Misi Balas Dendam

Misi Balas Dendam

Bab 1

Pagi ini, aku berangkat ke sekolah bersama pacarku. Bisa dibilang setiap hari aku sering diantar jemput olehnya. Meskipun aku beberapa kali mengatakan bahwa aku akan berangkat sekolah sendiri, tapi tetap saja dia datang ke rumahku untuk berangkat sekolah bersama.

Aku sangat beruntung memiliki Raka. Sebab dia selalu memperlakukanku seperti layaknya seorang tuan putri.

Terkadang aku merasa tidak enak karena perlakuannya, karena itu membuat aku merasa tidak berguna.

Ya benar, dia selalu membantuku meskipun sebenarnya aku bisa melakukan hal yang menurutku mudah.

"Jen, tugas kamu dibawa gak?" tanya Raka yang membuat lamunanku menjadi buyar.

"Emang ada tugas ya?"

"Ada, sayang."

"Aduh! gimana dong?"

Raka memberhentikan motornya dipinggir jalan dan dia menyuruhku untuk turun.

Tak lama, Raka memberikan buku tugasnya kepadaku. "Cepat tulis! lagipula masih ada waktu."

"Nanti aja di kelas."

"Sekarang! kalau nanti takutnya gak keburu."

Aku mengambil buku tugas Raka dan setelah itu aku menyalin jawabannya ke buku tugasku.

Sambil mengerjakan tugas, aku menoleh kearah Raka yang sedang tersenyum kearah ponselnya.

"Lagi chat cewek ya? kok senyum-senyum kayak gitu."

"Enggak. Aku lagi chat sama Rendi."

"Oh gitu." Aku kembali menyalin jawabannya Raka karena takut nantinya kita akan terlambat datang ke sekolah.

...****...

Setibanya di kelas, sahabatku yang bernama Tasya datang menghampiriku dan Raka. "Ini buat kalian." Tasya memberikan minuman kepadaku dan juga Raka.

"Makasih," ujarku dan Raka bersamaan.

"Oh iya, Ka. Gue boleh minta tolong gak?" ujar Tasya.

"Boleh. Mau minta tolong apa?" kata Raka. Tasya menarik tangan Raka dan membawanya keluar kelas.

Aku hanya tersenyum tipis sambil menatap kepergian Raka dan Tasya, setelah itu aku duduk di kursi.

Disisi lain, ternyata ada seseorang bernama Jevan yang menyaksikan ketika Jena ditinggalkan oleh Raka dan Tasya. Ya, Jevan memang dari awal sudah memperhatikan dari sejak kedatangan Jena hingga akhirnya Jena ditinggalkan oleh Raka dan Tasya.

"Pacar sama sahabat lo mau kemana?" tanya Jevan yang tiba-tiba duduk dikursi depan.

"Gue gak tahu."

"Hati-hati. Takutnya mereka punya hubungan spesial."

Aku menatap tajam kearah Jevan. "Gak mungkin lah!"

Dari dulu Jena, Raka dan Tasya sering bermain bersama. Jadi Jena tidak merasakan cemburu sama sekali kepada kedekatan Raka dan Tasya.

"Btw, hubungan lo sama Raka udah berapa lama sih?"

"Hmm... udah 1 tahun."

"Lo bosan gak menjalin hubungan sama Raka?"

"Ya enggak lah!"

Aku menyipitkan mataku karena aku merasa curiga kepada Jevan yang terus bertanya tentang hubunganku dengan Raka.

"Lo suka ya sama gue?"

Jevan menelan ludahnya karena terkejut mendengar perkataan Jena. "Enggak."

"Terus kenapa tanya-tanya tentang hubungan gue sama Raka?"

"Gue cuma ingin tahu aja."

Aku pergi keluar untuk mencari keberadaan Raka dan Tasya. Bukan karena aku curiga, tapi aku bosan jika tidak ada mereka berdua.

"Rendi, lihat Raka sama Tasya gak?"

Rendi terdiam sejenak. "Gue gak lihat."

"Cari Raka sama Tasya ya?" tanya Rina, lalu Jena hanya mengangguk.

"Tadi gue lihat mereka kearah rooftop."

Kemudian, aku bergegas pergi ke rooftop untuk menemui Raka dan Tasya. Aku sangat penasaran dengan apa yang keduanya lakukan di rooftop. Tapi yang pasti Raka sedang membantu Tasya karena sebelumnya Tasya berkata bahwa dia butuh bantuan Raka.

Tidak membutuhkan waktu lama, aku sampai di rooftop. Aku melihat Raka dan Tasya yang sedang memperhatikan sebuah kardus. Karena penasaran, akhirnya aku memutuskan untuk menghampiri keduanya.

