NovelToon NovelToon
Sad Wedding

Sad Wedding

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Romansa
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Hal yang paling menyakitkan dalam kehidupan kita adalah bertemu dengan orang yang selama ini kita benci akan menjadi seseorang yang menemani hidup kita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 14

"Al, apa ini alasan kenapa kau menyuruhku untuk datang ke kantormu?" tanya Anna dengan pelan. Dan tak lama cairan bening itu kembali keluar. "Sakit Al, melihat kau dengannya seperti tadi." Anna terisak. "Apa ini balasannya karena aku mencintaimu?" Anna masih terisak, Aldi yang tak tega mencoba memeluk Anna. Tapi dengan segera tangan Aldi dia tepis. "Aku lelah. Aku mau pulang." ujar Anna pelan lalu berbalik untuk berjalan ke arah Lift yang tadi dia naiki.

Aldi tak perduli dengan perkataan Anna, dia meraih tangan Anna dan dengan cepat dia mencium bibir Anna dengan lembut. "Maafkan Aku An, sungguh tadi itu bukan keinginannku untuk memeluk wanita lain di ruanganku." ujar Aldi menjelaskan ketika ciuman mereka terlepas. Anna masih diam tak bereaksi hingga pelukan hangat dan erat yang Aldi ciptakan menyadarkannya ke dunia nyata. Anna tak menjawab apapun, tapi kini dia terisak di dalam dekapan Aldi.

"Maafkan Aku Ann, sungguh aku minta maaf." lirih Aldi sambil menyisir anak rambut Anna yang hitam dan panjang itu. Dan dengan perlahan Anna menganggukkan kepalanya. Pertanda jika dia sudah memaafkan Aldi.

Anna kini sudah berada di apartemen Aldi, hatinya sudah tak gundah seperti tadi siang, dia tadi hanya salah faham dan tadi Aldi sudah menjelaskannya.

Kini Anna sudah memasak makanan yang Aldi sukai. Dan dirinya ingin Aldi menikmati semuanya hingga tak bersisa barang satu butir nasi sekalipun.

Tok..tok..tok..

Suara ketukan pintu terdengar jelas di telinga Anna, dia melepas Apron yang melekat di tubuhnya lalu dia berlari kecil ke arah pintu. "Mungkin Aldi sudah pulang.." pikirnya.

Ceklek..

"Al, kamu sudah--"

"Haii Anna.." sapaan itu membuat Anna terdiam.

"Mila.." yah, wanita yang menyapanya adalah Mila, kekasih Aldi yang tadi Anna temui di kantor Aldi.

"Kenapa An? Apa aku tak boleh masuk?" tanya Mila dengan raut wajah tenang. Dan itu menakutkan bagi Anna.

"Bagaimana Mila tahu Apartemen Aldi?" pikir Anna dalam hati. Anna menggeser tubuhnya ke samping kiri agar Mila masuk ke dalam Apartemennya dengan Aldi. "Kau mau minum apa?" tanya Anna masih mencoba tenang menghadapi Mila. Walaupun kini hatinya sedang berkecamuk dan sedikit sakit. Karena dia masih ingat betul atas ucapan Aldi, jika hanya Anna dan Vio yang tahu atas apartemen Aldi bahkan Mila saja tak tahu.

"Apa saja." sahut Mila yang kini sudah duduk di sofa dengan angkuh. Anna berjalan ke arah dapur, dan segera membuatkan minuman untuk Mila.

Drrtt.. Drrttt...

Suara ponsel milik Anna berbunyi, dia mendekat ke arah ponsel dan melihat nama yang tertera di sana. "Aldi.." gumam Anna dan dia menekan tombol hijau.

"Hallo, Anna.." suara Aldi di seberang sana terdengar damai dan tanpa beban.

"Iya Aldi.." ujar Anna masih dengan suara tenang.

"Aku sekarang pulang. Kamu siapkan makanan yang enak ya.. Dan juga--"

"Al, maaf. Diapartemen sekarang ada Mila." Anna memotong perkataan Aldi.

"Hallo.. Aldi.."

