NovelToon NovelToon
Kapten Merlin Sang Penakluk

Kapten Merlin Sang Penakluk

Status: sedang berlangsung
Genre:Action
Popularitas:314
Nilai: 5
Nama Author: aldi malin

seorang kapten polisi yang memberantas kejahatan

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon aldi malin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

masih ada bayangan

Seperti biasa, Pak Jaka dan Rendi nongkrong di pangkalan, duduk santai sambil menyeruput kopi sachet yang hampir dingin.

"Sepi banget ya orderan sekarang," keluh Rendi, memandangi jalanan yang lengang.

"Iya... biasalah, anak sekolah libur panjang," jawab Pak Jaka sambil menguap.

"Hhh... kapan ya bisa gacor lagi?" Rendi mengeluh sambil rebahan di jok motornya.

Pak Jaka hanya mengangguk pelan, lalu Rendi tiba-tiba nyeletuk, "Kapan ya bisa makan rendang lagi bareng Bu Merlin dan Mas Dika?"

Pak Jaka tertawa kecil. "Heh, jangan cuma mikirin rendang, mikir juga tuh nasib temenmu si Dika."

"Ngga nyangka sih, Mas Dika bisa deket sama Bu Merlin," ujar Rendi. "Orangnya cantik banget, masih mulus, seksi, auranya tuh kayak cewek umur dua puluh."

Pak Jaka melirik heran. "Eh eh, kamu jangan ngaco, Rend."

"Serius, Pak. Kalau dia mau sama aku, wah... seminggu juga aku betah ngga keluar kamar!" Rendi tergelak sendiri, membayangkan hal aneh-aneh.

Pak Jaka mencibir. "Dasar bocah. Jangankan kamu, aku juga mau... asal si mbok setuju, hahahaha!"

"Pak Jaka! Tua-tua keladi, makin tua makin jadi!" Rendi menepuk pahanya sendiri sambil tertawa keras.

Di ruang tamu yang luas dan rapi, Dika duduk dengan tegak, mengenakan kemeja terbaiknya. Di depannya, ayah dan ibu Merlin sudah menatap penuh wibawa.

"Jadi kamu Dika?" tanya ayah Merlin sambil menyeruput teh. "Pengemudi ojek online yang menyelamatkan putri kami?"

"Iya, Pak," jawab Dika mantap. "Saya memang hanya ojek online, tapi saya cinta sama Merlin dan akan jaga dia seumur hidup saya."

Ibu Merlin tersenyum. "Yang penting bukan profesinya, tapi hatinya. Dan dari cerita Merlin… kami tahu kamu pria yang luar biasa."

Merlin memegang tangan Dika di bawah meja, memberi isyarat bahwa semua sudah beres.

Malam itu, mereka semua sepakat: tanggal pernikahan akan digelar dua minggu lagi. Sebuah hotel bintang lima di kawasan Sudirman telah disewa. Pelaminan megah bertema klasik-modern sudah dipesan. Gaun pengantin? Sudah dijahit khusus oleh desainer pilihan Merlin.

Semua siap. Hanya satu yang belum: orang tua Dika.

"Mereka udah dihubungi?" tanya Merlin ketika mereka pulang.

"Sudah," jawab Dika, sedikit gelisah. "Mereka tinggal di kampung, sinyal susah. Tapi kakak gue bilang mereka udah siap berangkat, cuma nunggu surat cuti Bapak dari kebun."

Merlin mengangguk tenang. "Kita usahain semaksimal mungkin mereka bisa hadir. Aku pengen mereka duduk di barisan depan... lihat anaknya nikah."

Dika menatap Merlin penuh cinta. "Makasih ya... kamu bukan cuma calon istri, tapi juga penyemangat hidupku."

Merlin tersenyum. "Kita jalanin bareng. Mulai dari sini... sampai akhir."

Kali ini, sebuah mobil hitam mengkilap pelan-pelan berhenti di depan pangkalan. Pak Jaka yang sedang asyik mengaduk kopi langsung berdiri. Rendi ikut menoleh, alisnya terangkat.

"Wah, siapa lagi tuh?" gumam Rendi. "Jangan-jangan ada yang bagi-bagi rezeki kayak bulan kemarin. Ingat nggak, Pak? Kita dapat seratus ribu tuh!"

Pak Jaka tertawa. "Ingat banget.  Dika sampai nangis tuh pas itu. Soalnya belum dapet orderan sama sekali, eh tiba-tiba disambit rezeki nomplok."

