Apa mungkin gadis kaya itu mencintai pria miskin sepertiku dengan tulus?
Namaku Aditya Pratama, aku adalah seorang musisi jalanan yang setiap hari harus menjajakan suaraku untuk mencari nafkah.
Aku lahir dan besar di Bandung, sudah setahun ini aku merantau di Ibukota untuk mencari pekerjaan agar aku bisa mendapatkan pekerjaan yang layak untuk menghidupi Ibu dan juga Adikku.
Malang betul nasibku, setahun sudah berlalu sejak pertama aku datang ke kota ini, tapi aku belum juga mendapatkan pekerjaan dan akhirnya aku harus tetap mengamen untuk menyambung hidup.
Dalam pekerjaanku tak jarang pula aku menghibur sepasang kekasih dengan suaraku, menyanyikan lagu-lagu cinta untuk mereka.
Tanpa pernah berpikir bagaimana dengan kehidupan cintaku sendiri, selama ini aku memang tak pernah memikirkan hal itu, saat ini yang terpenting bagiku adalah bagaimana caranya agar aku bisa menghidupi Ibu dan Adikku.
Tapi semua itu berubah semenjak aku mengenal seorang gadis bernama Riri, gadis cantik dan kaya raya anak pengusaha ternama dan sukses di negeri ini.
Apakah mungkin gadis populer, cantik dan juga kaya raya sepertinya mencintaiku yang hanya seorang pengamen jalanan.
UPDATE SETIAP HARI
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Aditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah
"Assalamualaikum...Bu...Bu...Ibu...Adit udah sampe nih Bu." Ucapku di depan pintu rumah.
Tak lama ibu membuka pintu dan bertanya kepada kami.
"Ya ampun Adit malem begini baru sampe, pasti macet ya?" Tanya Ibu sambil memelukku.
"Iya Bu, bukan main macetnya."
"Ini Pasti Riri ya? Ya Ampun cantiknya, Adit pinter ya cari pacar..Kalian udah jadian kan?"
"Apaan sih Ibu bikin malu aja baru juga sampe, lihat tuh muka Riri jadi merah kan."
"Iya Tante aku Riri, aku nggak jadian sama Adit kok Tan."
"Kok panggil Tante sih panggil aja Ibu biar sama seperti Adit, Adit gimana sih kok Belum jadian, nanti keduluan orang lho."
Riri pun semakin malu karena ucapan Ibuku, lalu kami melangkahkan kaki masuk kedalam rumah.
"Ya sudah kalian mandi dulu sana habis itu baru makan, Ibu sudah masak dari tadi sore lho."
"Iya Bu Adit duluan deh yang mandi badan udah pada gatel nih, aku duluan ya Ri baru kamu, maklum kamar mandi nya cuma ada satu."
"Ya sudah sana, biar Riri ngobrol dulu sama Ibu disini." Kata Ibuku.
Setelah kami bergantian dan selesai mandi lalu kami menuju meja makan untuk makan malam bersama.
"Oh iya Bu, Rai kemana kok dari tadi nggak kelihatan?"
"Adikmu sedang ada tugas kelompok di rumah temannya, palingan sebentar lagi juga pulang."
Dalam makan malam itu aku dan Ibu bersenda gurau dengan bahagianya, sedangkan hanya Riri yang terlihat sedih.
"kamu kenapa Ri, kok kelihatan sedih?" Tanyaku ketika melihatnya murung.
"Nggak apa-apa Dit, aku cuma belum pernah merasakan kehangatan keluarga seperti ini, Ibuku meninggal saat melahirkan aku sedang papa selalu sibuk dengan bisnisnya, aku selalu merasa kesepian di rumah."
"Riri..Sekarang kan ada Ibu, Riri anggap Ibu seperti Ibu kandung Riri ya, sudah gak usah sedih." Ucap Ibuku menghibur Riri
"Iya Bu, terimakasih." Ucap Riri sambil tersenyum.
"Oh iya katanya kalian ke Bandung 3 orang, yang satu orang lagi kemana?"
"Yaaaa ampuuuun Ibuuuu Adit lupa Udin masih tidur di dalam mobil, sebentar ya Adit bangunin dulu."
Akhirnya suasana sedih itu pun seketika hilang dan menjadi tawa setelah mengetahui bahwa Udin masih tertidur di dalam mobil.
Setelah Udin terbangun dia lalu bergabung dengan kami di meja makan, hingga tak lama kemudian.
"Assalamualaikum....Eh A Adit sudah sampai."
Ternyata itu adikku Rai yang baru pulang dari belajar kelompoknya.
"Ini pasti teh Riri ya, pacar nya A Adit. Salam kenal aku Rai adiknya A Adit."
"Apaan sih De baru pulang juga langsung heboh gitu, sini duduk kita makan bareng," Sahutku.
"Hai aku Udin Sahabat nya A Adit, sohib kentel..Sohib kentel." Udin memperkenalkan diri kepada adikku dan kemudian berbisik kepadaku.
"Ade lu Cakep juga Bor, lu mau kan jadi kakak ipar gw."
"Apaan sih lu, awas lu Din berani macem-macem sama Ade gw." Jawabku.
Makan malam pun berakhir.
"Sudah malam, pasti kalian lelah kan? Sekarang waktunya kalian istirahat, Riri tidur sama Rai ya, sedangkan Udin sama Adit dikamar belakang." Ibuku membagi jatah kamar kami.
"Oh kirain Adit sekamar sama Riri Bu."
"Wah kalo Adit sama Riri berarti Udin sama Rai dong Bu." Tambah Udin.
"Enak aja..Rai sama Kak Riri dong, sedangkan kalian berdua tidur di kandang kambing aja sana." Ucap Rai dengan muka kesal.
