Apa yang diharapkan Oryza pada pernikahan yang berawal dari kesalahan? Kecelakaan malam itu membuatnya terikat dengan Orion sang pebisnis terkenal sekaligus calon tunangan adiknya, bukankah sudah cocok disebut menjadi antagonis?
Ia dibenci keluarganya bahkan suaminya, sesuai kesepakatan dari awal, mereka akan berpisah setelah anak mereka berusia tiga tahun dengan hak asuh anak yang akan jatuh pada Oryza. Tapi 99 hari sebelum cerai, berbagai upaya dilakukan Oryza mendekatkan putranya dengan sang suami juga adiknya yang akan menjadi istri selanjutnya. Surat cerai tertanda tangani lebih cepat dari kesepakatan, karena Oryza tau ia mungkin sudah tiada sebelum hari itu tiba
Jangan lupa like, vote dan komen ya🙏🏼
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tiga Bulan
Mengajarkan arti kehilangan dan kematian pada anak yang belum genap berusia tiga tahun terlalu sulit, mereka hanya berpikir, hanya orang tua yang bisa mati. Pikiran polos mereka hanya tentang indahnya bermain. Tapi, Oryza tau sang putra cerdas. Jadi, secara perlahan ia akan mengajarkan pada balita itu apa artinya kehilangan
"Sudah siap sayang, ayo senyum" Oryza memposisikan kameranya didepan wajah Saga, ia tertawa melihat wajah menggemaskan sang putra
"Sekarang, ayo foto sama mama" saat timer berjalan, secara mendadak Saga mengecup pipi mamanya membuat raut keterkejutan mamanya yang tertangkap kamera mereka
"Saga sayang mama" gara-gara membicarakan itu tadi pagi, sang putra semakin menempel dengannya
"Mama juga sayang Saga"
"Jangan pergi ya mama" Oryza hanya tersenyum dan memeluk sang putra tak kalah erat. Ia megecup semua bagian sisi wajah Saga dengan gemas
.
Orion tak mengerti dengan anak dan istrinya saat ini, kemarin Saga begitu menurut dengannya bahkan bahagia saat diajak Alice bermain. Tapi kini anaknya seolah hanya ingin berdekatan dengan istrinya saja. Ia jadi berpikir, apakah kemarin hanya akal-akalan wanita itu saja?
"Saga mau ikut papa?" Saga yang sedang menyusun mainan legonya menoleh pada papanya yang berpakaian santai saat ini. Pagi hari biasanya di hari libur ayahnya akan tetap dirumah, tapi sepertinya hari ini ada acara
"Papa mau kemana?"
"Papa mau main golf sama temen papa"
"Saga mau ikut tapi mama juga ikut"
"Saga" Oryza memberi isyarat menggelengkan kepalanya tanda tak setuju
"Boleh ya pa? Kasian mama dirumah terus"
"Saga perginya sama papa aja ya, mama nggak apa-apa dirumah sendirian" sayangnya anak itu malah ingin menangis
"Kalau gitu Saga diam aja ya sama mama dirumah" ia takut mengacaukan acara suaminya dengan Alice
"Saga mau ikut papa tapi mama juga harus ikut"
matanya sudah berkaca-kaca membuat Oryza tak tega
"Ayo ikut saja, daripada dia menangis" akhirnya Oryza mengalah, ia menghela nafas berkali-kali dan mengangguk
"Maaf" ucapnya pada Orion ketika mereka masuk mobil, laki-laki itu hanya berdehem singkat
Perjalanan memakan waktu yang tak terlalu lama, hanya setengah jam perjalanan. Mereka sampai di tempat bermain golf yang biasanya di isi oleh orang-orang kaya
"Selamat datang Pak Orion" Oriza paham dengan dunia para pengusaha itu, tak peduli hari libur atau waktu bersantai selama ada peluang maka digunakan sebaiknya. Seperti saat ini, para pengusaha lain akan saling mendekatkan diri, apalagi kepada pengusaha terkenal seperti Orion. Mereka datang bukan hanya bermain golf tapi juga berbisnis
"Tumben sekali adik ipar anda tak ikut" dalam hati Oryza terkekeh sinis mendengarnya, adik ipar yang berkedok sebagai kekasih
"Hari ini saya membawa istri dan putra saya yang ingin ikut"
