Rindu Dan Luka

Warning tisu sih kalo yang gampang trenyuh mah 😆😆😆🤭

Happy reading 🤗🤗🤗

💕💕💕💕💕💕💕

Riang masih menatap Shakiel meski hanya lewat layar ponsel. Shaka dan Risya di ajak Nuri ke belakang karena melihat sang nyonya sedang berbicara cukup sensitif.

"Ba Nuli, umi napa?", tanya Risya pada Nuri.

"Umi lagi kangen sama Om nya Ica!", kata Nuri.

"Om na Ica, Aa na Aka?", kini Shaka yang bertanya. Nuri berpikir sebentar lalu kemudian mengangguk.

Kedua bocah itu menurut mengikuti art di rumah itu dan bergabung bersama Izaf dan Ziva di ruang bermain yang aman.

Kembali ke Riang dan Shakiel ...

[Jawab El? Kenapa kamu menghilang selama ini? Kamu masih lupa sama mba? Atau kamu sengaja lupain mba, gitu?]

Shakiel reflek menggeleng. Bohong kalau Shakiel melupakan kakak perempuannya. Bohong kalau ia tak merindukannya meski mereka tak lahir dari rahim yang sama.

Naya mengernyitkan alisnya. Lalu ia mengalihkan kameranya ke wajahnya.

[Maaf mba, Shakiel belum...]

"Aku udah ingat semuanya Bund!", kata Shakiel. Naya langsung menoleh pada putranya tersebut.

"Apa??", Naya cukup terkejut di buatnya. Syam mengambil ponsel nya yang tergeletak di atas meja.

[Nanti mas telpon lagi ya sayang]

[Tapi mas...]

[Dengarkan mas, tolong...nanti kalau semua sudah tenang, mas hubungi kamu lagi. Heumm]

[Iya mas, assalamualaikum ]

[Walaikumsalam]

Syam memasukkan ponselnya ke dalam saku. Lalu ia fokus pada dua orang dewasa di hadapannya.

"Sejak kapan kamu ingat semuanya Shakiel?", tanya Naya. Shakiel menunduk tak berani menatap bundanya.

"Jawab Shakiel!!", suara Naya meninggi.

"Sejak beberapa hari setelah operasi!", jawab Shakiel. Naya menganga tak percaya. Ia menggeleng dan menutup mulutnya.

"Ayah tahu Bund, tapi aku memang menginginkannya. Aku ingin mengubur luka dan rasa kecewa ku bund! Bukan kah kepergian kita adalah kebahagiaan untuk mereka? Terutama papa, iya kan?", Shakiel mulai berani menatap mata lentik sang bunda.

Tangan Naya terulur dan langsung menampar darah dagingnya sendiri.

Plakkkk!!

Tamparan keras mendarat di pipi tirus yang bersih dan mulus itu. Syam cukup terkejut atau perlakuan bunda Naya terhadap El yang cukup di luar dugaan.

Shakiel menutup pipinya yang terkena tamparan sang bunda.

"Naya?!", Krisna baru keluar karena tak sengaja melihat Naya menampar Shakiel.

"Apa? Mas mau membela Shakiel? Kalian berdua bekerja sama membohongi ku selama ini? Iya...? Tega kalian!!", kata Naya emosi.

Krisna mendekati Naya tapi Naya menampik tangan Krisna yang akan menyentuhnya. Syam kembali berada di posisi yang tak menguntungkan.

Apa yang bisa ia lakukan saat ini?

"Naya, mas minta maaf. Mas akui mas salah...?!", ucapan Krisna terputus karena Shakiel menyela.

"Jangan salahkan Ayah. Aku sendiri yang menginginkannya bund!", jawab Shakiel.

Tangan Naya sudah bersiap untuk kembali menampar pipi Shakiel tapi kali ini Syam mencegahnya.

"Bunda, tolong biarkan Shakiel menjelaskan alasannya. Syam yakin, Shakiel tidak ada maksud untuk berbohong sama bunda", kata Syam yang juga sebenarnya ingin mendapatkan penjelasan alasan dari Shakiel.

"Tidak ada maksud apa nya Syam? Berapa tahun mereka bohongin bunda!?", kata Naya masih dengan emosi dan isakan kecil.

"Maafin El bund!", kata Shakiel. Ia kembali menyebut panggilannya seperti dulu.

"Bunda beri kesempatan kamu untuk menjelaskan semuanya Shakiel Albiruni Wijaya!", pinta Naya.

Shakiel terdiam beberapa saat.

"Aku sayang mba Riang, sayang mama Citra. Tapi aku benci dan kecewa sama papa, bund!"

Bahu Naya menurun lemah. Krisna mengusap pelan bahu itu.

"Jangan benci papa El...!", Naya menggeleng.