"Aku akan sampai 15 menit lagi. Kau tunggu di rumah." ujar Aldi sambil memutus sambungan telfon.

Anna mengehela nafasnya melalui bibirnya, dia tak bisa hanya diam saja ketika Mila datang di Apartemen milik sang suami, walau dia tahu kini hanya dirinya yang Aldi cintai tapi tetap saja masih menyisahkan beberapa jarum di dalam hatinya.

Sakit, bukan karena Mila hadir disini.. Tapi, karena Aldi berbohong kepadanya, Aldi bilang sendiri kepada Anna jika Mila tak mengetahui tentang apartemen ini. Tapi, dia ternyata? Setetes air matanya jatuh, jatuh tanpa bisa dia cegah. 'Apa sebegitu tak berharganya aku Al? Hingga kau selalu membohongiku beberapa kali? Sakit Al.' lirihnya dalam hati.

Aldi Pov

Perasaan bahagia menyelimutiku, saat Anna sudah bisa aku tenangkan dan dia sudah memaafkanku. Aku benar benar tak tahu jika Mila datang ke kantor ku dan bertindak se-agresif itu. Anna melihat semuanya, dan perkataan yang begitu menyakitkan keluar dari mulutnya. Dia menganggapku hanya ingin melihat aku dan Mila seperti tadi? Tapi sekarang itu tak lagi penting.

Yang terpenting sekarang, bagaimana bisa Mila tahu akan keberadaan Apartemenku? Dari mana dia tahu? Padahal aku sendiri tak memberitahu kepadanya. Apa Vio yang memberitahu? Tapi, tak mungkin Vio melakukan itu.

Ku percepat langkahku ketika aku sudah memasuki Basement Apartemenku. Dan dengan tergesa aku memencet tombol Lift agar segera sampai di lantai tempat dimana Anna dan Mila berada.

Ting!!

Aldi segera keluar ketika bunyi dentingan lift terdengar di telinganya. Dengan langkah dan berlari kecil, dia melangkahkan kakinya ke lorong Apartemen yang dia tempati.

"Sampai kapan kau mau menunggu Aldi? Dia tak mencintaimu, Anna. Dia mencintaiku, apa kau tak sadar?" sebuah suara yang sangat aku kenali masuk ke gendang telingaku, Mila. Yah itu Mila yang bicara.

"Tidak! Aldi mencintaiku Mila, kau tak tahu kan kapan Tuhan membolak balikkan hati umatnya?" Bagus Anna, aku memang telah membuyarkan perasaanku kepada Mila, ntah sejak kapan dan dari kapan. Aku tak tahu pastinya, tapi kini di hati ini hanya ada dirimu An..

Aku terus mendengarkan dari pintu luar apartemen, aku tak mau masuk dulu, aku ingin tahu, apa yang akan di lakukan Mila kepada Anna. "Dasar Jalang!! Berani benar kau bicara seperti itu, hm? Apa kau tak tahu jika Aldi sangat mencintaiku?"

"Tidak!! Dia mencintaiku. Dia sudah--"

Plak!!

Aku yakin itu dari telapak tangan Mila. Sudah cukup aku mendengarkan celotehan mereka, dan sudah cukup juga aku bersembunyi di balik pintu utama. Aku segera memencet tombol password apartemenku dan menarik handle pintu.

Aurthor Pov

Aldi masuk kedalam Apartemennya dan dia melihat Anna memegang pipinya yang panas dan perih, hingga meninggalkan bekas merah di pipi kirinya itu. Aldi berjalan mendekat ke arah Anna dan memeluknya.

"Kau baik baik saja?" tanyanya dengan nada khawatir. Anna menganggukkan kepalanya dan pandangan Aldi kini beradu dengan Mila yang masih berdiri mematung di tempatnya. Dia berjalan mendekat ke arah Mila. "Apa yang kau lakukan kepada, Istriku. Hah?" Aldi berteriak tepat di depan wajah Mila.

