tentang Gueen, wanita 18 tahun yang terpaksa harus tinggal dengan kakak tirinya karena sebuah alasan.
hidup Gueen di penuhi dengan lika-liku yang menyakitkan. Dia berpikir tinggal dengan Kalindra yang tak lain Kakak tirinya akan membuat hidupnya jauh lebih baik, tapi ternyata tidak.
Kalindra malah membencinya. Setiap hari dilalui Gueen dengan makian-makian dan makian. Karena KaIindra sangat membenci Gueen, karena dulu Ibu Gueen merebut ayahnya hingga sekarang dia melampiaskan amarah dan kekesalannya pada adik tirinya.
Berbeda dengan Kalindra yang membenci Gueen, Gueen malah mempunyai perasaan yang aneh pada kakanya sendiri. Bukan perasaan semacam sayang adik pada kakanya tapi perasaan yang lain, seperti perasaan Cinta pada lawan jenis. Tapi, di sisi lain Gueen pun sadar Kalindra adalah kakanya.
Tanpa mereka duga ada rahasia di balik kisah keluarga mereka. Mampukan Gueen bertahan bersama adik Kalindra di tengah kebencian Kalindra padanya. Ataukan Gueen akan pergi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi kim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7
Gengs maafin baru update ya, nunggu like di atas 500 sama komen di atas 100. Aku update dua bab ya tapi panjang panjang setara sama 3 bab. Seperti biasa 100 komen bsok up panjang x lebar lagi. Aku update dua bab jadi scroll ya
Kalindra mengatur napas ketika Gueen sudah tidak sadarkan diri. Dia menatap Gueen yang sedang berbaring di lantai dengan tatapan menyeringai.
"Jika bukan karena ibumu, mungkin adikku sekarang masih selamat," lirih Kalindra. Selain benci pada Davika karena Davika merebut ayahnya, tapi Kalindra juga masih mengingat ketika dia kecil, di mana ayahnya menyiramkan minyak di tangga agar ibunya yang sedang mengandung celaka, dan ayahnya merencanakan itu dengan Davika, ibu Gueen.
Kalindra bisa mengetahui karena saat itu tanpa sengaja, dia mendengar pembicaraan ayah dan ibu Gueen yang terekam di dalam black box mobil.
Setelah dia bisa mengatur napasnya, Kalindra pun langsung mendudukkan diri di sofa kemudian dia menengadahkan kepalanya.
"Aku bisa baik pada siapa pun, tapi aku tidak akan pernah bisa baik pada orang yang telah menghancurkan keluargaku," ucap Kalindra. Walaupun saat itu dia bahagia dengan ayah tirinya, tapi tetap saja dia membenci ayahnya dan Davika yang tak lain ibu Gueen. Bahkan, dia menjadi saksi bagaimana dulu ayahnya menampar ibunya, hanya karena ayahnya membela wanita itu.
Setelah cukup lama terdiam, Kalindra langsung mengutak-atik ponselnya kemudian lelaki tampan itu langsung menelepon seseorang, menyuruh orang untuk datang dan membawa Gueen ke rumah sakit, dan setelah menelpon orang itu, Kalindra langsung bangkit dari duduknya. Dia berniat untuk kembali ke pesta, meninggalkan Gueen yang sekarat, bahkan lelaki itu tidak menoleh lagi ke arah adik tirinya. Tak lama, beberapa orang masuk kemudian menempatkan Gueen ke dalam troli karena tidak mungkin mereka membawa Gueen dalam keadaan seperti ini, hingga mereka terpaksa menyembunyikan tubuh Gueen di troli yang biasa dipakai oleh pelayan untuk mengantarkan makanan.
***
Gueen terdiam di depan sebuah taman, dia tersenyum ketika melihat kedua orang tuanya yang sedang bergandengan tangan. Rasanya, dia begitu damai ketika melihat ayah dan ibunya seperti ini. Selama Gueen hidup bersama kedua orang tuanya, Kevin dan Davika terlihat jarang berkomunikasi, dalam artian kata mereka hanya berkomunikasi sekenanya, tapi Kevin dan Davika tetap memperlakukannya dengan baik, memberi perhatian walaupun Gueen merasa terkadang dia kesepian.
Sekarang, ketika melihat ayah dan ibunya seperti ini, Gueen benar-benar bahagia. Kadang dia begitu iri dengan hubungan kedua kakaknya, Alona dan Kalindra terlihat saling menyayangi, sedangkan dia terlahir sebagai anak tunggal tapi tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang sempurna, dalam artian kata Kevin dan Devika memang terlihat menyayanginya, memberikan yang terbaik dari segi apapun, tapi sangat jarang sekali Gueen melihat ayah dan ibunya berinteraksi.
"Mommy, Daddy," panggil Gueen.
Kevin dan Davika menoleh, kemudian Kevin langsung menghampiri putrinya. Namun, ketika Kevin akan mendekat, tiba-tiba bayangan Kevin menghilang, begitupun dengan Davika dan seketika semua menggelap.
