NovelToon NovelToon
PENDEKAR SINTING

PENDEKAR SINTING

Status: sedang berlangsung
Genre:Ilmu Kanuragan
Popularitas:2.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ikko Suwais

Pendekar Sinting adalah seorang pemuda berwajah tampan, bertubuh tegap dan kekar. Sipat nya baik terhadap sesama dan suka menolong orang yang kesusahan. Tingkah nya yang konyol dan gemar bergaul dengan siapapun itulah yang membuat dia sering berteman dengan bekas musuh atau lawan nya. Perjalanan nya mencari pembunuh keluarga nya itulah yang membuat sang pendekar berpetualang di rimba persilatan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

SANG PEWARIS

Mungkin dua puluh helaan napas berlalu asap putih itu telah hilang dan muncullah sosok seorang perempuan tua, Persis seperti orang tua yang dijumpai perempuan itu sebelumnya. Kini ia berjalan menuju tempat dimana Rangga berada, Untuk mencari informasi soal asal usul anak itu sekaligus mencari cara untuk mengambil pedang yang di incar nya selama ini.

Langkah nenek tua itu tertatih namun masih kuat berjalan tanpa bantuan tongkat kayu. Rangga yang sedang asyik memakan ikan bakar nya mendadak berhenti melihat seorang nenek-nenek mendekati nya,

"Harum sekali ikan bakar itu, Nak. Bolehkah nenek minta sedikit? Nenek belum makan dari pagi." Ucap nya dengan suara mirip seorang nenek-nenek.

"Boleh nek, Ambil saja yang nenek mau." Ucap Rangga karena ia membakar ikan cukup banyak. Nenek tua itu lalu duduk di depan Rangga dan mengambil satu ikan yang sudah matang. Mata tua nya menatap wajah Rangga yang baru kali ini dilihatnya,

"Anak siapa ini? Baru kali ini aku melihatnya." Pikir nya dan lalu ia menatap ke arah dada anak itu yang saat itu sedang memberikan air kelapa muda.

"Tanda apa itu? Apa itu bekas luka atau tanda lahir?" Ucap nya dalam hati, Lalu terdengar Rangga berkata.

"Nenek dari mana? Apakah nenek habis dari perjalanan jauh?"

"Hehehe Iya Nak, Nenek kelelahan sudah berjalan cukup jauh."

"Owhh..." Ucap Rangga manggut-manggut. Tanya nya lagi,

"Memangnya nenek mau pergi kemana?"

"Nenek mau pergi ke rumah cucu nenek, Persis sebesar dirimu anak muda."

"Ouh begitu ya nek.?" ucap Rangga mempercayai ucapan itu.

"Iya Nak, Kalau boleh tahu itu rumah mu nak? Kamu tinggal dengan siapa disini?"

"Owh itu rumah kakek yang menolong ku." Dahi orang tua itu berkerut dan bertanya lagi.

"Maksudnya pemilik rumah itu menolong mu dari apa?"

"Dari orang yang membunuh keluarga ku, Nek. Jadi aku di ajak tinggal di sini bersama kakek itu." Tutur Rangga polos saja dan nenek palsu itu membatin.

"Hmm begitu rupa nya, Seperti nya si Resi Jayabaya itu akan mengangkat anak ini sebagai murid nya." Lalu dia bertanya lagi,

"Kalau begitu kemana kakek yang menolong mu itu?"

"Tidak tahu nek, Sejak tadi kakek itu sudah tak ada di pondok nya."

"Kalau begitu, Bolehkan nenek beristirahat sejenak di pondok itu nak? Nenek butuh istirahat untuk melanjutkan perjalanan nenek nanti."

"Boleh saja nek, Mari aku antar." Ucap Rangga segera bangun dan mengantar nenek tua itu menuju pondok.

"Ternyata mudah juga mendekati pondok ini dengan ilmu sarua rupa pemberian Nyai Kidung Getih! Tinggal sebentar lagi aku akan jadi wanita terkuat di rimba persilatan ini. Hahaha!" Ucap nya dalam hati dan ia kini sudah berada di depan pondok.

"Nenek istirahat di dalam boleh nak?"

"Boleh saja nek." Ucap Rangga mengantar nya masuk sampai ruangan tengah pondok.

"Cukup nenek mau istirahat dulu nak, Nanti bangunkan nenek jika kakek pemilik pondok ini datang ya. Nenek merasa tak enak hati jika pemilik rumah datang melihat orang asing menumpang tidur di rumah nya."

"Baik nek nanti akan saya bangunkan." Ucap Rangga menurut saja dan kini ia sudah pergi ke tempat ia membakar ikan di samping rumah pondok tersebut

Wanita berambut panjang di sanggul dan memakai jubah hijau muda dengan baju dalam nya berwarna merah muda nampak berjalan mengendap ke dalam kamar Resi Jayabaya. Kamar itu memang tak di kunci dan mudah bagi nya untuk masuk ke dalam. Wanita itu bernama Ayu Cendani dan dialah yang tadi menggunakan ilmu baru nya untuk memalsukan identitas nya di depan Rangga dengan wujud seorang nenek tua.

Perempuan bermata nakal dan berbibir sensual itu mengendap masuk ke kamar Resi Jayabaya. Disana ia mencari keberadaan benda pusaka yang tertancap yaitu pedang naga petir. Namun ia tak menemukan nya, Bekas tancapan nya pun tak ada.

"Seingat ku, Dulu aku bersama mantan guru ku Karang Gantung melihat pedang itu di sini. Tapi kenapa sekarang tidak ada? Apa benda itu sudah berhasil di cabut dari tempat nya? Jika begitu lantas oleh siapa? Apa jangan-jangan anak itulah yang di maksud Resi Jayabaya sebagai pewaris pedang maha sakti itu?" Ayu Cendani segera keluar dari kamar itu dan terus menggeladah disetiap ruangan dan sudut pondok itu namun hasilnya tetap nihil.

