NovelToon NovelToon
Di Antara Dendam Dan Cinta

Di Antara Dendam Dan Cinta

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / Penyesalan Suami / Menikah dengan Musuhku
Popularitas:37.7k
Nilai: 5
Nama Author: Bareta

Hanya dalam waktu 2 tahun, Greg berhasil membuat Juan Permana, seorang pengusaha ternama, menjadikan dirinya orang kepercayaan. Selain itu, Greg juga membuat Mia, putri tunggal Juan, tergila-gila padanya.

Ternyata di balik sikapnya yang mempesona itu, Greg berniat membalas dendam atas kematian orangtuanya. Ia pergi setelah berhasil mengambil alih kekayaan Juan dan menyakiti Mia yang sudah menjadi istri sahnya.

Namun takdir berbicara lain. Setelah 7 tahun berpisah, keduanya dipertemukan kembali dengan perasaan dendam yang terbalik.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bareta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kejujuran Langit

“Mia, suamimu menunggu di gerbang sama Langit dan Senja.”

Mia tersenyum tipis dan mengangguk saat Hilda bicara dari depan pintu ruang guru.

“Suami tampanmu yang tadi datang bertemu Pak Rachmat, ya ? . Hati-hati banyak yang langsung jatuh cinta sama suamimu,” ledek Yulia yang duduk di depan Mia.

Mia hanya tersenyum dan sedikit tergesa menuju gerbang SD.

Langit dan Senja sudah pulang jam 11 sedangkan Mia masih harus mengajar sampai jam 13.15. Biasanya si kembar menunggunya di ruang guru atau perpustakaan.

Mia menghela nafas saat melihat Greg berdiri di gerbang menggendong Senja dan menggandeng Langit. Ketiganya asyik bercengkrama dan sesekali tertawa.

Langit yang biasanya kaku dengan orang asing kelihatan mulai nyaman dengan Greg.

“Aku akan membawa mereka untuk makan siang dan mengantarnya pulang. Tolong beri alamat rumahmu.”

“Tidak perlu. Aku sudah membawakan mereka makan siang.”

“Gimana Langit, Senja ? Mau ya pergi makan siang sama Papi ?”

Langit terlihat ragu-ragu sebelum mengangguk sedangkan Senja langsung mengangguk-angguk sambil tersenyum dan tangannya menangkup di depan wajah.

“Mami please ! Langit dan Senja janji nggak akan nakal dan minta macam-macam sama Papi.”

Mata Mia membola, sejak kapan ia mengijinkan anaknya memanggil pria ini dengan sebutan papi.

“Langit ?” tanya Mia sambil menatap putranya.

“Boleh ya, Mi ?”

Mata Mia kembali membola saat Langit malah tersenyum dan matanya mengharap Mia memberi ijin.

“Tidak usah diantar ke rumah, bawa mereka kembali lagi ke sini.”

“Kamu lupa kalau semua orang tahunya kita suami istri dan orangtua mereka ? Kamu mau orang-orang akan semakin mengejek anak-anak kita sebagai pembohong ?” bisik Greg sambil memegang lengan Mia.

Dasar pria licik ! geram Mia dalam hati.

“Janji kalian nggak boleh nakal ya ! Dan jangan pulang terlalu sore.”

“Nggak pulang sore tapi habis makan malam,” ledek Greg sambil tertawa.

”Garing !” desis Mia dengan wajah kesal.

Sejak kapan pria kaku ini bisa bercanda ?

Mia hanya bisa menghela nafas sambil membalas lambaian tangan Senja yang tidak mau turun dari gendongan Greg.

Entah rencana apa yang sedang disusun Greg saat ini. Mia bertekad tidak akan lengah apalagi memberikan celah supaya Greg bisa merebut anak-anaknya karena kalau sampai terjadi, Mia pasti akan kehilangan hidupnya juga.

***

“Langit capek ?” tanya Greg sambil duduk di samping putra sulungnya.

“Nggak,” sahutnya sambil menggeleng.

“Kok udahan mainnya ?”

“Om kemana aja selama ini ?”

Greg menarik nafas pelan sambil menatap Langit yang bertanya namun enggan bertatapan dengannya.