Gueen membuka matanya, bulir bening langsung terjatuh dari pelupuk mata wanita itu, dan ketika dia membuka mata, Gueen langsung meringis karena dia benar-benar merasakan tubuhnya begitu remuk. Tak lama, Gueen melihat ke sekitarnya, dia hanya melihat dinding yang berwarna putih lalu sedetik kemudian aroma obat menguar di hidung Gueen. Gueen sadar bahwa dia sedang berada di rumah sakit.
"Tanganku.”
Tiba-Tiba, Gueen dilanda kepanikan ketika dia merasa tangannya mati rasa.
"Ah!" Gueen berteriak dengan suara yang pelan ketika dia berusaha menggerakkan bagian tubuh atasnya, ternyata Gueen merasakan rasa sakit yang teramat luar biasa dan sedetik kemudian, semua yang terjadi saat tadi di kamar hotel, menubruk otaknya.
Gueen langsung menegang ketika mengingat itu. Walaupun dia langsung tak sadarkan diri, tapi Gueen mengingat detik demi detik apa yang dilakukan Kalindra. Tatapan Kalindra menatapnya dengan beringas. Kalindra bukan hanya menghajarnya, bahkan beberapa kali menginjak kakinya dan menginjak perutnya.
Tangis Gueen pecah ketika mengingat itu. , sungguh ini adalah titik tertinggi ketakutan Gueen pada kakaknya. Tidak, dia tidak mau begini, dia harus segera melaporkan semuanya pada Salsa. Mungkin kemarin-kemarin Gueen masih bisa tahan karena Nino tidak melakukan kekerasan, tapi tadi Nino melakukan hal yang benar-benar luar biasa menyakitkan. Dia seperti dijadikan samsak tinju oleh lelaki itu, belum lagi ketika dia diinjak, dia merasakan tulang-tulangnya seperti patah, apalagi sepatu yang dipakai Kalindra adalah sepatu yang alasnya terbuat dari besi, hingga menambah rasa sakit. Belum lagi, cambukan di tubuhnya.
Tak lama, dokter masuk ke dalam kemudian berjalan ke arah brankar.
"Kenapa Anda bisa seperti ini?" tanya dokter ketika Gueen sudah membuka mata.
"Aku ...." Gueen berusaha berbicara, tapi dia merasakan rasa perih di bibirnya.
"Jelaskan nanti saja.” ucap dokter, 'kondisimu sangat buruk, tanganmu sepertinya sedikit terkilir hingga mungkin tidak bisa digerakkan dan kau harus memakai gips."
Di tengah rasa sakitnya, Gueen benar-benar merasa speechless teringat ketika Kalindra telah memelintir tangannya dan mendorongnya ke tembok.
"Kau ingin minum?" tanya dokter hingga Gueen mengangguk. Dokter pun langsung membantu Gueen untuk minum. Sepertinya, tidak ada bagian tubuh Gueen yang terlewat, yang terjamah oleh Kalindra. Kalindra benar-benar tidak pandang bulu, tentu saja tenaga Kalindra berkali-kali lipat dengannya.
Satu jam kemudian.
Dokter baru selesai menangani Gueen. Jangankan Gueen yang mengalami penyiksaan, dokter saja merasa bergidik apalagi ketika dia melihat punggung Gueen yang dipenuhi dengan memar dan juga lebam, karena cambukan yang Kalindra lakukan.
"Kami akan mengecek kondisimu secara berkala, Nona," ucap dokter Gueen.
Saat dokter akan pergi, Gueen menjatuhkan bantal yang berada di dekat kakinya hingga dokter menoleh.
"Dokter," panggil Gueen, dia bersusah payah untuk memanggil dokter hingga dokter menoleh.
"Kenapa?" tanya dokter.
"Apa ponselku ada?" Gueen berucap dengan nada yang super pelan, sebab ketika dia membuka mulut, bibir dan pipinya terasa nyeri.
Dokter mengangguk kemudian dia membuka laci, lalu memberikannya pada Gueen.
"Kau ingin aku menelepon seseorang, Nona?" tanya dokter hingga Gueen mengangguk.
"Tolong buka folder pesan," jawab Gueen, walaupun dengan suara yang pelan dan hampir tidak terdengar, tapi dokter berhasil mengerti ucapan Gueen.
"Kau ingin aku menelepon nomor ini?" tanya dokter hingga Gueen mengangguk dengan pelan, dan pada akhirnya dokter pun menelepon Jena, menyuruh Jena untuk datang sekarang. Gueen benar-benar ketakutan, dia takut bagaimana jika Kalindra datang ke rumah sakit? Sungguh, Gueen tidak mempunyai nyali untuk pulang ke apartemen kakaknya, dan sekarang hanya Jena yang bisa dia minta tolong.
ranjang adlh tmpt penyelesaian masalah suami istri 🤭