"Lagi apa?" tanya Jena dan sontak membuat Raka dan Tasya melihat kearah Jena.

"Lagi kasih makan anak kucing," jawab Raka.

"Itu kucing siapa?"

"Gak tahu. Tapi tadi aku temukan kucing itu didekat lapangan bola," jelas Tasya.

...****...

Jam pelajaran pertama dimulai. Semua murid fokus memperhatikan materi dari guru. Sedangkan aku justru fokus menatap kearah Raka.

Ya, kita memang duduk bersama dan tentunya aku merasa sangat senang. Meskipun begitu, kita sepakat agar tidak mengobrol disaat guru sedang menjelaskan. Karena jika sampai mengobrol, mungkin guru akan menyuruh kita untuk duduk secara terpisah.

Jari-jari tanganku mulai mendekat dan tentunya aku tidak akan melewatkan kesempatan untuk menggenggam tangan Raka.

Namun sayangnya, bukannya mengeratkan genggaman, Raka justru menjauhkan tanganku.

"Kejam."

Raka menoleh sekilas kearahku sambil tersenyum, setelah itu ia kembali fokus memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru.

"Jena!" panggil Bu Ani.

"Iya, Bu."

"Tolong kerjakan nomer 1 di papan tulis."

Jena terdiam sejenak. "Baik, Bu."

Aku membawa buku paketnya dan segera mengerjakan soal yang diperintahkan oleh Bu Ani.

"Bukan begitu cara pengerjaannya," kata Bu Ani dan otomatis aku langsung menghapus jawabanku.

Aku melihat kearah Raka karena siapa tahu Raka dapat membantunya. Namun sayangnya, Raka malah mengobrol dengan Tasya yang duduk didepannya.

Tatapan Raka begitu tulus kepada Tasya dan itu membuatku sedikit cemburu karena mengingat saat tadi Jevan menyuruhku untuk berhati-hati karena siapa tahu Tasya menikung.

Omongan Jevan tadi sedikit membuatku ketakutan. Karena setelah dipikir-pikir, akhir-akhir ini Raka selalu mendapatkan panggilan telepon dari Tasya.

"Ada yang mau bantu Jena?" tanya Bu Ani kepada murid-murid yang lain.

Pandanganku tertuju kepada Raka untuk memberi aba-aba supaya Raka membantuku.

"Ayo siapa yang mau bantu Jena mengerjakan soal?" tanya Bu Ani lagi.

Aku menggigit bibir karena aku sangat kecewa dengan Raka. Padahal aku tahu bahwa Raka bisa mengerjakan soalnya sebab Raka selalu rangking satu di kelas.

Tiba-tiba seseorang mengangkat tangan. "Saya mau bantu Jena, Bu."

Semua pandangan tertuju kepada Jevan. Semuanya terkejut karena bisa dibilang Jevan merupakan anak yang pemalas, namun kali ini dia terlihat seperti seseorang yang sangat ambisius.

Jevan berjalan menghampiriku, lalu dia mengambil spidol yang aku genggam. "Pacar lo kan rangking satu, tapi kok dia gak mau bantu," ujar Jevan dengan suara yang sangat kecil.

Mendengar perkataan Jevan membuat Jena terdiam karena perkataan Jevan sangatlah benar. Kalaupun misalnya Raka memang tidak bisa, seharusnya dia tetap maju ke depan karena bagaimanapun juga saat ini Jena membutuhkan bantuan.

"Udah selesai, Bu." Jevan memberikan spidol kepada Bu Ani.

"Ya sudah kalian berdua boleh kembali duduk ke kursi masing-masing," suruh Bu Ani. Dengan begitu Jena dan Jevan segera pergi ke kursi masing-masing.

"Tadi kamu kenapa gak bantu aku?"

Raka menoleh kearahku. "Aku malas ke depan."

Jawaban Raka sungguh membuatku kesal. Bagaimana bisa dia menjawab dengan jawaban seperti itu.

"Menyebalkan banget jadi orang."

"Siapa? aku?"

"Pikir sendiri!"

"Ya ampun. Masa cuma gara-gara itu kamu marah sama aku."

Meskipun hanya masalah sepele, namun tetap saja aku sangat kesal kepada pacarku karena dia seperti tidak peduli jika pacarnya sedang mengalami kesulitan.

Terpopuler

Comments

Peri_Atri

Peri_Atri

Halo Kak.. salam kenal dari "Terjerat Cinta Pria Beristri"

2023-09-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!