Single Mom Kesayangan Perjaka

Calista sedang bersiap untuk pergi ke toko. Dia ingin bertemu dengan Ci iren untuk menyampaikan kalau mulai hari ini dia akan berhenti bekerja di toko. Calista sudah menyiapkan beberapa bingkisan sebagai hadiah perpisahan dengan teman kerjanya.

Selesai bersiap calista keluar untuk berpamitan dengan ibu dan bapak yang sedang bermain dengan vale di halaman depan.

"Pak, bu. Calista pamit ya. Mau pamitan sama ci iren dan anak anak toko."

"Iya nak, kamu hati hati ya. Pakai motor bapak saja kak, biar cepat. Bapak juga gak kemana mana hari inu."

"Iya pak."

"Mama mau kemana?"

"Mama mau ke toko dulu nak. Jangan nakal ya sama bapak dan ibu."

"Iya mama."

Calista tersenyum sambil mengelus kepala anaknya yang sangat manis itu. Calista kemudian mengeluarkan motor bapak, menata barang bawaannya dan melajukan motor ke toko ci iren.

Tok tok tok

"Pagi ci"

"Pagi calista, ada apa?"

"Iya ci, ada yang mau calista bicarakan."

Ci iren sudah mulai menebak apa yg ingin dibicarakan calista.

"Kamu lulus tes ya ta?"

"Iya ci. Kemarin hasilnya sudah keluar dan hari senin besok aku harus ke kantor buat memilih kampus dan jurusan"

"Syukurlah calista. Akhirnya impian kamu buat kuliah terwujud. Cici bangga sama kamu."

"Ci, aku baru mau kuliah. Masih belum sukses."

"Hei, kuliah itu awal kamu buat sukses cantik. Kamu harus semangat kuliah, biar kamu buktikan sama orang orang yang suka ngomongin kamu itu. Tunjukin kalo kamu itu perempuan hebat yang bisa sukses."

"Terima kasih ci, aku bakal inget pesan cici."

Ci iren memeluk calista. Dia sangat menyukai calista dan sifatnya. Walaupun awalnya dia kesal dengan calista yang sangat rendah diri, tapi ci iren akhirnya tau kenapa calista begitu.

"Gaji kamu nanti cici transfer ya. Kamu harus ingat kalau butuh apa apa, kamu bisa bilang ke cici. Dan kalau sudah sukses jangan lupain cici, Ok ?"

"Iya cici. Terima kasih banyak"

...----------------...

Calista juga berpamitan dengan teman temannya. Calista memberikan mereka bingkisan yang berisi hadiah pamitan. Calista sedih akan berhenti bekerja di toko tempat dia bekerja selama 2 tahun itu. Calista berpamitan dengan mereka satu per satu. Bertha menangis sesenggukan, mereka berdua sangat dekat di toko. mereka berdua sering curhat tentang banyak hal. Darma memegang tangan calista,

"Ta, tetap jaga komunikasi ya. Kalau di telpon atau chat di balas ya."

"Huuuuuu, bisa aja kamu darma."

"Waktu kerja bareng kamu diam diam aja. Orangnya mau pergi baru gelisah. Hahahaha"

Calista hanya tersenyum, dia tau kalau darma menyimpan hati padanya. Tapi dia hanya menganggap darma sebagai teman kerjanya. Apalagi Darma adalah tetangganya dan ibu darma terlihat sangat tidak menyukai calista. Calista tidak mau membuat suasana menjadi tambah rumit untuk dia dan keluarga darma.

...----------------...

Setelah berpamitan dengan Ci iren dan teman temannya, calista pulang ke rumah. Dia berencana ingin mengajak Vale jalan jalan. Sudah lama dia tidak jalan jalan dengan vale.

Calista tiba dirumah saat mereka sedang makan siang.

"Hallo semuanya."

"Yeah mama pulanggg"

"Gimana kak tadi di toko?"

"Sedih sih bu pamitan sama ci iren dan anak anak."

"Sudah gak apa apa. Kan kalian masih bisa berhubungan, jaman sekarang udah canggih, bisa telpon sama chat kan. Makan dulu kak. Ini piringnya"

"Iya bu. Oh iya bu pak. Aku mau pinjam motor bapak lagi ya."

"Mau kemana kak?"

"Aku mau bawa vale jalan jalan pak. Udah lama gak ngajak vale main ke time zone. Kakak takut nanti kalau sudah mulai kuliah kakak akan sibuk dan gak ada waktu buat ngajak vale jalan jalan."

"Boleh kak. Tapi sorean aja jalannya. Masih panas jam segini."

"Iya pak. Tunggu vale bangun tidur siang dulu."

"Vale ayo cepat makannya. Abis ini bobo siang ya, biar sore kita bisa main ke time zone. Mau gak ikut mama ke time zone?"

