menuduh Loli yang sudah mengirim foto mesra mereka di rumahnya, sementara Loli yang mendapat tuduhan seperti itu tentu saja tidak terima. Karena memang bukan Loli pelaku pengirim foto itu, Loli hanya menunjukan saja pada Ica sebagai bukti.
"Aku tekankan sama kamu ya, jangan pernah cari-cari aku lagi karena aku tak akan mau kembali dengan kamu meski pun kamu mati. PAHAM"
"Mas, lalu bagaimana dengan anak ini? Lebih tepatnya anak kita"
"Aku tidak yakin kalau itu anakku, bukankah aku selalu mengunakan pengaman saat berhubungan denganmu. Lantas kenapa kamu bisa hamil? Bukankah itu sesuatu yang sangat mustahil?" tekan Hendra sembari mengejek
"Kamu pikir aku pel*cur, Mas?"
"Kamu yang menyebutnya, bukan aku" kata Hendra
"Gugurkan saja, agar kamu tak menanggung malu. Jadi jangan paksa aku untuk bertanggung jawab, karena aku sudah memiliki istri dan anak jadi tak mungkin meninggalkan mereka demi kamu. Aku juga sudah memberi uang sesuai permintaan kamu, jadi jangan cari aku lagi" lanjut Hendra dengan tegas
Setelah mengucapkan kalimat yang menyakitkan itu Hendra langsung mematikan sambungan telepon secara sepihak kemudian kembali memblokir nomor Loli, Hendra tak sadar jika sikapnya barusan bisa jadi bumerang di kehidupannya ke depannya.
"Huft"
Hendra menghembuskan napas berat, masalahnya di anggapnya telah selesai. Namun saat Hendra berbalik tiba-tiba sudah ada istrinya berdiri di belakangnya, Hendra terkejut bahkan tubuhnya terlonjak kaget. Jantung Hendra berdetak lebih cepat, wajahnya terlihat pucat pasi karena khawatir istrinya mendengar pembicaraannya tadi.
"Aku mencari kamu, ternyata kamu disini" ucap Ica dengan nada setenang mungkin meski sebenarnya dirinya sudah mendengar semuanya
"Iya, Ma. Tadi ada telepon, katanya ada sedikit masalah di tempat rental mobil. Jadi Papa emosi, apa tidurmu terganggu?"
"Gak kok, Pa"
Hendra menghembuskan napas lega, istrinya tidak marah itu artinya tidak mendengar pembicaraannya tadi. Setelah itu Hendra mengajak istrinya tidur lagi sembari merangkul pinggang istrinya, Ica dan Hendra kembali masuk ke dalam kamar mereka.
Ica dan Hendra membaringkan tubuh mereka ke tempat tidur lagi, hanya saja Ica mengambil posisi membelakangi suaminya. Tentu saja agar suaminya tak bisa melihat air matanya yang dari tadi berdesakan untuk keluar dari pelupuk matanya, hingga akhirnya keluar juga.
Air matanya terus mengalir begitu saja, tadi Ica sempat berpikir positif dan berharap ucapan wanita bernama Loli itu hanyalah lelucon semata. Namun setelah mendengar kalimat demi kalimat yang suaminya katakan melalui sambungan telepon, harapan itu pupus seketika.
Bahkan Ica tidak menyangka kalau suaminya sekejam itu pada wanita yang kini mengandung anaknya, bagaimana bisa suaminya meninggalkan mantan kekasihnya dalam keadaan hamil? Pengecut, suaminya benar-benar seorang pengecut.
Air mata itu terus mengalir dan kini membasahi kedua pipi Ica, hingga lama-kelamaan Ica tertidur dengan sendirinya karena kedua matanya merasa lelah setelah terus menerus menitikkan air mata. Begitu juga Hendra yang tertidur pulas, seperti tak memiliki beban setelah apa yang semuanya dirinya lakukan.
Keesokan harinya, Ica baru saja mengantar putri sulungnya berangkat ke sekolah. Sementara bayi kecilnya saat ini di tinggal dengan suaminya, Hendra saat ini sedang duduk santai di teras rumah sembari menggendong Senja dan bermain dengan bayi kecil itu.
Hendra tidak tahu kalau saat ini ada seorang wanita sedari tadi memperhatikan gerak geriknya yang menggendong Senja dan bermain, wanita itu terlihat kesal sembari mengelus perutnya yang tampak mulai membuncit.
"Harusnya anakku kelak juga merasakan sentuhan kamu, bukan malah tercampakkan seperti ini" gumam Wanita itu yang tak lain adalah Loli, merasakan denyut nyeri ketika melihat kehangatan di antara Hendra dan bayi kecilnya.