“Kok nggak panggil Papi ?”

“Belum biasa dan rasanya aneh.”

“Mami bilang Papi kemana ?”

“Mami bilang nggak boleh pertanyaan dijawab dengan pertanyaan.”

Greg tertawa mendengar jawaban Langit.

“Mami kamu belajar dengan baik.”

“Maksudnya ?”

“Dulu Papi yang ngajarin Mami supaya menjawab pertanyaan bukan dengan pertanyaan lagi.”

Langit tidak menjawab, kakinya bergoyang dan tangannya memilin ujung celana pendek merahnya.

“Papi pergi kerja, sering jalan-jalan keluar kota bahkan keluar negeri. Kalau Langit dan Senja mau, kapan-kapan akan Papi ajak.”

“Nggak usah, Langit mau temenin Mami aja.”

“Mami diajak juga.”

“Mami nggak akan mau. Habis dari rumah sakit Mami bilang Om bukan papinya kami. Mami janji akan cari papi buat Langit dan Senja yang sayang sama kami semua dan nggak akan pergi-pergi lagi, kayak Om Firman.”

“Om Firman ?”

“Iya, Om Firman temannya mami sejak kami masih di Yogyakarta. Sejak tinggal di Jakarta, Om Firman lebih sering datang, ajak kami jalan-jalan dan ke mal kayak sekarang.”

“Jadi selama ini kalian tinggal di Yogyakarta ?”

Langit hanya mengangguk sebagai jawaban.

“Mami bilang kalau Om Firman akan jadi papi kalian ?”

“Mami nggak bilang tapi Langit mau punya papi kayak Om Firman.”

Hati Greg tercubit, ada sedikit rasa sakit mendengar pengakuan jujur bocah 6 tahun ini.

“Om Firman suka bikin mami tertawa, nggak kayak kalau lihat foto Om. Mami pasti nangis malam-malam kalau lihat foto Om dan Mami waktu jadi pengantin.”

“Om Firman sayang sama Langit dan Senja ?”

“Iya, Om Firman juga sayang sama Mami.”

Greg tertawa getir. Perasaannya tidak menentu tapi Greg tidak tahu apa yang berkecamuk di hatinya.

Selama 7 tahun berpisah, Greg akui dia tidak terlalu mempedulikan nasib Mia meski sekali-sekali kenangan tentang gadis lincah dengan kuncir ekor kuda itu tiba-tiba muncul dalam ingatannya.

“Kalau diminta memilih, siapa yang Langit inginkan jadi papinya Langit dan Senja ? Papi atau Om Firman ?”

Langit melirik Greg sekilas, raut wajahnya terlihat ragu untuk menjawab jujur.

“Papi nggak akan marah dengan jawaban Langit.”

Bocah itu menghela nafas.

“Langit akan pilih Om Firman karena Om Firman bisa bikin mami ketawa dan bahagia. Om Firman sering datang dan nggak suka pergi lama-lama tanpa bilang sama mami.”

“Langit, Papi nggak akan marah kalau memang Om Firman jadi pilihan kalian tapi Papi tetap Papinya Langit dan Senja sampai kapanpun.”

“Kenapa Papi nggak pernah pulang sama sekali atau telepon atau kirim wa supaya mami nggak nangis sendirian kalau Langit dan Senja udah bobo.”

Greg kembali tersenyum tipis sambil bertatapan dengan Langit.

“Papi nggak bisa cerita sekarang. Papi janji kalau Langit sudah besar dan masih mau ketemu, Papi akan ceritakan kenapa Papi nggak suka pulang.”

Pembicaraan serius itu terputus saat Senja keluar dari area bermain diikuti oleh Joe dan langsung menghampiri Greg dan Langit.

“Kamu nggak capek ? Sini Papi lap dulu keringatnya.”

Greg mengeluarkan saputangan miliknya dan mulai mengusap keringat di dahi dan pipi Senja.

“Papi pakai saputangan yang tadi ? Kan udah bekas ingus Senja.”

“Iya, Papi hanya bawa 1 saputangan.”

“Yaaahh ingusnya pindah ke pipi Senja dong.”

