NovelToon NovelToon
THE TWINS

THE TWINS

Status: tamat
Genre:Tamat / Anak Genius / Hamil di luar nikah / Anak Kembar
Popularitas:593k
Nilai: 4.8
Nama Author: Mommy Shine

Clara yang tak tau apa-apa.. malah terjebak pada malam panas dengan seorang pria yang tak dikenalnya akibat dari jebakan seseorang. Dan dihadapkan pada kenyataan jika dirinya tengah hamil akibat malam panas pada malam itu.

Akankah clara mempertahankan kehamilannya itu, atau malah sebaliknya? Dan siapakah pria yang telah menghamilinya? Dan siapa yang telah menciptakan konspirasi tersebut?

Yuk simak kisah clara disini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mommy Shine, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Mendengar tebakan tuan Arkhana yang tepat sasaran, membuat Clara tersenyum puas.

Namun tidak dengan Bella, yang menolak untuk mempercayainya. "Tidak, itu tidak mungkin. Mana mungkin orang seperti dia, adalah Azura," Ejek Bella.

"Terserah. Aku tidak peduli kau akan percaya maupun tidak. Karena itu tidaklah penting bagiku." Ujar Clara. "Baiklah, karena saya tidak dibutuhkan di sini.. Maka saya akan pergi." lanjutnya.

"Kau__"

"Ah, ya... Hampir saja lupa," Clara berucap bersamaan dengan tuan Arkhana yang juga akan berucap. Tapi tuan Arkhana lebih memilih menghentikan ucapannya, sedangkan Clara meneruskannya.

Clara melirik sekilas tuan Arkhana, sebelum akhirnya kembali berucap, "Selamat ya... Atas pengangkatan mu sebagai direktur utama Sierra pearl. Selamat juga atas keberhasilan mu yang sudah menurunkan nilai dari perusahaan perhiasan Sierra pearl. Selamat, karena akibat dari keberhasilan mu itu.. Mungkin suatu hari bisa membuat perusahaan perhiasan seperti Sierra pearl yang dulunya berjaya, jadi hancur."

"Kau..!"

Bella hendak kembali menampar Clara, tapi dicegah oleh, tuan Arkhana.

Membuat Clara kembali tersenyum puas, "Aku pergi," ucapnya, dan benar-benar pergi.

Bella yang tak terima, menepis tangan Arkhana yang menyekal pergelangan tangannya, "Kenapa kau menghentikan ku, Arkhan?" ucapnya seraya menatap tuan Arkhana butuh penjelasan.

Tapi saat tuan Arkhana balik menatapnya, nyalinya jadi ciut seketika.

Tuan Arkhana pun berbalik berjalan menuju pintu keluar, meninggalkan Bella yang tengah menahan kesal, sendirian.

"Cari tau segalanya tentang wanita itu." perintah tuan Arkhana pada asistennya.

"Baik tuan."

***

"Tidak, ini pasti tidak mungkin," ucap Bella setelah sebelumnya melemparkan segala yang bisa diraihnya di dalam ruangan pribadinya, di perusahaan. "Tapi bagaimana jika benar Clara itu, Azura? Desainer perhiasan terkenal di kota Yuzu itu," lanjutnya sembari mengigit kuku-kuku panjangnya.

"Tidak, aku tidak boleh kehilangan dia, jika benar dia itu Azura," Bella terus berbicara sendiri seperti orang frustasi. "Aku harus segera menghubungi dia," ucapnya lagi seraya meraih ponsel dan menghubungi seseorang.

Tut... Tut..

("Kenapa?") ucap orang diseberang sana tanpa basa-basi.

"Kau harus kembali."

("Why?")

"Ya.. Karena aku memerintah mu," ucap Bella tanpa berfikir. "Bodoh," lanjutnya merutuki kebodohannya dalam berucap.

("Kau pikir aku siapa?") ucap di seberang sana dengan nada sinis. ("Aku bukanlah bawahan mu, yang seenaknya kau usir saat kau tidak senang, dan kau panggil saat kau membutuhkan.")