"Aku masih sakit hati Bund! Iya...memang! Papa berhak melakukan apa yang ia anggap benar termasuk memberi talaq sama bunda. Tapi tidakkah sedikit saja...memikirkan aku, bund??", tanya Shakiel.

"Shakiel...!", suara Naya melembut.

"Usiaku masih belia untuk mencoba memahami situasi itu bund. Aku terbiasa dengan kehidupan poligami kalian, aku tidak keberatan saat teman-teman membully ku. Aku tidak apa-apa bund, tidak apa-apa!!", kata Shakiel lagi.

"Shakiel...!", kini Syam ingin bicara tapi Shakiel mengangkat tangannya.

"Mas Syam cukup berada di samping Mba Riang, buat aku itu lebih dari cukup. Mba Riang memang perlu di dampingi, tidak seperti aku yang harus di paksa dewasa karena keadaan."

Ketiga orang dewasa itu terdiam.

"Aku terus berpura-pura lupa meski sebenarnya aku juga rindu sama mba, sama mama yang sayang padaku!", lanjut Shakiel.

"Temui mba kamu El!", pinta Syam. Shakiel menggeleng pelan.

"Aku tidak ingin merusak kebahagiaan mereka mas. Papa tak pernah menginginkan aku!", kata Shakiel.

Usai mengatakan hal itu, Shakiel mengambil ranselnya dan berjalan cepat menuju ke dalam rumah.

Naya terisak dalam pelukan suaminya. Ia pikir jiwa Shakiel baik-baik saja selama ini. Nyatanya ia menyimpan luka itu seorang diri sejak dulu.

Jika saat ia kecil, ia bisa menutupi lukanya dengan tingkah polahnya yang pecicilan, semakin dewasa Shakiel jutsru menutup dirinya. Mengubur semua luka dan sakit hatinya seorang diri. Tanpa ada niatan untuk menyembuhkannya.

"Biarkan Shaki menenangkan dirinya Bund! Ayah yakin, Shaki akan membuka hatinya perlahan. Karena....'', Krisna menjeda ucapannya.

Naya dan Syam menunggu kelanjutan ucapan Krisna.

"Karena...kondisi mamanya lah yang memotivasinya menjadi seorang dokter bahkan di usia mudanya!", kata Krisna.

"Shakiel tahu kondisi Citra selama ini mas?", tanya Naya. Krisna mengangguk pelan.

"Putra mu tak seburuk itu. Meski ia bilang ingin melupakan, ingin menjauh...dia masih terus memantau keluarganya bund. Ayah tak sengaja tahu saat melihat materi yang Shakiel baca tentang cara mengobati kondisi mamanya, kurang lebih seperti itu."

Setelah obrolan panjang itu, Krisna menawarkan untuk mengantarkan Syam ke hotel.

💕💕💕💕💕💕

"Jadi selama ini anda menyembunyikan Shakiel dari keluarganya?", tanya Syam dengan nada kecewa. Tanpa ragu, Krisna mengangguk jujur.

"Ya. Terdengar jahat dan arogan memang. Saat itu niat saya hanyalah ingin Naya dan Shakiel melupakan rasa sakit yang mereka rasakan. Dan saat tahu kalau Shakiel amnesia, saya ingin memanfaatkan kondisinya."

Syam meremas kedua tangannya yang ada di atas pahanya.

"Sayangnya...huftt! Shakiel justru melakukannya tanpa saya minta. Dia yang ingin menjauh dari kalian, justru karena menurutnya...dengan kepergiannya, kalian terutama istri mu dan mama mertua kamu akan lebih bahagia."

Syam menggeleng lemah.

"Dan ternyata apa yang menurut Shakiel benar, justru sekarang menjadi boomerang untuknya. Dia masih stalking semua tentang kalian. Bahkan saya pernah melihat Shakiel tersenyum menatap video Shaka dan Risya yang di unggah oleh keponakan kamu, Ganesh!"

"Jadi...Shakiel melihat kami selama ini?", tanya Syam. Krisna mengangguk.

"Sekali lagi saya minta maaf. Dan untuk menebus kesalahan saya...saya meminta salah seorang rekan saya yang ada di kampus Shakiel untuk mengirim Shakiel koas di rumah sakit yang menangani mama mertua kamu! Prof. Gilang cukup tahu kejeniusan Shakiel. Dan ia punya harapan besar untuk kesembuhan pasien yang sudah lama menjadi pasien dari rekan dokter di Jakarta."

Krisna menjelaskan panjang lebar yang sudah ia rencanakan. Ya, tugas menjadi dokter koas di rumah sakit itu atas campur tangan Krisna.

💕💕💕💕💕💕

Sudah ya??? 😆🤭 Gimana? Are you okay? Ngga ada tisu, daster pun jadi kan 😆😆😆

Terimakasih 🙏🙏🙏