"Time zone? Mau mau mau mama. Nanti boleh beli es klim juga gak ma?"

"Vale boleh makan es krim. Tapi cuman 1 aja. Gak boleh lebih nanti sakit."

"Makasih ma."

Vale terlihat bersemangat dan segera menghabiskan makanannya. Dia sudah tidak sabar untuk jalan jalan sore nanti.

...----------------...

Calista dan vale sudah sampai di mall. Vale langsung menarik tangan calista menuju time zone. Calista senang melihat senyuman di bibir anaknya.

"Pelan pelan sayang. Jangan lari lari, nanti jatuh"

Mereka sudah tiba di time zone dan menuju counter untuk pengisian ulang saldo powercard calista. Vale sudah bersemangat ingin mencoba permainan yang ada.

"Mama ayo main yg itu." Vale menarik tangan calista menuju sebuah mesin game.

Game balapan mobil yang selalu vale mainkan saat ke time zone. Ibu dan anak itu larut dalam quality time mereka.

...----------------...

David dan febi masuk ke dalam toko kosmetik. Febi ingin mencari skincare dan makeupnya yg sudah hampir habis. Mumpung sedang jalan jalan dengan sang abang yang pasti akan membayar semua yang dibeli febi. Kesempatan yang bagus bagi febi.

Setelah mendapatkan apa yg febi ingin beli, mereka lanjut berjalan ke kedai es krim disamping area time zone. Saat melewati time zone, febi merasa melihat seseorang yang dia kenal.

Febi berhenti dan memperhatikan orang tersebut. Lalu dia masuk area time zone dan menepuk pundak orang yang dia kenal itu.

"Kak calista"

"Loh Febi. Kamu disini juga toh"

"Kok bisa ketemu disini kak. Tadi katanya ada urusan keluarga pas aku ajak jalan."

"Iya memang ada urusan tadi siang. Udah kelar makanya aku ajak vale jalan jalan."

"Ini adeknya kakak ya. Gantengnya. Hallo adek, kenalin nama kakak Febi. Kakak temannya kak calista."

Febi menyodorkan tangannya ke arah vale untuk berkenalan dengan bocah tampan itu. Bocah itu hanya melihat tangan febi dan berjalan kearah kaki calista seperti meminta perlindungan.

"Vale, kenalan dulu sama kakaknya. Itu teman mama."

Febi terkejut mendengar calista menyebut dirinya mama. Tapi febi menahan rasa penasarannya.

"Hallo kak, nama aku ale."

"Ganteng banget sih kamu dek. Aku juga pengen deh adek gemes kayak kamu." febi mencubit pelan pipi vale.

"Adek, kamu kok disini. Abang nyariin kamu, kiran kamu ilang digondol maling."

Febi, calista dan vale langsung mengarahkan pandangan pada seorang pria tampan dengan suara maskulin nya datang menghampiri mereka. Calista menjadi salah tingkah melihat kedatangan pria tampan itu. Dia tidak menyangka febi datang bersama pacarnya yang membuat calista merasa tidak nyaman.

"Ih abang, masa aku udah segede ini dibilang ilang digondol maling." Febi cemberut

"Uluh uluh ngambek dia"

David mengarahkan pandangannya pada calista, dia diam dan memperhatikan wanita cantik dan bocah tampan di depannya.

"Oh iya, abang kenalin ini kak calista yang kemarin mau aku kenalin itu. Kak, kenalin ini abang aku yang aku ceritain kemarin."

"Abang? Bukan pacar kamu bi?" calista merasa tidak percaya. Mereka tidak terlalu mirip untuk dikatakan saudara.

"Iya abang sepupu yang aku ceritain kemarin itu loh kak. Mana ada aku punya pacar."

"Hai aku david. Sepupunya febi." David memperkenalkan dirinya.

"Aduh maaf. Aku calista dan ini Vale." Calista terlihat gugup dan salah tingkah berbicara dengan david.

"Hai bocah." david berjongkok untuk memposisikan dirinya setara dengan vale. Lalu mengajak vale bertos ria. Vale terlihat senang berkenalan dengan david.

"Kamu mau main itu gak?" David menunjuk mesin game bola basket. Vale mengangguk dan berpaling kepada calista meminta ijinnya.

"Mama boleh gak ale main itu sama om ganteng?"

"Boleh sayang. Tapi jangan rewel ya, nanti om nya gak mau main lagi sama vale."

Febi mendengar ucapan calista semakin penasaran dengan hubungan mereka berdua. David juga terlihat kaget dengan panggilan vale pada calista.

"Mama? Dia sudah menikah?" David bertanya dalam hati.

.

.

.

Bersambung...

Mohon dukungan untuk karyaku yaa.

Jangan lupa like, vote dan komentarnya.

Makasih ❤❤