NovelToon NovelToon
Misi Balas Dendam

Misi Balas Dendam

Status: tamat
Genre:Teen School/College / Tamat
Popularitas:14.6k
Nilai: 5
Nama Author: Vina Melani Sekar Asih

Hubungan antara Raka dan Jena memang baik-baik saja. Tetapi saat seorang teman kelas Jena memberitahu bahwa Raka sedang bersama seorang perempuan, membuat Jena merasa curiga bahwa Raka menjalin suatu hubungan dengan perempuan itu yang mana perempuan itu adalah sahabat Jena.

Namun kenyataannya, bukan dengan sahabat Jena melainkan dengan seseorang yang bahkan Jena tidak kenal. Dengan begitu, Jena akhirnya memutuskan hubungan dengan Raka dan bahkan Jena membuat kesepakatan dengan seorang lelaki bernama Jevan supaya menjadikan dia sebagai pacar pura-pura Jena.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vina Melani Sekar Asih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Raka membangunkan Jena yang sedang tidur karena memang sebelumnya Jena berkata bahwa dia ingin tidur setengah jam karena dirinya sangat kelelahan.

"Jen, udah setengah jam. Ayo pulang! nanti keburu malam."

"Nanti lima menit lagi."

"Tapi ini udah malam sayang."

Aku membuka kedua mataku dan tak lama aku bangun dengan posisi duduk.

"Kamu tadi kesini sama orang tua kamu ya?"

"Enggak. Aku kesini naik ojek."

"Tumben berani. Biasanya kamu selalu takut kalau naik kendaraan umum."

"Berani dong, kan aku udah besar."

Trining! Trining!

Ponselku berbunyi dan tentunya aku panik karena telepon tersebut dari Papah.

"Ka, tolong antar aku pulang."

"Katanya berani naik kendaraan umum."

"Tapi kan ini udah malam. Kalau aku diculik gimana?"

"Ya udah tunggu sebentar, aku mau ambil kunci motor dulu."

Skip

Saat diperjalanan pulang, aku tiba-tiba malas untuk pulang ke rumah. Bukan karena kesal karena orang tuaku bertengkar, tetapi karena aku ingin jalan-jalan di malam hari dengan Raka.

"Ka, aku lapar. Gimana kalau kita makan dulu."

Raka terdiam sejenak. "Mau makan dimana?"

"Terserah kamu aja."

Sekitar sepuluh menit, akhirnya keduanya berhenti tepat disebelah penjual ayam bakar dipinggir jalan.

"Mau makan dimana?" tanya Raka.

"Disini aja."

Raka segera memesan ayam bakar beserta minumannya. Tetapi pesanannya hanya untuk Jena saja, sebab Raka sedang ingin menghemat uangnya.

"Kenapa cuma pesan buat aku?"

"Soalnya aku udah makan."

"Kalau gitu lebih baik gak jadi aja deh."

Raka menatap tajam kearah Jena. "Udah dipesan, Jen. Kamu gimana sih."

Aku terdiam dan memilih untuk duduk ditempat yang telah disediakan. Begitupun dengan Raka, ia juga duduk sambil memainkan ponselnya.

Karena penasaran, Jena melihat ke layar ponsel Raka. "Kamu mengirim pesan ke Tasya?"

"Iya, soalnya aku gak enak sama dia. Gara-gara kamu, dia jadi marah."

"Maaf."

"Maafnya ke Tasya, jangan ke aku."

...****...

Keesokan paginya, aku berangkat ke sekolah bersama Papah. Jena tidak berangkat dengan Raka dikarenakan motor Raka kehabisan bensin. Makanya daripada telat, Raka menyuruhku untuk berangkat duluan.

"Kamu berantem ya sama Raka?" tanya Papah.

"Enggak kok."

"Terus kenapa gak berangkat bareng dia?"

"Motor Raka kehabisan bensin, makanya Raka menyuruh Jena untuk berangkat duluan."

Saat berhenti di lampu gelap, tiba-tiba aku melihat pengendara motor disebelah mobil Papah. Dan aku tahu bahwa itu adalah motornya Jevan.

Aku membuka kaca mobilnya dan memanggil Jevan. Tak lama, Jevan menoleh dan tersenyum kearah Jena.

"Hallo, Om." Jevan menyapa Papah Jena.

"Hallo," ujar Papah Jena.

Beberapa detik kemudian, semua pengendara melajukan kendaraannya masing-masing.

"Itu siapa? kok kayaknya Papah kenal," kata Papah.

"Itu teman sekelas Jena, Pah."

"Kelihatannya dia suka deh deh sama kamu."

"Papah apaan sih. Dia tersenyum bukan berarti dia suka sama Jena."

Skip

Sampai di sekolah, aku melihat Raka dan Tasya. Tubuhku seakan mematung ketika melihat keduanya. Aku tak habis pikir, bagaimana bisa Raka berbohong dan mengatakan bahwa motornya kehabisan bensin, padahal kenyataannya Raka hanya malas saja berangkat bersamaku.