Setelah itu kami semua beristirahat karena memang sudah sangat lelah dalam perjalanan tadi, kecuali Udin tentunya, karena dalam perjalanan Jakarta-Bandung dia tertidur sangat pulas.
"A Adit adiknya cantik ya." Ujar Udin di kamarku.
"Apaan sih lu Din manggil gw pake sebutan Aa segala, lu kaga ngaca muka lu aja keliatan lebih tua dari gw."
"Yaaaaah kok gitu sih A, Rai udah punya pacar belum A?"
"NGGAK TAU!!!"
"Jutek amat sih A sama Dede."
"Diem deh Din geli gw dengernya."
"A kita berapa lama ya di Bandung."
"Lima hari."
"Yeeeees...Cukup lah waktunya."
"Cukup apaan?"
"Cukup buat deketin Rai..Boleh kan A?"
"Terserah lu Din, udah ah gw cape mau tidur."
Tak lama ponselku berbunyi tanda ada pesan yang masuk, ternyata sebuah pesan dari Riri yang tertulis.
Makasih Dit sudah membuat Riri merasakan punya keluarga seutuhnya...
Aku Bahagia.
Pagi itu aku terbangun dan setelah selesai mandi kulihat Udin yang masih tertidur dengan pulasnya.
"Woy Din bangun lu udah pagi nih, mau ikut ngga lu? Gw tinggal nih ya."
"Mau kemana emang A?"
"Jalan-jalan, cepet mandi sono ntar gw tinggal lu, gw tunggu di teras ya."
Aku pun menuju teras rumahku dan disana sudah ada ibu dan Riri yang sedang mengobrol sambil tertawa riang.
"Wuiiih udah akrab aja nih calon mertua sama calon mantu." Ucapku menggoda mereka.
"Iiiih Adit aku gak sangka ya ternyata sampai SMP kamu masih suka ngompol, jangan-jangan sampe sekarang juga masih ngompol ya." Sahut Riri.
Lantas aku pun mengarahkan pandanganku pada wajah Ibuku.
"Ibu apa-apaan sih ceritain aib Adit aja, ibu ngomongin apalagi tentang aku Ri?"
"Ada deh, rahasia wanita." Jawab Riri.
Tak berapa lama Udin keluar dari rumah dengan setelan andalan nya.
"Ayo gw udah siap nih."
"Widiiih mau kemana bang Udin Rapih banget?" Tanya Riri.
"Tau nih mau kemana kali, kayak orang mau kondangan aja, mana wangi nya sangit banget lagi ini sih satu RT bisa nyium minyak wangi lu Din." Tambahku.
"Ya jelas dong, kencan pertama harus wangi." Jawab Udin.
"Kencan sama siapa Bang Udin?" Tanya Riri lagi.
"Neng Rai doong, ayo A Adit kita let's go." Kata Udin.
"Rai? Rai kan nggak ikut Bang, Rai mau bantu Ibu ke pasar buat belanja keperluan bulanan." Kata Riri.
"Ya udah deh A Adit Dede Udin ngga jadi ikut jalan-jalan, Dede Udin mau ikut kepasar aja bantu Ibu belanja, boleh kan Bu?"
"Boleh kok Nak Udin." Jawab Ibu.
Akhirnya aku dan Riri hanya pergi berdua saja, kami mengelilingi Kota Bandung pagi itu. Hingga tak terasa sore hari pun telah tiba dan itu berarti kami harus segera pulang untuk makan malam bersama, sesampainya dirumah..
"Eh Romeo dan Juliet udah pulang." Sambut Rai menggoda kami.
"Udah berani ya Adik kecilku ini ngeledek Kakaknya, kamu kali Romeo dan Juliet tuh sama si Udin, cieeee yang pacaran nya di pasar." Aku pun balas menggodanya.
"Idiiiih apaan sih A, emang A Adit ini paling jago ya ngebalikin kata-kata orang." Jawab Rai dengan muka agak kesal.
"Ibu mana De?"
"Ibu di dapur masih masak buat makan malam A."
"Terus Romeo mu mana kok ngga keliatan juga."
"Apaan sih Romeo Romeo mulu ngomongnya, Bang Udin tidur kecapean habis bawa barang belanjaan banyak banget."
"Ooooh tumben rajin tuh anak biasanya males banget, ya udah Aa mau mandi dulu udah bau keringat."
Malam harinya kami kembali makan malam bersama layaknya sebuah keluarga.
"Gimana Riri tadi jalan-jalannya sama Adit, menyenangkan tidak?" Ucap Ibuku membuka pembicaraan malam itu.
"Seneng banget Bu, kita keliling Kota Bandung lho Bu, Bandung bagus ya Bu, enak sejuk ngga seperti Jakarta..Panas." Jawab Riri.
"Besok mau jalan kemana?" Sambung Ibu.
"Terserah Adit aja Bu, kalau Riri sih ikut aja mau dibawa kemana."
"Iya, besok aku bawa ke pelaminan." Sahutku menggoda Riri.
"Aku ikut kalo ke pelaminan aku mau ajak neng Rai." Sambung Udin.
"NGGAK MAUUUUU!!!" Rai pun menjawab di iringi tawa kami semua.
Begitulah hari ke dua di Bandung berlalu dengan amat sangat menyenangkan.
ceritanya...👍👍👍👍
tapi gw support banget dengan karya lu bg, walau banyak yg bilang mutar mutar tapi gw suka, spesifikasi dari setiap aktor nya jelas dan dapet, jadi bisa memahami hampir seluruh peran yang di bicarakan, dan menurut gw itu sih adrenalin banget.
lupain aja kata orang, mereka belum pernah baca novel one piece, dan lainnya kali lebih panjang dan blibet di tambah flashback nya wkwk
the best, gw support lu