"Kalau kau tidak kembali, maka uang itu tidak akan kami cairkan," ancam Bella.

("Heh. Kau pikir aku butuh uangmu? NO!!!")

Tut tut tut tut

"Halo, halo Clara. Clara! Shit!" Bella kembali melempar barang yang ada didekatnya, merasa kesal karena panggilan teleponnya diputus sepihak dari seberang. "Aku akan coba hubungi Arkhana," lanjutnya saat terlintas nama tuan Arkhana di otaknya.

Namun sial, panggilannya tak diangkat.

"Asisten Leo," gumamnya, dan kembali mencoba menghubungi.

Namun sama, panggilannya yang entah ke berapa kali, tetap saja tak ada jawaban.

"Aaakhr...!!! Sial!"

***

"Dia pikir dia siapa, beraninya memerintah ku," ucap Clara saat panggilan suara dari Bella ia putus sepihak.

Clara menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi belakang penumpang untuk merilekskan urat-urat yang sempat tegang.

Saat pandangannya tertuju kearah luar, tak sengaja matanya melihat sebuah toko bunga, yang membuatnya berseru pada sopir yang mengemudikan taksi yang ia tumpangi, karena tiba-tiba teringat sesuatu, "Berhenti Pak!"

"Kenapa, Nona?" tanya sopir taksi.

"Ah, tidak. Tadi saya melihat ada toko bunga di sana," tutur Clara seraya menunjuk sebuah toko bunga yang berada di belakangnya. "Saya ingin membeli salah satunya," sambungnya.

"Ooh.. Baiklah Nona, akan saya mundurkan dulu mobilnya."

"Tidak, tidak perlu. Saya bisa sendiri. Anda tunggu saja ditempat yang bisa untuk parkir," tolak Clara.

"Baiklah, Nona. Terserah pada Anda."

Clara pun segera turun untuk pergi ke toko bunga yang dilihatnya.

"Selamat datang di Florist... Ada yang bisa kami bantu?" sapa salah satu pegawai, menyambut kedatangan Clara disana.

"Ya, saya sedang mencari bunga untuk...." ucapan Clara terhenti karena saat menoleh dan melihat pegawai itu Clara seperti mengenalnya. "Mia! Kau Mia kan? Almira Sadika?!" lanjutnya saat mengingat seseorang dihadapannya.

Namun pegawai yang Clara panggil Mia itu justru mengernyit heran, "Siapa ya?"

"Tapi ini benar Almira Sadika, kan?"

Pegawai itu mengangguk pelan.

"Huuuft... Ini aku, Clara."

"Clara?" pegawai itu masih tidak mengingat.

"Ck, kau serius tidak mengingatku?"

"Sedikit."

"Apa maksudmu sedikit? Ini aku Clara. Ah... Yaya, Eliza," Clara terus mencoba mengingatkan pegawai yang bernama Mia itu.

"Yaya? Eliza?"

"Iya.., Mia, Clara, dan Eliza. Kuncir dua."

"Aah... Clara, Yaya! Sekolah dasar?"

"Huh, akhirnya kau ingat juga," ucap Clara merasa lega.

"Sorry, aku tidak mengingatmu," ucap Mia merasa bersalah.

"Ya ya ya... Aku bukanlah orang penting yang harus selalu kau ingat," sindir Clara.

"Bukan seperti itu... Tapi itu sudah terlalu lama," ucap Mia. "Tapi kau benar Clara yang ku kenal kan? Clara.. Clara.. Ah, ya... Clara Bramastya."

Saat nama panjang Clara disebut, senyum yang tadi terukir di bibir Clara, seketika lenyap.

"Tidak, tidak ada lagi yang namanya Clara Bramastya, yang ada hanyalah Clara Firansyah. Clara Bramastya sudah lama mati," ucap Clara dingin.

"Maksudnya? Maksudnya kau kembar gitu?"

