Kupikir aku akan bahagia menikah dengan seorang Arjuna Raka Sastrowardoyo. Wajahnya yang sangat tampan dengan tubuh atletis tenyata tak bisa memberikan kenikmatan di ranjang.
Pria itu impoten dan mempunyai keanehan lain saat berada di ranjang.
Aku merasa kecantikan dan kemolekan tubuhku tak berguna. Hanya saja ia sangat baik dan loyal padaku. Semua hartanya yang banyak itu bebas aku gunakan yang penting ia puas menyiksaku.
Aku tidak tahu apakah aku akan bertahan atau memilih mencari kebahagiaan lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bhebz, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 Bercocok Tanam
Setelah menangisi lagi nasibnya, Mayang Sari akhirnya keluar dari kamar itu untuk menuju ke dapur. Ternyata menangis juga membutuhkan energi yang cukup hingga sekarang ia jadi sangat lapar dan butuh makan.
Makanan yang cukup menggugah selera ternyata sudah tersedia di atas meja. Sup kerang yang sudah lama ia inginkan ada di atas meja itu beserta kacang-kacangan dan juga daging-dagingan.
Dengan membaca nama Tuhan, ia langsung makan dengan sangat lahap dan tidak menyadari kalau ibu mertuanya itu sedang memperhatikannya dari jauh.
"Alhamdulillah, atas rezeki mu Ya Allah," ucapnya dengan penuh syukur. Tak bisa ia pungki kalau ia mendapatkan banyak nikmat dan kebahagiaan setelah menikah dengan Arjuna Raka Sastrowardoyo.
Sandang, pangan, dan papannya telah sangat terpenuhi oleh suaminya yang kaya raya itu. Jadi sudah sepantasnya ia bersyukur dan tidak boleh mengeluh.
Tempat tinggal yang nyaman dan mewah, pakaian yang indah dan mahal, serta makanan yang enak dan bergizi yang tidak pernah ia dapatkan selama ini kini bisa ia rasakan hanya dengan menjadi seorang istri bagi Arjuna Raka Sastrowardoyo.
Lalu kenapa ia jadi makhluk yang tidak bersyukur?
"Sudah makannya?" tanya Dyah, yang tiba-tiba saja muncul di dalam ruangan itu. Mayang Sari tersentak kaget. Ia pun langsung berdiri dari duduknya dan menghampiri sang mama mertua.
"Alhamdulillah sudah ma. Makanannya enak-enak banget. Aku sangat suka," ucap wanita cantik itu tersenyum.
"Tentu saja kamu suka karena semua makanan itu mengandung gizi dan nutrisi terbaik dan juga sangat mahal," ucap Dyah ketus. Wajahnya pun datar tanpa senyum tak seperti biasanya.
"Iya ma," balas Mayang Sari dengan wajah menunduk. Jiwa miskinnya meronta-ronta. Ia sadar diri kalau ia dari keluarga mana yang memang tidak biasa memakan makanan enak dan juga mahal.
"Dan Harus kamu ingat juga, makanan itu dibuat khusus untukmu agar kamu bisa cepat hamil dan memberikan kami cucu!"
Deg
Tenggorokan Mayang Sari langsung tercekat. Ia terbatuk-batuk. Rasanya ada duri yang ada di dalam tenggorokannya dan membuatnya sangat sakit.
Perutnya pun terasa bergolak dan semua makanan yang baru ia makan rasanya ingin tumpah keluar.
"Kenapa? Kamu tidak mau melahirkan keturunan untuk keluarga ini? Iyya?!" tanya Dyah dengan tatapan tajam pada sang menantu.
"Mau kok ma," jawab Mayang Sari tersenyum meringis.
"Kalau kamu mau kenapa kamu belum juga hamil? Apakah karena kamu sering menolak melayani suamimu May?!" tanya Dyah masih dengan ekspresi ketusnya.
"Apa ma?"
Wajah Mayang Sari tampak sangat kaget dibuatnya. Ia tak menyangka kalau akan mendapatkan tuduhan yang sangat kejam seperti itu dari ibu mertuanya.
"Semalam suamimu pergi dengan sangat marah. Apa yang kamu lakukan padanya ha?!" Mata Dyah seakan ingin menelannya hidup-hidup.
Mayang Sari semakin sadar sekarang. Ia jadi yakin kalau perubahan pada mertuanya yang sangat drastis itu adalah karena kejadian semalam.
"Apa kamu menolak melayani putraku sampai ia sangat marah dan harus mendatangi Club untuk mencari kepuasan di luar?!"
