Bukan Cinta Sesaat

Bukan Cinta Sesaat

BCS - Siapa itu Bian

"Bian aku mencintaimu!" teriak Casey dengan lantangnya

Seluruh staff admin di F.H Company pun tertawa.

"Minumlah obatmu tepat waktu Casey!" sindir Meylani

"Kehaluanmu pada pria itu sudah melewati batas kewajaran Casey!" imbuh Tika

"Ku hitung-hitung, kau sudah tiga kali berteriak hari ini. Aku khawatir psikismu terganggu." ujar Willy menempelkan punggung tangannya ke dahi Casey

"Ah, kalian tidak mengerti. Bagaimana rasanya mencintai tanpa dicintai? Ibarat bisa naik ke atas gunung dan tidak bisa turun. Seperti menyelami samudera tapi tidak bisa berenang ke permukaan." ujar Casey mengerucutkan bibirnya

"Ayolah Casey, ini kantor. Kau tidak bisa terus berisik menyebut nama aneh itu!" kesal Nancy

"Aku tidak berisik Nancy. Kalianlah yang berisik karena menertawakanku." balas Casey kembali menatap layar monitornya

"Ah Bian, kapan kita bisa bertemu lagi."

FLASHBACK ON

Bian Fabastiano, ketua tim basket andalan sekolah Casey. Ketenarannya melebihi aktor papan atas, pesonanya yang tiada batas membuat para kaum hawa tidak bisa berhenti menatapnya. Bersorak atas kemenangannya dan terang-terangan menyatakan cintanya. Seperti yang selalu Casey lakukan.

Tak jarang Casey mengambil gambar diam-diam. Mengikuti kemanapun perginya sang idola bahkan mengintip Bian saat di ruang ganti. Otot-ototnya yang menonjol, perutnya yang sixpack, kulitnya yang seputih susu membuat pikiran Casey bertaburan kemana-mana.

"Bian pangeranku." itulah yang selalu Casey katakan tiap memandang fotonya

Sementara Casey, jangankan terlihat di mata publik. Diakui sebagai siswi saja sudah lebih dari cukup. Sebenarnya Casey tidak jelek. Hanya saja wajah standarnya tidak terawat dan cenderung gosong terkena sinar matahari. Tubuhnya tidak begitu tinggi. Jika disandingkan dengan Bian akan sangat kontras terlihat. Ibarat kata Bian adalah raja pujian dan Casey adalah bahan bullyan. Sudah bisa membayangkan bukan?

Kali ini seperti biasa. Diam-diam Casey meletakkan sebungkus makanan di laci Bian yang terbuka. Sambil sesekali curi-curi pandang mengagumi indahnya tubuh sang atletis membuat Casey tanpa sadar melangkah mendekat.

"Benar-benar indah." gumam Casey menyentuh punggung Bian yang bertelanjang dada.

"Apa yang kau lakukan!" bentak Bian

Casey tersentak. Dengan segera dia berbalik dan hendak kabur. Namun, Bian justru menarik ranselnya untuk membawanya kembali.

"Apa yang kau lakukan disini?" tanya Bian penuh penekanan

"I.. Itu.. Itu.. Aku hanya.. Itu." Casey gelagapan sambil menunjuk ke arah bungkusan kresek yang tergantung

"Apa itu?" tanya Bian

"Makan siang. Aku.. Aku.. Mengambilkannya dari kantin untukmu." balas Casey tanpa berani menoleh

Tangan kekar Bian terlepas, berjalan mendekati bungkusan hitam dan membukanya. Benar, menu makan siang hari ini dikemas dalam kotak kardus putih di dalamnya.

"Lalu apa yang membuatmu berani menyentuhku?" tanya Bian

"Aaa.. A..."

"Bicara yang benar!"

"Aku.. Aku itu.. Anu.."

"Apa kau gagap?"

"Aku.. Aku mencintaimu Bian." kalimat itu dilantangkan oleh Casey.

Dengan cepat gadis itu berlari menerobos segerombolan pria yang masuk ke ruang ganti.

"Kenapa dengannya Bian?" tanya Alex

Bian masih terdiam. Entah apa yang dia pikirkan. Namun tatapannya tidak beralih dari Casey.