"Jen, ayo ke kelas!" ajak Jevan, karena tadi dirinya memang sengaja mengikuti mobil Jena sehingga Jevan datang bersamaan dengan Jena.

"Gue gak menyangka kalau Raka berbohong," gumam Jena.

"Maksudnya?" bingung Jevan.

"Raka berangkat bareng sama Tasya."

Jevan mengedarkan pandangannya kearah yang dilihat Jena. Dan benar saja bahwa Raka terlihat bersama Tasya.

"Jadi mereka beneran selingkuh ya?" tanya Jevan memastikan.

"Gue gak tahu."

Jevan menepuk bahu Jena. "Udah jangan sedih."

Aku berjalan menuju kelas. Sejujurnya aku bisa saja langsung menghampiri Raka dan Tasya. Tapi karena aku tidak ingin bertengkar, jadi aku lebih memilih untuk diam saja.

...****...

Disaat Raka duduk di sebelahku, aku langsung mengalihkan pandangan kearah ponselku. Entah kenapa saat ini aku sangat malas melihat wajah Raka. Bahkan rasanya aku ingin bolos pelajaran hari ini.

"Pagi, sayang."

"Berisik!"

"Jangan marah dong. Kamu kan tahu kalau tadi motor aku kehabisan bensin."

"Alasan! bilang aja mau berangkat sama Tasya."

Raka terdiam, karena sepertinya Jena salah paham. Hari ini Raka memang terpaksa berangkat dengan Tasya karena saat ini motornya kehabisan bensin. Jika ia pergi menuju pom bensin pastinya akan sangat lama, jadi akhirnya Raka terpaksa menumpang dengan Tasya.

Ya, tadi Tasya menawarkan berangkat ke sekolah bersama. Fyi, rumah Tasya dan Raka lumayan dekat, jadi setiap hari pastinya keduanya bertemu.

"Kamu salah paham. Aku berangkat bareng Tasya karena aku takut telat."

"Kenapa gak naik kendaraan umum aja sih?"

Raka hanya terdiam karena perkataan Jena memang benar. Tetapi disisi lain Raka juga ingin menghemat uangnya, jadi ia terima saja tawaran Tasya untuk berangkat bersama. Lagipula tak ada salahnya memilih yang gratisan.

"Kenapa? gak bisa jawab?"

"Maafin aku." Raka menundukkan kepalanya. Ia hanya bisa meminta maaf tanpa menjelaskan alasannya. Karena ia akan malu jika mengatakan yang sejujurnya.

"Aku kan udah bilang, kalau kamu bosan lebih baik kita udahan aja."

Raka menghela nafasnya, lalu ia segera pergi keluar kelas.

Tak lama setelah Raka keluar, tiba-tiba Jevan menghampiriku dan duduk di kursi Raka.

"Jadi bener ya kalau Raka selingkuh?" tanya Jevan dengan suara yang sangat pelan.

"Lo bisa diam gak sih? gue lagi malas mendengar perkataan orang."

"Sorry."

Jevan memberikan permen kepadaku. "Ini buat lo. Soalnya kalau makan yang manis-manis katanya bikin suasana hati jadi baik." Lalu, aku mengambil permen itu dan langsung memakannya.

...****...

Di jam istirahat, aku segera berlari keluar menghampiri Tasya. Aku ingin tahu mengapa Tasya terus bersikap seakan-akan dia peduli dengan Raka. Padahal sebagai sahabat seharusnya dia menjaga jarak dengan pacar sahabatnya sendiri.

"Sya, gue mau bicara sama lo."

"Udah lupakan aja. Gue udah maafin lo kok."

"Bukan itu yang mau gue bicarakan."

"Terus lo mau bicara apa?"

Aku memeriksa ke sekitarku, aku takut jika orang-orang tahu tentang pembicaraanku bersama Tasya.

"Kita bicara disana aja." Jena menarik Tasya ke tempat yang agak sepi.

"Mau bicara apa?" tanya Tasya sambil melepaskan tangannya yang digenggam Jena.

"Lo bisa gak jauhi Raka."

"Jen, lo masih menuduh gue sebagai selingkuhan Raka ya?"

Aku menghela nafas, sejujurnya aku tadinya tidak ingin menuduh Tasya lagi karena kemarin malam Raka sudah menjelaskan semuanya. Namun karena saat pagi tadi Raka berbohong, jadi aku tidak percaya lagi dengannya.

"Gue gak menuduh lo. Cuma gue pingin aja lo jauhi Raka."

"Ya udah kalau itu mau lo."

Tasya segera pergi meninggalkanku. Disisi lain aku sungguh menyesali perkataanku tadi. Aku memang orang yang tak enakan, maka tak heran jika mengalami situasi ini jadinya aku yang akan merasa bersalah.

1
Zhree
Halo Kak.. salam kenal dari "Terjerat Cinta Pria Beristri"
Vimel: salam kenal juga kak 🤗
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!