Mesin mobil dimatikan. Pintu depan terbuka.

Rendi sempat menggigit sedotan plastik minumannya sebelum melongo. "Eh... itu... beneran Mas Dika?"

Dari dalam mobil, Dika keluar lebih rapi dari biasanya, meski masih dengan wajah khas ojek online. Di sampingnya, seorang wanita cantik berpakaian dinas polisi—Kapten Merlin.

Pak Jaka hampir tersedak kopinya. "Waduh, itu bukan sembarang rezeki, Ren. Itu rezeki yang pake seragam dan bawa pistol!"

Rendi bersiul pelan. "Astagfirullah... beneran sama Bu Merlin. Gila... gila... ini cowok bener-bener udah naik kasta."

Dika menoleh ke arah pangkalan dan tersenyum kaku. Merlin ikut melirik para pengojek yang menatap mereka seperti melihat selebriti. Ia menyapa singkat, lalu masuk ke warung dekat pangkalan.

Pak Jaka langsung nyamperin Dika, menepuk bahunya keras-keras. "Eh, Dika! Kamu sekarang udah bukan ojek online lagi nih, tapi ojek khusus Kapten polisi!" rendi menimpali sambil terkekeh. "Jadi kapan traktiran rendangnya, Mas? Masa pacaran sama Kapten, tapi kita nggak kebagian efeknya?"

Dika menggaruk-garuk kepala, salah tingkah. Tapi senyumnya tak bisa disembunyikan. "Sabar, sabar... semua ada waktunya"

Dika tersenyum makin lebar, lalu menarik sebuah amplop merah dari saku jaketnya.

"Kedatangan kami ke sini justru lebih istimewa," katanya sambil menatap Pak Jaka dan Rendi bergantian. "Aku dan Merlin... kami akan menikah. Ini surat undangan buat kalian."

Pak Jaka melongo, matanya membesar. Rendi hampir menjatuhkan gelas plastiknya.

"Hah?! Nikah?!" seru Rendi. "Sama Bu Merlin?!"

Dika mengangguk pelan. Kapten Merlin yang duduk di warung hanya tersenyum tenang, memberi anggukan hormat pada mereka.

Pak Jaka menerima undangan itu dengan tangan sedikit gemetar. "Ya Allah... Masya Allah... akhirnya anak ojek online satu ini jadi juga sama Kapten cantik."

Rendi masih tak percaya. "Mas.. lu serius? Ini bukan prank kan? Nggak ada kamera tersembunyi kan?"

"Aman, Ren," jawab Dika sambil tertawa. "Bukan prank. Ini nyata. Kami mau nikah minggu depan."

Tiba-tiba suasana jadi hening. Pak Jaka mengusap matanya yang mulai berair.

" Dika... kita semua di pangkalan ini udah kayak keluarga. Dari yang lu pertama kali ngojek, pernah pinjam helm aku, sampai pernah numpang makan sama aku... sekarang lu nikah sama wanita hebat. Kapten polisi lagi..."

Rendi cepat-cepat berdiri dan menyalami Dika erat. "Gue terharu, mas. Tapi serius ya... kalau nikahan lu ada rendangnya, tolong gue dikasih bagian yang banyak."

Semua tertawa.

Dika menatap teman-temannya itu dengan penuh haru. "Tanpa kalian, gue nggak akan sampai di titik ini. Makasih udah jadi keluarga, udah percaya sama gue... dan udah selalu nungguin gue balik."

Pak Jaka menepuk bahu Dika. "Yang penting satu, dik... jangan lupa kita kalau udah jadi suami Kapten!"

"Tenang, Pak. Pangkalanku tetap di hati."

Suasana di kediaman orang tua Merlin sore itu terasa hangat dan meriah. Di halaman, sudah dipasang tenda kecil untuk menyambut para tamu keluarga. Beberapa sepupu Merlin terlihat sibuk menata makanan, sementara Dika membantu menurunkan koper orang tuanya dari mobil travel yang baru tiba.

“Mak… Bapak…” Dika memeluk kedua orang tuanya erat. Matanya berkaca-kaca"

"Jangan terulang lagi masa kelam mu nak ,” ucap ibunya dengan suara bergetar. “tapi sekarang kami bangga sekali, Nak… kamu banyak berubah”

Mereka belum lama masuk ke dalam rumah, ketika suara klakson mobil terdengar dari depan.

“Eh, mobil siapa tuh?” tanya ayah Merlin sambil melongok keluar jendela.