Mayang Sari kini gantian melotot tajam. Hatinya sangat sakit mendengar tuduhan dari wanita yang sangat ia hormati selain mama kandungnya itu. Dan juga, apa benar suaminya itu pergi ke Club untuk mencari kepuasan?
Oh tidak! Ini tak boleh ia biarkan. Pria itu adalah miliknya seorang dan tidak boleh ada seorang pun perempuan yang boleh menyentuh dan memilikinya meskipun ia adalah pria impoten.
"Kenapa kamu diam? kamu gak bisa jawab 'kan?" terdengar lagi suara Dyah dengan nada yang sangat sarkas.
"Aku akan menemui mas Juna di kantornya ma. Aku akan melayaninya di sana sampai ia tidak pernah berniat untuk mencari kepuasan di tempat manapun," ucap Mayang Sari seraya kembali ke arah meja makan.
Wanita cantik itu mengambil rantang dari dalam lemari dan mulai mengisi tempat itu dengan makanan yang tinggi gizi dan bisa menambah fertilitas pada pasangan suami istri.
"Mau ngapain kamu May?" tanya Dyah bingung. Seingatnya wanita itu sudah makan dengan kenyang kenapa sekarang malah mengambil rantang dan mengisinya seperti itu.
Maya tersenyum kemudian menjawab dengan wajah serius, "Makanan kaya gizi dan nutrisi seperti ini bukan untuk aku saja ma. Mas Juna juga perlu mengkonsumsi ini agar lebih tokcer dan juga kuat."
"Aku ini ini memang ladang yang harus subur ma. Tapi kalau sang pembajak tidak kuat apalagi loyo maka dipastikan proses bercocok tanam tidak akan bagus dan juga menghasilkan seperti yang diharapkan."
"Hah?" ucap wanita paruh baya itu singkat dan juga bingung. Ia tak percaya kalau sang menantu berani berkata seperti itu padanya.
"Apa maksudmu Mau? Apa kamu menuduh bahwa putraku itu tidak kuat?!"
Mayang Sari tidak menjawab. Ia hanya tersenyum miring. Hingga membuat Dyah tak sabar.
"Ayo jawab aku May!"
"Maafkan aku ma. Itu adalah urusan yang sangat pribadi antara aku dan mas Juna. Permisi ma. Assalamualaikum."
Maya pun berlalu dari hadapan sang mama mertua dengan membawa rantang makanan itu.
Wanita itu akan mengunjungi suaminya di kantor pria itu di waktu jam makan siang seperti ini. Ia akan memaksanya makan setelah itu ia juga akan memaksanya membuat adonan anak yang lucu dan menggemaskan.
Dyah Pitaloka terduduk di kursi dengan perasaan yang sangat sakit. Perkataan Mayang Sari tadi cukup menggangu pikirannya. Ia takut kalau putranya yang semata wayang itu benar-benar impoten dan tak bisa memberi mereka cucu atau pewaris.
"Ada apa ma?" tanya suaminya yang baru saja tiba dari luar.
"Ma, kok melamun? Lagi mikirin apa?" tanya pria paruh baya itu lagi dengan wajah khawatir.
Dyah tersentak kaget dan langsung menatap suaminya dengan wajah bingung.
"Kamu melamun ma?" tanya pria itu lagi.
"Gak kok. Cuma mikirin Arjuna saja sih."
"Memangnya kenapa ma?"
"Gak tau nih. Aku kok khawatir sama perkataan Mayang ya?"
"Tentang apa ma?"
"Apa mungkin Arjuna kita itu gak normal ya pa?"
"Maksudnya?"
"Maksud aku. Anak kita itu gak kuat kalo lagi itu sama istrinya. Kok sampai beberapa bulan ini ia belum berhasil membuat istrinya hamil ya pa?"
"Ah baru juga tiga bulan. Santai saja ya. Insyaallah akan diberikan momongan sama Tuhan. Mama tenang saja okay?"
Dyah pun mengangguk dengan wajah tak puas. Ia tetap saja merasa kalau hubungan dua orang anak dan menantunya itu pasti sangat lah urgent.
"Sudah, sekarang gimana kalau mama uji kekuatan papa?" ucap pria itu seraya menarik turunkan alisnya menggoda.
Dyah langsung tersenyum kemudian meraih tangan suaminya dan membawanya ke kamar untuk melakukan ritual untuk memperpanjang umur.
🌺
*Bersambung.
Like dan ketik komentar agar author semangat updatenya oke?