Casey Valencia, seorang gadis biasa yang terjebak cinta masa lalunya. Gagal move on dengan segala pesona Bian yang di atas rata-rata. Masih menggenggam cinta yang sama menjadikannya jomblo abadi dan selalu dibully teman-temannya. Mencoba berbagai cara untuk mencari pria yang dicintai, agar bisa bertemu kembali adalah hal mustahil yang selalu dia impikan.
Namun, tragedi di sebuah bar menjadikannya pengantin dadakan. Menikah dengan orang yang tidak dia kenali, bahkan teramat dia benci karena merenggut apa yang memang dijaganya. Dan Casey selalu merasa tidak asing dengan sosok pria itu.
Mungkinkah cinta sesaatnya akan menjadi selamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rigum, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BCS - CANGGUNG
Casey memalingkan mukanya. Jantungnya berdebar tak karuan, seiring dengan usapan lembut di kedua pipinya. Casey tersenyum simpul. Entah kenapa keberadaan Bian membuatnya tenang.
"Aku mandi dulu ya. Jangan banyak bergerak, jika perlu sesuatu tunggu aku saja." pesan Bian lalu beranjak ke kamar mandi
Casey terdiam, menatap bajunya yang sudah terlempar kemana-mana. Bahkan kusutnya sprei dan selimut yang dia gunakan, memperkuat bukti bahwa telah terjadi sesuatu. Casey menampar pipinya sendiri.
"Aw sakit." keluhnya mengusap-usap pipinya yang memerah
"Ku kira semua ini hanya mimpi tapi ternyata sungguh terjadi. Rasanya bahkan masih sangat sakit. Dan bagaimana jika aku hamil? Apa pria itu mau bertanggung jawab? Sedang aku jauh dari orang tuaku. Haa.... Apa aku harus pulang dalam keadaan begini?" Casey berbicara pada perutnya yang masih rata. Geli rasanya membayangkan jika sesuatu tumbuh di dalam sana.
"Aku belum siap!" tangisan Casey kembali terdengar. Sesekali mengusap air matanya yang jatuh. Lalu kembali menangis lagi.
"Aku benar-benar sudah gila! Kau bod*oh Casey!" umpatnya memukuli kepalanya sendiri
Lama meratapi keadaan, bibir dan tenggorokannya terasa kering. Casey menurunkan kakinya yang kebas. Rasa ngilu di pangkal pahanya belum mereda. Perlahan Casey menggeser posisinya untuk mengambil segelas air. Namun tubuhnya yang masih bergetar malah ambruk ke lantai bersamaan dengan pecahan gelas yang berceceran.
"Aaaaah.." pekik Casey
"Casey, kau tidak apa-apa?" dengan cepat Bian mengangkat tubuh Casey dan kembali membaringkannya
"Aku ingin minum." ujarnya pelan.
Bian mengambilkan sebotol air dari dalam kulkas lalu membukanya untuk Casey.
"Maaf jika aku mandi terlalu lama." ujar Bian menyodorkan minumannya
Casey terdiam sesaat. Menatap rambut cokelat Bian yang masih meneteskan air. Ditambah dada telanjangnya yang terbuka, beserta lilitan handuk di bagian bawah kembali membuat Casey berdebar. Wajah pria di hadapannya, nyaris mirip dengan Bian. Rahangnya, mata sipitnya, hidung mancung dan bibir tebal yang indah. Tanpa sadar tangan Casey terulur. Mengusap bentukan otot yang telah dilatih bertahun-tahun itu dengan tatapan kagum.
"Entah kenapa, aku merasa Pak Bastian mirip dengan Bian. Bagaimana wajah dan tubuh ini terasa familiar. Bahkan dalam mimpi pun aku tidak bisa membayangkannya." cerocos Casey tanpa sadar telah membangkitkan sesuatu di bawah sana
Bian berdeham. Tangannya menurunkan usapan lembut Casey di tubuhnya.
"Jangan memancingku Casey, atau rasa sakitmu akan bertambah lagi." ujar Bian memperingatkan.
Dengan cepat Casey menutup tubuhnya dengan selimut. Sedikit menjaga jarak dengan Bian sambil sesekali memundurkan tubuhnya.
"Kau mau mandi?" tanya Bian
Casey mengangguk.
Bian mengangkat kembali tubuh Casey ala bridal style dan berniat membawanya ke kamar mandi. Namun tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk. Bian yang masih menggendong Casey, justru membawanya ke depan pintu. Dengan jari kanannya, Bian membuka pintu.
"Aaaaaa.." teriak Casey merasakan malu yang luar biasa
Dika berdeham, melihat posisi intim dari Bian dan Casey seketika dia memalingkan muka.
"Saya hanya ingin mengantarkan ini Pak. Alex yang memerintahkan." tukas Dika menyerahkan sebuah paperbag besar
"Baik. Terima kasih." Bian menjawab dengan tenang
Casey semakin menenggelamkan wajahnya di dada Bian. Tidak lagi bisa dilukiskan, betapa malunya dia saat ini. Digendong berbalut selimut setelah malam panas yang panjang. Terlebih, seorang prialah yang melihatnya dalam posisi itu.