Mila masih tak beranjak dari tempatnya, seulas senyum dia perlihatkan kepada Aldi, bukan senyuman seperti biasa, tapi senyuman mengejek. "Ch, apa yang aku lakukan?" tanyanya, kini pandangannya ke arah Anna. "Aaahh.. Itu?" ucapnya tanpa dosa. "Aku hanya memberikan pelajaran saja kepada mulutnya, biar mulutnya tak selancang tadi." imbuhnya sambil menatap Aldi dengan tatapan bertanya.

Rahang Aldi mengeras, dia tak percaya Istrinya yang dulu pernah dia sakiti kini disakiti kembali oleh Mila. "Dia I-S-T-R-I ku, Mila.." teriak Aldi.

"Lalu apa aku perduli, hah?" Mila menjawabnya dengan nada teriakan juga. Mata Mila sudah menyala-nyala menunjukkan kemarahan yang sedari tadi dia tahan. "Aku sama sdkali tak perduli kalau dia Istrimu Aldi." ujarnya lagi. Dia bertahan ketika gendang telinga Mila menangkap suara Aldi yang mengakui jika Anna adalah Istrinya, predikat yang selalu dia impikan selama ini. Sakit, jelas sakit. Mila tak mau ada orang lain di hati Aldi, dia hanya ingin dirinya di dalam hatinya. Bukan Anna, bukan adiknya Aldi, dan juga kalau bisa bukan juga Kedua orang tua Aldi. Egois memang, tapi sekali lagi, Mila terlalu dibutakan oleh cintanya kepada Aldi.

"Pergi dari sini, Mila." ucap Aldi dengan nada rendah. Mila tak bergeming, tapi itu tak dia perdulikan. Aldi berjalan ke arah Anna. Dan memeluk istrinya dengan sayang di hadapan Mila. Dan seketika kedua tangan Mila terkepal erat. Dia tak terima, yah jelas dia tak terima. Seorang gadis yang menurutnya tak pantas untuk Aldi, kini malah Aldi peluk dengan sayang.

Dengan raut wajah merah padam menahan Amarah, dia berjalan mendekat ke arah Aldi dan Anna dan dengan hitungan detik Mila mendorong tubuh Anna dengan sangat keras hingga Anna jatuh dan perutnya membentur ujung meja. "Akhh..." pekiknya dan itu sukses membuat seulas senyum kemenangan di bibir Mila.

"Anna." Aldi yang berada di situ langsung berjalan ke arah Anna, "Anna, kau tidak apa-apa?" tanya Aldi dengan perasaan khawatir luar biasa. Dan dari ekor matanya, Aldi merasakan celana jeans pendek yang Anna kenakan basah. Dan basah itu terus merembes hingga dari pahanya hingga di ujung kakinya Aldi melihat ada darah yang keluar. "Da-Darah..." ucapan Aldi terbata. Sedetik setelah Aldi mengatakan Darah, dia melihat Anna yang sudah tak sadarkan diri. Dengan sigap Aldi menggendong Anna tanpa memperdulikan teriakan dari Mila.

Aldi mengendarai mobilnya dengan kecepatan di atas rata-rata. Tak sedikit dia mendapat umpatan dari pengemudi mobil, karena Aldi menyetir bagaikan orang yang kesetanan. Semua umpatan yang di lontarkan pengemudi lain tak pernah dia perdulikan. Aldi menggenggam erat jemari mungil Anna, dia takut. Yah takut jika terjadi apa apa kepada istrinya. Istri yang dia sayangi dan cintai. "Bertahanlah, An. Kamu harus kuat." ujar Aldi yang tanpa melepas pegangan erat di jemari Anna.

Sepuluh menit kemudian Aldi sudah sampai di Rumah sakit yang ada di sekitar Apartemennya. "Dokter, tolong istri saya, Dok." teriak Aldi ketika dia sudah berada di Lobby Rumah sakit. Dokter dan perawat yang mendengar teriakan Aldi, segera keluar sambil membawa Bankar yang selalu di sediakan di setiap rumah sakit.

Aldi membantu mendorong para Dokter dan Perawat itu hingga sampai di Ruang UGD, "Maaf, Pak! Anda dilarang masuk." ujar salah satu perawat yang menghalangi Aldi untuk ikut masuk kedalam ruangan yang bertuliskan UGD tersebut.