"Barangkali memang sudah dicabut oleh anak itu! Aku harus tanyakan pada anak itu!" Lalu ia berubah wujud lagi menjadi seorang nenek tua seperti sebelumnya.

"Sepertinya hari ini adalah hari keberuntungan ku! Mudah sekali merebut pedang itu dari anak kecil dibanding mengambil nya dari tempat nya tertancap!" Ia bergegas keluar pondok, Namun ia tersentak kaget bukan kepalang. Di depan pondok sudah ada Resi Jayabaya sedang berdiri menghadap depan pondok.

"Kau masih penasaran juga rupa nya, Cah ayu!" Ucap Resi Jayabaya sunggingkan senyum getir melihat penampilan Ayu Cendani. Ternyata Resi Jayabaya sudah tahu dengan datang nya Ayu Cendani itu, Ia bersembunyi disuatu tempat membawa pedang itu dan tak berbicara kepada Rangga.

"Celaka! Ternyata dia sudah datang!" Pikir Ayu Cendani buru-buru turun dari pondok joglo itu.

"Hebat sekali ilmu baru mu itu, Pasti Kidung Getih yang memberi ilmu itu pada mu bukan???"

"Jangan sok tahu kau tua bangka!!" Bentak nenek tua itu yang kini sudah menjelma menjadi sosok Ayu Cendani yang sebelumnya.

Pada saat itu Rangga muncul membawa pedang pusaka yang ia incar selama ini. Mulut nya melongo melihat anak kecil itu menenteng pedang besar seukuran tubuh nya itu dengan satu tangan. Rangga lebih melongo lagi melihat perubahan wujud wanita itu.

"Kenapa anak itu memegang pedang pusaka itu!?" Tanya Ayu Cendani tak percaya.

"Karena dialah pewaris dari pedang pusaka itu!" Jawab Resi Jayabaya." Lanjutnya lagi,

"Sudah aku peringatkan kepada mu, Cah Ayu! Sampai kapanpun kau tak akan mampu memiliki pedang ini. Kau lihat anak ini? Dialah pewaris yang sudah ditakdirkan oleh pemilik pedang ini sebelumnya!"

"Aku tak butuh wejangan mu, Jayabaya! Kematian guru ku adalah tujuan ku! Heaahh!" Ayu Cendani segera melesat ingin merebut pedang yang di pegang Rangga. Namun segera dihadang oleh Resi Jayabaya dengan tendangan menyamping.

*Bughhh* "Ughhhh!" Tendangan itu tepat mengenai tulang rusuk Ayu Cendani dan ia terjatuh berguling-guling. Lalu Resi Jayabaya langsung menyentakan sinar putih perak sebesar biji jagung ke arah Ayu Cendani. Namun perempuan itu langsung menggulingkan tubuh nya di pasir itu beberapa kali dan sinar putih tadi tak mengenai sasaran. Rangga agak menjauh dari pertarungan itu, Ia berada di balik batu seukuran tubuh nya karena hal itu diperintahkan oleh Resi Jayabaya sebelum Ayu Cendani menyerang nya. Tanah berpasir itu berlubang sebesar kelapa, Dahsyat sekali sinar kecil itu, Pikir Ayu Cendani.

Resi Jayabaya yang sebelumnya sudah tak mau ikut campur dalam urusan dunia persilatan, Kini mulai menggunakan kekuatan nya demi melindungi calon murid nya itu. Segala gerakan silat kedua nya sangat lincah dan gesit, Tubuh tua sang Resi tak jadi hambatan dalam segi kecepatan gerak. Bahkan Tubuh Ayu Cendani beberapa kali terkena pukulan tangan kosong hingga membuat nya jatuh beberapa kali. Ayu Cendani segera mencabut pedang nya karena sudah muak kalah ilmu kanuragan.

"Ku bunuh kau tua Bangka!! Heahhh!!" Ayu Cendani meloncat menusukan ujung pedang ke arah Resi Jayabaya dari ujung pedang keluar sinar berwarna merah darah melesat cepat ke arah Resi Jayabaya. Resi Jayabaya menghadang nya dengan tongkat yang biasa ia pakai berjalan, Tongkat di putar-putar ke depan mengarah datang nya sinar merah sebesar pisang raja. Dari putaran itu muncul pusaran angin berwarna abu-abu dan mendorong sinar merah itu ke pemiliknya. Dua sinar tenaga dalam beradu di tengah udara, Kedua nya saling dorong mengerahkan seluruh tenaga dalam nya. Urat-urat tangan Resi Jayabaya bermunculan keluar dan begitu juga dengan urat leher Ayu Cendani.

"Tak kusangka wanita ini memiliki ilmu Serap Getih milik si Kidung Getih itu! Bagaimana bisa dia menggunakan nya dengan sempurna?" Ucap batin Resi Jayabaya yang sudah mengenal siapa pemilik ilmu hitam itu. Konon ilmu tersebut jika menghantam tubuh lawan nya akan membuat tubuh lawan nya kering kerontang tinggal tulang di bungkus kulit. Tapi resikonya besar juga bagi penggunanya, Jika jurus itu memantul balik ke arah nya karena kalah besar kekuatan ilmu nya maka pengguna jurus ilmu itu yang akan mengalami menjadi tengkorak terbungkus kulit.

1
Ita Xiaomi
Tuh pedang utk org yg baik hati. Maaf aku sok tau😁.
Mia Sagitarius
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!