Cucu Kembar Sang Mafia

Setelah mendesak Noah untuk menceritakan tentang Lucy, akhirnya kini Shea mengetahui bahwa identitas gadis yang sangat mirip dengannya sangatlah tidak jelas. Tidak di ketahui orang tua kandungnya, data kelahirannya maupun keluarganya.

Namun, ada satu hal yang membuat Shea merasa curiga sekaligus penasaran dengan kemampuan Lucy dalam meretas yang katanya begitu hebat. Hal itu mengingatkan Shea pada keluarganya yang memang memiliki gen genius dalam bidang IT, terutama kedua pamannya yaitu Luca dan Regis.

“Entah mengapa aku seperti merasa bahwa kemungkinan besar Lucy merupakan saudara kembarku. Akan tetapi, selama ini semua orang mengetahui dengan jelas dan pasti bahwa saudarinya telah meninggal dunia sejak lahir. Tidak mungkin ‘kan? Saudariku tiba-tiba hidup kembali!”

“Tapi kenapa aku merasa yang janggal tentang Lucy?”

“Jika mendengar cerita para pelayan! Saat aku lahir, saudariku telah di nyatakan meninggal dunia. Kemudian, tak lama setelah itu datang kabar tentang kecelakaan yang di alami Kakek buyut dan Nenek buyut. Apakah sebenarnya kejadian itu ada hubungannya dengan kematian saudari kembarku?”

“Aish, … Semakin aku memikirnya aku semakin pusing sendiri!”

“Sekarang apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku menyelidiki tentang Luci lebih jauh lagi?”

“Atau haruskah aku kembali menemui Mommy dan Daddy saja?”

Hati dan pikiran Shea terus berperang sendiri, hingga mengabaikan semua orang yang kini terus memperhatikannya. Di satu sisi, Shea sangat penasaran dengan Lucy yang sangat mirip dengannya. Akan tetapi, disisi lain Shea tidak ingin terjebak di tempat yang penuh dengan penjahat itu.

“Haish, … Bisakah kalian semua diam! Mengganggu aku yang sedang berpikir saja!” bentak Shea pada para preman yang kini duduk berkumpul di sudut ruangan atas perintah Shea tentunya.

“Tapi kami tidak bicara sama sekali.” Salah satu preman di sana mencoba membela diri, sebab mereka memang sudah diam sejak tadi.

“Suara napas kalian membuatku terganggu! Sebaiknya kalian berhenti saja bernapas saja kalau perlu,” sentak Shea dengan tatapan tajamnya yang membuat para preman itu langsung tertunduk.

“Lucy, sebenarnya kau kenapa? Kau sungguh terlihat seperti orang yang sangat berbeda?” Noah memberanikan diri untuk bertanya melihat Lucy yang dia kenal kini terasa begitu asing.

“Kalian pintar dalam meretas, bukan?” Bukannya menjawab, Shea malah balik bertanya pada Noah.

“Kau jauh lebih hebat dalam hal itu di bandingkan dengan kami semua yang ada di sini,” jawab Noah dengan jengah.

“Sekarang aku tidak bisa melakukan hal seperti itu. Gara-gara mereka otakku menjadi sedikit geser dan banyak hal yang aku lupakan,” sahut Shea dengan alasan yang sengaja dia buat sekenanya.

“Kalau begitu tolong bantu aku menemukan lokasi seseorang dengan menggunakan nomor teleponnya. Apa kau bisa melakukannya?” tanya Shea lagi.

“Kalau nomornya masih aktif, itu hal mudah untuk kami lakukan!” Bukan Noah yang menjawab, tetapi Neil yang sejak tadi hanya diam melihat perubahan Lucy.

“Bagus! Tolong cari lokasi nomor ini secepatnya ‘yah!”

Shea kemudian langsung menuliskan nomor telepon milik Daddy-nya. Setelah itu, Niel langsung melakukan tugasnya dengan mudah, dia langsung mencari lokasi terakhir sinyal ponsel itu terlihat. Tidak membutuhkan waktu lama, Niel berhasil melacak keberadaan ponsel itu yang ternyata sedang berada di rumah sakit.

“Bagaimana? Apakah kau berhasil menemukan lokasinya?” tanya Shea dengan penuh antusias.