Greg tertawa saat melihat bibir Senja mengerucut. Tingkah laku putri kecilnya ini banyak menggali ingatan Greg pada Mia yang saat itu baru berusia 17 tahun. Ceria dan murah senyum.

“Tadi nggak ada ingusnya, hanya air mata. Nih pipi Senja nggak lengket kok.”

“Makanya jadi anak jangan cengeng !” ledek Langit sambil mencibir.

“Namanya juga perempuan. Kamu kan bilang sendiri kalau mami biar udah gede masih suka nangis juga,”

sahut Senja dengan wajah menggemaskan.

“Ya udah sekarang kita makan es krim dulu sebelum pulang. Kalau Langit dan Senja mau, habis ini kita jemput mami dulu untuk makan malam.”

“‘Mau ! Mau ! Senja mau es krim dan makan malam sama mami. Es krim-nya boleh yang 2 rasa Pi ?”

“Senja !”

Greg tertawa saat melihat Senja mencibir pada Langit yang melotot padanya. Mia mengajar kedua anak ini dengan baik karena mereka tidak suka memanfaatkan kebaikan orang alias aji mumpung.

“Nggak apa-apa, Langit juga boleh yang 2 rasa. Kita belikan mami juga rasa strawberry.”

“Kok Om tahu kalau mami suka es krim strawberry ?”

Greg hanya tertawa meski wajah Langit mengharapkan jawaban. Tangannya langsung menggandeng kedua anak kembar itu.

Joe yang sejak tadi menemani ikut tersenyum melihat Greg yang berusaha mengenal anak-anaknya meski masih terlihat kaku dan canggung.

“Langit kenapa panggilnya masih Om sih ! Nanti kalau ada teman-teman kita yang dengar bisa-bisa mereka menganggap kita tukang bohong.”

“Aku belum terbiasa.”

“Makanya dibiasain dong ! Papi, papi, papi. Ayo coba !”

“Senja apaan sih !” Langit mengomel sambil menepis tangan Senja yang terus menoel-noel lengannya.

Greg kembali tertawa. Ada sesuatu yang hangat mengalir di dalam hatinya melihat tingkah laku si kembar yang menggemaskan.

1
nining
banyakin konflik kristin sama desnita dong biar kantor tambah rame🤣🤣
nining
bakalan seru nih kristin lawan desnita🤣
Lilik Juhariah
cuekin aja Mia, aku yg reader aja pingin TK getok kepalanya greg
Lilik Juhariah
sebel juga sama greg , berdamai dg masa lalu apanya sambil tertawa cekikikan
Lilik Juhariah
makanya jgn berduaan dg yg bukan mahram , sambil ketawa ketiwi , makan berdua
Lilik Juhariah
tuh kan , ngapain coba sampe segitunya Greg nersihan air dibajunya Anggi mundurin kursi buat duduk , coba kl Mia gitu , marah dah
Putri Chaniago
jgn mudah gitu aja ngasih maaf utk Greg
nining
bumil sensitif....itu biasa mood cepet berubah😀 lanjut ya
nining
mia hamil kayanya....
nining
lanjut Y kak retha
nining
seru nih...alamat pd ke 3 😅😅
Mukmini Salasiyanti
hahhhh
sadar jg ternyata si Greg...
😃😀🤣🤣
Mukmini Salasiyanti
aaaaaaa
si Greg sok acuh...
nining
di tunggu up berikutnya
nining
lanjut kak retha
nining
saran aja buat greg...jangan banyak ambekan takut nya tensi tinggi...buat mia...jangan mancing2 dong udah tau punya misua posesif.. .🤣
nining: hihiiiiiii
Baretta: Mia lagi aksi balas dendam Kak…
total 2 replies
𝘛𝘳𝘪𝘚
mg bahagia joe-kristin
Lilik Juhariah
Joe Joe ky komandan ngasih instruksi, kaku banget sih
nining
hais joe....maen sosor aja🤣🤣
Baretta: Siap Kak 😊😊
nining: bikin mia hamil dong....seru kayanya ngeliat ke posesif an greg😁
total 4 replies
nining
sweat banget thor/Grin/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!