Mendengar pertanyaan Mia yang menurut Clara terlalu polos, membuat senyum Clara kembali terbit, "Hehehe. Astaga Mia... Kenapa kau masih polos saja seperti waktu sekolah dasar."

"Kau ini. Itu kan karena aku tidak mengerti maksud perkataan mu. Coba jelaskan apa maksudmu?" Mia menyangkal ucapan Clara yang mengatakan dirinya sepolos waktu sekolah dasar.

"Huuft... Ceritanya sangat panjang, saking panjangnya.. Bisa jadi satu hari aku cerita tidak akan kelar," ucap Clara setengah bercanda.

"Aku mengerti. Aku tidak akan memaksamu jika kau tidak ingin bercerita. Karena semua orang terlahir dengan masalah mereka masing-masing." ucap Mia dengan tatapan seperti menerawang jauh, dan tanpa sadar mengelus perutnya yang membuncit.

Clara yang melihat perbuatan Mia, tak kuasa untuk tak bertanya, "Kau hamil?"

Mia tersenyum sebelum menjawab, "Delapan bulan."

"Waaah... Selamat ya. Dimana Ayahnya? Apa aku mengenalnya?"

Pertanyaan Clara kali ini membuat raut muka Mia berubah jadi sedih. Yang seketika mengingatkan dirinya sendiri akan masa lalunya saat hamil si kembar, yang hampir semua orang menanyakan 'Siapa dan dimana Ayah bayi yang dirinya kandung.'

"Apakah Mia juga mengalami hal yang sama denganku?" Fikir Clara.

"Dia meninggal. Ayah bayi yang ku kandung.. Dia meninggal tepat saat kita merayakan acara tujuh bulanan bayi kami," jelas Mia sembari kembali mengelus perutnya yang buncit.

Deg!

"Tapi setidaknya Mia lebih beruntung dariku. Dia Lebih beruntung karena mengetahui siapa ayah dari bayi yang ia kandung, dan masih memiliki keluarga." Clara membatin seraya tersenyum kecut.

Clara menghampiri dan memeluk Mia seraya berucap, "Aku turut berduka cita."

"Terimakasih."

"Oh ya... Aku butuh bantuan mu," ucap Clara mencoba mengalihkan pembicaraan. "Tolong carikan aku sebuah bunga yang melambangkan kerinduan."

"Hehehe. Dengan senang hati... Mari Nona, akan saya tunjukkan beberapa untuk anda bawa pulang."

Keduanya pun tertawa bersama, mencoba menghilangkan kesedihan masing-masing, walau sejenak.

***

1
Ratihds Yuni
seperti film barat yg judul apa gitu lupa twin sister kali yah mm
Mommy Shine: entahlah ya kak... hanya saja, ketika menulis cerita ini, yang terlintas dalam otak ku.. ya... seperti itu.. 😁😁. tak ada niatan sama sekali untuk mencontoh sebuah film.. ☺️
total 1 replies
Rahmawati Hulukiba
Luar biasa
awesome moment
wkkwkwk
awesome moment
granny aerin keyen
awesome moment
arsen jg airlen akn sgra membumi
awesome moment
arsen mmg guardian angel maknyak
awesome moment
bgoos arsen. abaikan org kaya yg on bin ogeb kek arkhana senor tu
awesome moment
gubrak bareng2
awesome moment
bella kpn masuk tong sampah c. lama amat
awesome moment
tar tau2 bella masuk. hapus. ilang smuanya. lbay. ngezelin
awesome moment
arkhana n pasti
awesome moment
clara g butuh arkhana
awesome moment
siapa lg n
awesome moment
arsen n mmg syg mommy bgts
awesome moment
sma2 ngerasa anh
awesome moment
😄😃😀
awesome moment
seminggu. bisa merubah airlen
awesome moment
bertukar t4
awesome moment
bocil yg menggemaskan
awesome moment
dimana2 rubah yo ttp t4 sampah rumahnya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!