Sinopsis Lovasains
Bagaimana jika cewek tomboy dekat sama cowok pintar sains yang dingin nggak banyak bicara apalagi satu bangku? Raut wajahnya penuh ambisius dan dendam. Bisa bersatu nggak layaknya komponen minyak dan air. Namanya Tama pindahan dari SMA Pelita Indah dia cakep sih cuma nggak banyak bicara, misterius. Kedekatannya membuat ketua geng Dewa yang bernama Keenan, geng motor yang terkenal tapi anti tawuran membuka kembali kartu joker yaitu kartu kematian.
Dera dan Tama yang makin lama dekat dengan Tama mulai jatuh hati, sampai akhirnya saat berada di rumahnya sebuah rahasia besar terbongkar. Rahasia di luar nalar. Saat setelah selesai olimpaiade sains, geng Elang membuka rahasia besar yang membuat geng Dewa marah besar dan terjadi tawuran.
Apa rahasia tersebut? Apakah ini ada kaitannya dengan Tama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reyni Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TAMA RAVINDRA SHAN
Hay, Tama sudah muncul nih!
"Baru kali ini gue menemukan cowok sedingin es, Oke fix gue akan bisa menaklukkan hati Lo, Tama"
---DERA---
Bel lonceng masuk belum juga terdengar kurang lima belas menit pelajaran akan di mulai. Kelas XII IPA 3 dengan suasana yang masih ricuh. Ada yang ngegosip selebritis, ada yang main monopoli, ini yang paling membangongkan. Dera hanya malas-malasan sesekali dia menguap. Kepalanya ia letakkan di bangku. Rasa kantuk masih melandanya. Si cewek tomboy ini hanya tidur dua jam.
Kisah sebelumnya, Keenan mengantar Dera ke rumah Rere. Beruntung orang tuanya lagi honeymoon di Bali. Ceileh, orang tua Rere mengalahkan masa muda sekarang. Celotehan dua temannya di depan kadang membuat risih telinga Dera. Rere dan Nadine dari tadi sibuk protes harga minyak goreng.
“Harga minyak goreng naik gaes. Ini tidak bisa di biarin. Di kantin bakalan naik tuh gorengan, mana uang saku gue tidak ditambahi lagi. Bangkrut dong gue,”
“Halah itu tidak seberapa, gue bakal berhenti beli lele penyet jika naik tuh minyak goreng. Gue bela-belain beli lele penyet cuma mau pedekate sama cogan pemilik warung. Persis member BTS.”
Astaga, nih anak bahas apaan sih? Kaya’ mak-mak aja. Rempong amat. Dera menggerutu dan menguap. Rasa kantuknya semakin merajalela di seluruh tubuhnya.
“Der, habis pulang sekolah ke mall yuk! Ada diskon tas sekolah. Lucu dan imut deh, yuk gas kan!” Ajak Rere.
“Mager gue. Gue mau bobok siang. Ngantuk banget!” Nada malas Dera.
Melihat Dera terdapat mata panda. Rere merasa kasihan di tambah kejadian semalam yang di ceritakan Dera kepadanya. Untung ada Keenan menolongnya.
“Besok aja kalau gitu. Nggak enak jika Lo nggak ikutan gabung.”
Dera hanya mengangguk malas.
Brak!
“Maemunah, Lo buka pintu bisa pelan dikit nggak sih, njir. Badan segede bagong buka pintu kaya’ buka lemari kulkas aja sih loh! Gue nggak mau tanggung jawab jika pintu itu rusak.” Celoteh Dimas selaku ketua kelas.
Maemunah itu jika kelakuannya model kaya’ gini pasti ada info terbaru dan terhangat di sekolah Tunas Bangsa. Lambe turahnya XII IPA 3 ini valid no debat.
“Maemunah mau menyampaikan kabar terbaru Gaes. Huh …! Capek gue lari-lari.” Ucap Maemunah yang masih ngos-ngosan sambil pegangan meja guru.
“Apaan woeh? Hari ini pulang awal? Bu Yasmin nikah lagi? Udah janda lima kali loh beliau.” Tanya Dimas penasaran.
"HUS! Harap mulut di jaga kawan."
Maemunah masih mengatur nafasnya. Berat badannya yang hampir tujuh puluh kg jika lari pasti sesak dan ngos-ngosan.
“Ada anak baru, gaes. Info yang gue dapat tuh anak baru keren habis. Pindahan dari Pelita Indah. Tahu sendiri kan, itu sekolah cogan dan ceweknya parah.”
“Hai, Munah itu cewek atau cowok? Kelas berapa? 10, 11, 12? Jurusan apa? Itu anak baru kelas sini bukan? Tanya Marina penasaran. Kalaupun cowok dia nggak bisa jadiin gebetan secara Marina sudah punya pacar berondong kelas 10, kalau cewek dia mau masukin gengnya.