"Oh ya? Apa Buk Oriza ingin melihat suaminya? Romantis sekali" Oriza merasa terlalu tua sebenarnya di panggil ibu, apalagi mereka yang ada disana rata-rata sudah memiliki umur diatas suaminya. Mereka memanggil berdasarkan jabatan
"Kami maklum, hubungan kalian selalu harmonis. Apalagi Pak Saga terlihat sangat mencintaimu" ucapan dari istri para pengusaha itu membuat Oryza tersenyum masam, harmonis? Mencintai? Ia tak habis pikir
"Terima kasih" ia memilih tersenyum singkat dan duduk bersama mereka, melihat Orion dari jauh juga Saga yang sedang bermain dengan anak-anak lain
"Oryza?" Suara tak asing itu menyapanya membuat Oryza menutup mulut terkejut
"Bagaimana dokter bisa ada disini?" Ia memperhatikan sekeliling, wanita-wanita disekeliling mereka sedang asik berbincang sedangkan Oryza memilih duduk ditempat tak jauh dari Saga bermain dengan alasan takut anaknya menggangu anak yang lain
"Ya tuhan, ternyata kamu Oryza yang itu" dokter spesialis kanker atau dokter onkologi itu tak menyangka akan melihat pasiennya disini, terlebih ia baru tau kalau Oryza adalah istri dari pengusaha muda terkenal negri ini. Terlalu sibuk dengan rumah sakit membuatnya jarang melihat acara televisi, tapi ia memang hadir di pernikahan Oryza dulu bersama suaminya yang juga seorang pengusaha. Hanya saja wanita itu nampak berbeda. Ia tak juga tak terlalu memikirkan tentang dunia artis atau hidup glamor para pengusaha yang sering di sorot televisi. Ia hanya tau Oryza sebagai pasiennya yang sedang berjuang
"Dokter Ana" Oryza menggenggam tangan dokter yang berusia hampir setengah abad itu. Ia menatap sekeliling untuk memastikan tak ada yang akan mendengar mereka
"Tolong jangan katakan apapun pada siapapun" ia menatap wanita seusia ibunya itu penuh harap. Ia tak mau dianggap memanfaat kondisi dengan berharap dikasihani. Biarlah semuanya berjalan seperti biasa, tanpa ada perubahan apapun
"Tapi kondisimu sedang tak baik-baik saja, kamu memerlukan perawatan yang lebih intensif lagi. Kamu benar urusan nyawa itu adalah takdir tuhan, tapi kita sebagai manusia juga harus berikhtiar yang baik"
"Niatmu untuk berobat sudah bagus, tapi kenapa tidak dijalani jika ada pengobatan yang lebih dari itu dan kamu mampu melakukannya. Aku yakin suami dan orang tuamu pasti mendukungnya" siapa yang tak mengenal suami dan orang tuanya, dua pengusaha kaya yang sudah tak asing lagi
"Aku tak mampu melakukannya"
"Kamu tidak kasihan melihat putramu?"
"Dia akan lebih kasihan kalau melihat ibunya hanya bisa tidur dirumah sakit. Biarlah seperti ini dokter, lagipula tak lama lagi kan? Tiga bulan kalau perhitungannya tak salah"
"Sudah memasuki stadium akhir bukankah artinya hanya bergantung pada obat?" Tanyanya sambil menatap fokus sang putra didepan sana
"Kamu bayangkan bagaimana kecewanya suamimu jika terlambat diberitau" Oryza menggeleng tersenyum, tak ada orang yang akan kecewa. Mungkin Gabril dan Kakaknya saja, tapi ia yakin itu hanya sebentar
"Mereka akan baik-baik saja. Aku percaya mereka manusia kuat. Aku hanya minta tolong pada dokter untuk tak mengatakan pada siapapun itu saja" Dokter Ana menggenggam tangannya, menatap wajah pasiennya yang menurutnya tak punya semangat untuk sembuh
"Kamu harus bisa menilai sesuatu dari arah baik yang tidak akan menyakitimu"
Sungguh Ayah egois apa dengan hanya meminta maaf semuanya akan kembali pada semula , Seorang Ayah yang tiba-tiba datang menjadi pahlawan ketikanya putrinya telah dewasa Putri yang tak lagi memerlukan sokongan keluarga kerana Oryza telah pasrah dengan kehidupannya hanya menanti di mana Ruh Oryza di cabut ,
Untuk apa lagi Ayah Oryza berpura-pura menjadi pahlawan sekarang kerana Oryza sudah tidak memerlukan itu semua .