“Sinyal terakhir menunjukan berada di rumah sakit. Memangnya kau sedang melacak siapa ‘sih?” tanya Noah yang tidak tahan dengan rasa penasarannya.

“Rumah sakit?” gumam Shea yang tidak mengerti mengapa Daddy-nya malah berada di rumah sakit di bandingkan mencari dirinya yang hilang.

“Mengapa Daddy berada di rumah sakit? Jangan ini ada hubungannya dengan Lucy! Aku harus segera memastikannya secara langsung,” batin Shea yang memperkirakan alasan lain kedua orang tuanya tidak mencarinya, karena mereka telah bertemu dengan gadis bernama Lucy yang sama persis seperti dirinya.

“Sepertinya aku harus memastikannya secara langsung! Tapi sebelum itu, aku harus mengamankan pada cecunguk ini,” sambung Shea yang masih bicara di dalam hatinya saja.

“Hapus nomor yang aku berikan padamu sekarang. Jangan sampai data itu tersebar!” perintah Shea pada Neil yang membuat semua orang kebingungan.

“Lakukan saja apa yang aku perintahkan, karena mulai sekarang aku yang berkuasa di tempat ini,” lanjut Shea menegaskan posisi saat ini di tempat itu.

“Emm, … Kalau kau menjadi berkuasa di tempat ini! Bisakah kau membebaskan teman-teman kita yang lainnya?” ujar Aubrey yang membuat Shea sadar ada yang salah dengan tempat itu.

“Tunjukan padaku setiap sudut tempat ini!” pinta Shea yang langsung di setujui oleh Noah dan yang lainnya.

...****************...

Sementara Shea berkeliling tempat yang seperti gudang tua itu. Disisi lain, Lucy masih mendapat penanganan medis dari para dokter terutama Lucia. Bahkan Lucia juga mengerahkan dokter saraf terbaik untuk ikut membantu begitu mengetahui luka di bagian kepalanya yang cukup parah.

Setelah beberapa jam berlalu, akhirnya para dokter keluar juga dari ruangan operasi, begitu juga dengan Lucia. Wajah Lucia terlihat sangat sedih, hingga membuat Levi yang sejak tadi hanya bisa menunggu dan berdoa kini merasa semakin khawatir dengan keadaan putrinya.

“Sayang, bagaimana keadaan putri kita sekarang?” tanya Levi yang segera menghampiri Lucia.

Namun, sama sekali tidak ada jawaban dari istrinya tercintanya itu. Lucia malah menghamburkan tubuhnya dalam pelukan Levi dan menangis terisak di dalamnya. Tubuh Levi kini menegang, perasaan takut, khawatir dan pikiran negatif sudah memenuhi kepalanya. Jujur, Levi sangat taku kehilangan putrinya sekali lagi.

“Tidak! Putriku baik-baik saja, kan? Shea-Ku pasti bisa bertahan,” batin Levi yang berusaha menepis semua prasangka buruknya.

Hingga seorang dokter lain, keluar dari ruang operasi yang di susul oleh beberapa suster yang tengah mendorong brankar tempat putrinya tengah terbaring tak berdaya.

Di tengah kebingungan Levi, sang Dokter tiba-tiba berkata, “Syukurlah, nyawanya bisa di selamatkan berkat pertolongan pertama yang Dr. Lucia berikan. Namun, untuk mengetahui kondisi secara keseluruhan kita harus menunggu pasien sadar terlebih dahulu.”

“Maksud Dokter?” Levi menuntut penjelasan lebih dari Dokter tersebut.

“Bagian kepala pasien mengalami luka yang cukup serius. Saya hanya mengkhawatirkan pasien akan mengalami hilang ingatan, mengingat luka di bagian kepalanya yang memang bisa membuat dugaan saya …” Untuk sejenak sang Dokter mengjeda ucapannya. “Kemungkinan dugaan saya memang benar terjadi,” sambungnya.

“Namun, untuk lebih pastinya, kita harus melakukan pemeriksaan ulang ketika pasien dalam keadaan sadar,” imbuh Dokter itu lagi.

“Tapi keadaan putri kalian sekarang baik-baik! Nyawanya tidak dalam bahaya lagi. Kita hanya perlu memastikan efek samping luka di kepalanya saat putri anda sudah bangun nanti.” Dokter kembali menjelaskan yang kini berhasil membuat Levi sedikit bernapas lega.

^^^Bersambung, ....^^^