Sebuah mobil hitam mengilap berhenti tepat di depan pagar. Suasana mendadak agak tegang. Beberapa keluarga Merlin berdiri, penasaran.

Pintu mobil terbuka.

Dari dalam, turun empat orang pria berbadan tegap dan berpakaian rapi, satu di antaranya membawa tas kerja hitam. Di belakang mereka, menyusul seorang wanita muda bergaun merah marun, dengan kaca mata hitam dan aura mencolok.

Merlin berdiri kaku. Dika langsung berdiri di sampingnya, waspada.

Salah satu pria itu membuka bicara.

“Selamat sore. Kami dari bagian pengawasan internal, kepolisian. Kami ingin berbicara sebentar dengan Kapten Merlin dan Sdr. Dika.”

Semua mata langsung tertuju pada mereka berdua.

“Ini tentang apa, Pak?” tanya Merlin dingin.

Wanita bergaun merah melepas kacamatanya. Tatapannya tajam. “Tentang jejak digital yang tertinggal dalam penyelidikan kasus Chen. Tampaknya, masih ada yang belum selesai...”

Suasana yang awalnya hangat berubah menjadi tegang.

Hari itu langit cerah. Burung-burung beterbangan di atas hotel tempat resepsi dilangsungkan. Dekorasi serba putih dan emas menyambut tamu yang datang silih berganti. Para undangan tampak anggun, dan para tukang ojek dari pangkalan, termasuk Pak Jaka dan Rendi, berdiri bangga mengenakan batik rapi.

Dika mengenakan beskap hitam dengan sulaman perak. Merlin tampil memesona dalam gaun pernikahan putih dengan sentuhan modern—anggun namun tetap mencerminkan jiwa pemberani seorang perwira.

"Izinkan saya... menjadi suamimu," ucap Dika dengan suara bergetar.

Merlin tersenyum, menahan air mata. "Dan izinkan aku... melindungimu. Sampai kapan pun."

Tepuk tangan mengiringi momen sakral itu. Tangis bahagia terdengar di sudut ruangan. Ibunda Dika terisak pelan, memeluk menantunya dengan haru. Sementara ayah Merlin menepuk pundak Dika dengan bangga.

Di tengah pesta, Pak Jaka dan Rendi saling menyikut.

"Eh, rendi... kita makan rendang beneran nih. Hahaha!"

"Yang lebih penting, Mas Dika akhirnya dapet jodoh cakep kayak bidadari. Salut, aku pak!"

Namun di sudut ruangan, Reno berdiri dengan tatapan waspada. Telinganya disambungkan ke earpiece kecil.

"Dia datang," ucap Reno lirih.

Seorang pria berbadan tegap dengan jas gelap memasuki ruangan. Tak ada undangan di tangannya, tapi langkahnya percaya diri. Senyumnya tipis, matanya tajam. Ia menatap Merlin dan Dika yang tengah bersulang di pelaminan… lalu berbalik sebentar, memberi isyarat halus ke seseorang yang berdiri di luar ruangan.

Pernikahan berlangsung... tapi permainan baru telah dimulai.

Namun sebelum para tamu benar-benar pulang dan suasana kembali tenang, Reno mendekati Merlin sambil memperlihatkan layar tabletnya. Wajahnya serius.

"Ada satu hal lagi, Kapten," bisiknya. "Aku menemukan anomali dalam data pengawasan."

Ia menunjuk grafik dan file audio yang terenskripsi.

"Suara ini… bukan suara Komandan Zen. Tapi seseorang di atasnya. Transaksi ilegal itu, perintah untuk menghapus jejak Dika, semua mengarah ke satu pejabat—seseorang yang punya akses langsung ke sistem dalam, lebih tinggi dari Komandan."

Merlin memicingkan mata. Raut wajahnya kembali berubah dingin. Ia mengangguk pelan, menggenggam tangan Dika.

“Kalau ini belum berakhir… maka kita belum berhenti.”

Dari balik bayangan, konspirasi besar masih bersembunyi. Siapa pejabat misterius itu? Sejauh mana jaring kekuasaan dan kejahatan ini menjalar?

Pernikahan hanyalah jeda.

Perang baru segera dimulai.

1
aldi malin
terima kasih semoga ikutin episode berikutnya
Lalula09
Dahsyat, author kita hebat banget bikin cerita yang fresh!
うacacia╰︶
Aku sangat penasaran! Kapan Thor akan update lagi?
aldi malin: oke ...dintunggu ya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!