"Kabari Maya untuk menyiapkan pakaian Casey." titah Bian
"Baik Pak Bastian. Saya akan menunggu anda sarapan di bawah." balas Dika sedikit membungkukkan badan dan pergi.
Bian mendorong pintu dengan kakinya.
"Pak Bastian! Kenapa anda membiarkanku dilihat olehnya! Ini memalukan!" protes Casey semakin menyembunyikan wajahnya
Bian tak bergeming dan mengarahkan Casey ke kamar mandi. Dengan perlahan Bian membaringkan Casey di atas bath up. Lalu memutar kran untuk mengisi air hangat.
"Aaiiish.. Perih sekali." keluh Casey
"Berendamlah sebentar. Itu bisa membuatmu rileks. Aku akan meminta Maya membawakan obat untukmu." tukas Bian
"Obat? Obat apa? Tidak tidak! Jika Pak Bastian meminta Maya membelikan obat pereda nyeri, maka Maya akan tahu apa yang telah terjadi diantara kita. Aku tidak mau berita ini menyebar seperti rumor surat cinta itu di kantor!" tolak Casey mulai membayangkan apa yang terjadi setelahnya
"Jika kau hamil, lambat laun mereka juga akan tahu kan?" goda Bian
Casey terdiam, melihat ke arah perutnya yang terendam air. Dalam hati membenarkan penuturan Bian, jika dia hamil perutnya akan membuncit. Siapapun akan bisa menduganya, tanpa Maya bercerita.
"Tapi, kita hanya melakukannya sekali. Tidak mungkin langsung jadi Pak Bastian." elak Casey berusaha melawan rasa takutnya.
"4x dan aku mengeluarkan semuanya di dalam sana. Jadi, kau bisa hitung sendiri berapa persen kemungkinan kau bisa hamil." ujar Bian semakin gencar menggoda Casey
"Apa anda menjebakku Pak Bastian? Anda bahkan melakukannya tanpa pengaman, anda juga dengan yakin mengatakan bahwa aku akan hamil?" teriak Casey kembali dengan nada paraunya
Bian tersenyum geli, senang sekali menggoda Casey yang lugu ini. Ditambah tingkah dan pemikiran konyolnya yang selalu ada-ada saja membuatnya tidak berhenti mengagumi sosok idamannya itu.
Bian menunggu di luar. Memakai setelan mahalnya, beserta jam tangan rolex miliknya yang baru dibawakan oleh Dika.
Suara ketukan pintu kembali terdengar.
"Maya, masuklah." Bian membukakan pintu untuk bawahannya
"Tolong bantu Casey disini ya, aku akan menemui Alex dan Dika di bawah." pesan Bian membenahi letak dasinya
"Baik Pak." balas Maya menjawab patuh
Tak lama kemudian Casey keluar dengan balutan piyama dan handuk di kepalanya. Sesekali meringis merasakan nyeri, Maya bergegas memapah tubuh Casey hingga duduk di ranjang.
"Dasar CEO cabul! Bisa-bisanya dia melakukan ini padaku! Padahal semalam aku yakin, bersama Bian. Kenapa pagi ini berubah menjadi Bastian!" gerutu Casey
Maya senyum-senyum sendiri menyadari kondisi Casey. Bahkan Maya tahu betul bahwa Bian dan Bastian adalah orang yang sama. Tapi, Maya tidak ingin membongkar rahasia atasannya pada Casey.
"Lihatlah ini! Bercak kemerahan yang jelek ini ada di setiap sisi leherku! Bagaimana aku menyembunyikannya?" keluh Casey begitu bercermin dan menyadari sisa kissmark Bian semalam.
"Pakai ini nona." tawar Maya memberikan selembar scarf untuk menutupi leher jenjang Casey
Casey mengikat seluruh rambutnya, bermake up natural dan mengenakan dress pemberian Maya lengkap dengan blazer hitamnya.
"Apa ini tas baru lagi?" tanya Casey menyadari kotak tas yang masih tersegel rapi
"Benar nona."
"Aku tidak mau memakainya, aku akan dikira simpanan om-om jika berganti tas branded setiap hari. Sudah aku pakai ini saja!" Casey menarik tas yang kemarin dia pakai.
Maya menawarkan lengan kirinya untuk membantu Casey berjalan. Casey tersenyum simpul dan ikut keluar kamar bersama Maya.
DI BAWAH
....
"Dika, apa kau melihat sesuatu yang berbeda hari ini? Sepertinya sepupuku ini tampak lebih segar." seloroh Alex
"Aku berpikiran sama denganmu Alex, apa ada kabar baik yang kita lewatkan?" imbuh Dika menatap ke arah Bian dengan seulas senyum
Kalau up yang banyak dong kak jadi gak lama nunggunya /Grin/