"Aku juga mencintaimu." batin Bian bersuara

FLASHBACK END

"Hah, akhirnya selesai juga." teriak Casey untuk kesekian kalinya

"Bisakah kau bicara perlahan? Kau mengagetkanku Casey!" hardik Putri

"Hehe, maaf aku hanya sedang bersemangat. Semua berkat Bianku yang tampan ini." ujar Casey mengusap pelan layar laptopnya

"Ku rasa kau semakin gila Casey! Berkencanlah, agar otakmu tidak konslete!" imbuh Meylani

"Ah, kalian tidak mengerti. Hanya Bianlah yang ku sukai. Tidak ada yang lain lagi!" ujar Casey masih dengan ekspresi yang sama

"Sudahlah ayo pulang. Biarkan saja dia." ujar Tika

Teman-teman Casey pulang satu per satu. Kini tinggalah Casey yang masih betah stalking medsos pria idamannya itu.

"Oh Bian, kenapa semakin hari kau semakin tampan. Meski fotomu itu-itu saja dan tidak ada postingan terbaru, tapi aku tidak pernah bosan lho." Casey berbicara sendiri pada monitornya

"Kau dimana sekarang? Kabarmu bagaimana? Apa kau sudah menikah? Apa istrimu cantik? Haa.... Aku tidak rela." Casey memeluk laptopnya sambil meneteskan air mata.

"Mau ku temani minum?" tawar Johan meletakkan sebotol bir di meja Casey

"Kenapa kau selalu mengajakku mabuk? Tapi baiklah, ku rasa minum bir dan membeli makanan berkuah sangat nikmat. Ayo!" Casey berdiri menarik lengan Johan dan keluar dari ruangan.

"Kemana kita akan minum?" tanya Casey

"Rooftop." balas Johan singkat

"Malam-malam begini?"

Johan mengangguk.

"Baiklah, ku rasa membayangkan Bian di sampingku sambil menatap langit malam adalah ide yang bagus."

Johan dan Casey berjalan beriringan menuju atap kantor. Dua gelas kecil sudah dipersiapkan bersama dengan ramen instan yang diseduh dengan air hangat.

"Cuacanya sangat dingin tapi makanan ini cukup menghangatkan perut." cerocos Casey menyeduh kuah ramen yang masih mengepulkan asap

"Ah nikmatnya. Johan, aku tidak tahu apa masalahmu? Tapi kenapa akhir-akhir ini kau sering mengajakku mabuk?" tanya Casey menyeruput kembali mienya

"Aku sedang patah hati. Orang yang ku cintai mencintai orang lain." ujar Johan menatap lekat ke arah Casey.

"Siapa? Apa dia orang kantor sini? Atau jangan-jangan kau pacaran dengan orang sekantor? Dan baru saja putus? Hah, kasihan sekali kau." tanya Casey

"Bukan, aku menyukai seseorang. Dia juga bekerja disini. Tapi ku dengar dan ku amati setiap hari, dia.. Menyukai pria lain." ujar Johan menunduk sedih

Casey menghela napas.

"Mencintai itu berat Johan. Kau harus siap tersakiti kapanpun dan dimanapun. Sama sepertiku, enam tahun berjalan tidak mampu membuatku melupakannya. Rumit sekali ya cinta itu?" Casey menenggak segelas bir tanpa ragu

Johan menuangkannya kembali.

"Dia terlalu sempurna untukku yang tidak berguna. Hah! Kapan cinta ini akan berakhir?" ujar Casey menenggak kembali minumannya

"Casey, jika ada seseorang yang mencintaimu apa kau akan menerimanya?" tanya Johan menuangkan kembali bir ke dalam gelas Casey

Casey menggeleng dengan cepat.

"Kau bahkan menjawab tanpa berpikir Casey." Johan tertawa hambar

"Aku tidak bisa lagi mencintai orang lain. Hati ini hanya mencintainya Johan. Aku menginginkannya, bahkan jika harus mati karenanya. Aku akan ikhlas menerimanya." ujar Casey dengan tatapan nanar. Meneguk kembali bir itu dan meletakkan gelasnya kasar.

Johan terdiam, pupus sudah harapannya menyatakan cinta di malam yang romantis ini. Dia bahkan sudah ditolak sebelum sempat mengatakannya.

"Bian, kau dimana? Aku merindukanmu." ujar Casey yang mulai mabuk

"Bian, bisakah aku menemukanmu suatu saat nanti?"

"Bian apa kau bisa merasakan apa yang ku rasakan?"

"Bian, apa takdir akan membawa kita bersama kelak?"

"Bian.."

"Bian.."

"Bian.."

"Aku mendengarnya Casey. Aku selalu mendengarkanmu, hanya belum tepat waktunya aku kembali di hadapanmu."

Terpopuler

Comments

000 1

000 1

Author, Tolong Donk Segera Update Nak 😩

2023-10-09

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!