"Tapi aku mau menemani Istri saya, Sus."

"Iya, pak. Saya tahu. Tapi, tetap saja bapak di larang masuk. Karena ini sudah peraturan dari Rumah sakit ini." Suster itu membalas ucapan Aldi dan langsung masuk, meninggalkan Aldi sendirian di depan UGD tersebut.

Satu menit...

Lima menit...

Sepuluh menit...

Lima belas menit...

Dua puluh menit...

"Brengsek!! Lama sekali mereka memeriksa Anna." geram Aldi yang sudah lelah menunggu dan mondar mandir di depan Ruang UGD itu.

Tiga Puluh Menit..

Dan saat itulah pintu UGD terbuka hingga menyembulkan kepala Dokter wanita yang usianya sekitar 25 tahun. Aldi menghampiri Dokter wanita itu seraya bertanya. "Bagaimana keadaan Istri saya Dok?" tanyanya kepada Dokter yang kini sedang meneliti wajah Aldi. Aldi yang merasa dia tak dihiraukan oleh sang empu yang dia ajak bicara mengangkat salah satu alisnya.

"Dokter!!" Sang Dokter itu membelalak kaget karena teriakan yang di lakukan oleh Aldi. "Berhenti meneliti wajah saya, dan katakan bagaimana keadaan istri saya?" ujar Aldi dengan mata memerah karena kekesalan.

"Oh.. Ma-Maafkan saya, Pak." ujar Dokter itu terbata. "Mari Pak, bicara di ruangan saya." ajak sang Dokter sambil berjalan mendahului Aldi. Aldi hanya menganggukkan kepalanya dan mengikuti sang Dokter hingga sampai di sebuah ruangan kecil.

"Maaf kan kami pak. Bayi anda tidak bisa saya selamatkan. Karena benturan di perut istru bapak sangat keras." ujar Dokter Susan itu.

"Ma-Maksud Dokter?" Aldi bertanya masih dengan tatapan bingung.

"Iatri anda hamil, pak! Usia kandungannya kurang lebih telah menginjak minggu ke-Empat." ujar Dokter Susan dengan panjang lebar. "Apa anda tidak tahu?" tanya sang Dokter dengan hati-hati takut jika pria di hadapannya ini marah marah tidak jelas kepadanya. Aldi menggeleng lemah. Selemah air matanya yang akan turun jika Aldi mengerjapkan matanya.

"Wajar pak, jika Anda masih belum mengerti jika Istri anda hamil, itu sudah sering terjadi. Karena sang Istri terkadang juga tak sadar jika dirinya tengah mengandung. Karena gejala-gejala wanita hamil akan terjadi ketika kandungan mereka sudah mencapai usia Enam atau Delapan minggu." imbuh sang Dokter.

"Kalau begitu saya permisi, Dok." ujar Aldi lirih. Bahkan dia tak mengucapkan terima kasih kepada sang Dokter yang sudah menyelamatkan Istrinya.

Penjelasan dokter itu masih terngiang di telinganya. Saat dia telah keluar dari ruangan Dokter yang bernama Susan tadi itu tubuh Aldi meluruh ke lantai. "Ya Allah, apa memang aku belum kau izinkan?? Kenapa kau mengambilnya?" isak Aldi terdengar pilu. Jika seorang pria kadang menyembunyikan jika dia menangis, Aldi tidak. Dia menunjukkannya dan tak perduli dimana dia sekarang berada.

Anna hamil, dan dia tak sadar. Bukankah wanita hamil itu selalu berawal dari muntah dan mual di pagi hari? Tapi, Anna tidak pernah. Apa Anna tahu akan hal ini? Tidak! Anna jelas tidak tahu. Jika Anna tahu, Anna akan segera bilang kepadanya. Karena Anna orang yang tidak suka menyimpan Rahasia. "Aku minta maaf Anna.." lirihnya lagi sambil menundukkan kepalanya di bangku tunggu diluar ruangan dokter Susan.

BERSAMBUNG

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!