“Lo mau tanya atau mau investigasi, njir? Kaya kereta api aja Lo.”
Mendengar ada anak baru kelas 12 IPA 3 heboh habis. Secara kelasnya nggak dapat murid baru sama sekali. Beda yang lain. Setiap bulan SMA Tunas Bangsa selalu kedapatan anak baru dan itupun kebanyakan anak IPS yang dapat.
“Marimar, Lo kan udah punya cowok berondong, Glen. Duh mau cari lagi? Tajir melintir anak pengusaha kopi tubruk gitu mau Lo siain. Dah ah, buat gue saja kalau Lo nggak mau.” Sindir Nana.
“Gila lo! Lo fikir Glen barang jualan bisa Lo ambil. Gue kan nanya doang, kalaupun gue lain hati bisa di gorok gue, mampus dah,”
Suara langkah sepatu terdengar jelas.
Tok … tok … tok
“Woi ada guru, woeh! Cepat balik di kursi masing-masing,”
Mendengar Dimas si ketua kelas ada guru masuk langsung saja kembali ke posisi masing-masing mengingat jadwal hari ini Bu Yasmin guru fisika yang terkenal killer.
Gubrak!
Nah loh, si Maemunah mau balik lagi ke mejanya jatuh kan. Jatuh saja ada gayanya tuh anak. Pakai guling-guling kaya’ tikar. Semua temannya pada ketawain dia.
Astaga, masih pagi ini anak berisik banget! Pada sarapan kreco apa? Berisik ganggu tidur gue bentar aja.
Dera kesal, dia kenal dari tadi temannya berisik banget. Dera mau kumpulin tenaga buat pelajaran Bu Yasmin jadi terganggu.
"Selamat pagi, anak-anakku terhebat," Sapa Yasmin sambil berjalan masuk dan berdiri di papan tulis.
"PAGI BU!" Jawab murid-murid serempak begitupun dengan Dera yang menjawab dengan nada malas.
Rasa ngantuk yang melandanya benar-benar buat dia malas setengah mati. Dera melihat Bu Yasmin membawa kertas banyak. Aish ... Bau-bau ulangan dadakan nih.
"Baik. Hari ini ibu akan memberitahukan informasi yang sangat spesial. Silahkan masuk Tama."
Asyik, akhirnya dapat teman baru cowok lagi. Pasti cakep habis. Lumayan lah biar caper mata. Rere tersenyum sendiri.
Tama melangkah masuk kedalam. Suasana kelas yang berisik dengan gosip, kericuhan Maemunah yang terguling-guling mendadak hening. Mereka menunggu kedatangan Tama si cowok baru.
Anjir, dia cakep banget dengan kulit putih, rambut hitam, alisnya yang tebal membuat dia terlihat maskulin dan tegas, tinggi dengan bahu sedikit lebar. Gila nih cowok 100% ketampanannya ada di dirinya.
"Ayo Tama, sekarang perkenalan dirimu di depan teman-teman barumu,"
"Nama saya Tama Ravindra Shan, saya pindahan dari Pelita Indah. Terima kasih." kata Tama dengan senyuman kecil yang ada di wajahnya.
Gila, senyum doang rasanya meleleh. Lesung pipit di wajahnya menambah ketampanannya.
"Lo udah punya pacar belum, Tam? Gue Marina." Tanya Marina antusias, dia tidak menyangka Tama lebih cakep daripada Glen.
"Woi ... Ingat Glen!" Sahut Nana dan menyenggol Marina.
Marina ini keterlaluan sekali masih saja ngembat yang lain. Benar-benar dah.
"Keren lulusan SMA Pelita Indah. Cakep bener, dah." Rere tambah antusias. "Lumayan dapat semangat baru."
"Sudah ... Sudah jangan ribut. Tama silahkan kamu duduk di bangku yang kosong. Hanya ada satu kamu duduk di belakang sama Dera."
"Maaf Bu!" Dera langsung mengacungkan tangannya. "Boleh request nggak, Bu?”
“Apa? Es teh manis dua, nasi goreng sea food satu, di tambah kerupuk dua. Kamu fikir Bu Yasmin ini jualan nasi goreng pakai request,”
Loh … loh … kok ceritanya mau pesan makanan. Semua temannya langsung tertawa. Dera langsung kik-kuk dan malu.
“Bukan itu, Bu Yasmin. Saya request duduk sendiri saja. Biar Tama cari bangku yang yang lain.”
Bu Yasmin langsung melotot ke arah Dera.
“Dera Jelita, kamu fikir bangku ini milik orang tua kamu. Hanya satu yang tersisa. Jadi mau tidak mau kamu duduk sama Tama. Titik nggak pakai tanda seru.” Bu Yasmin menegaskan.
“Duh, Dera ribet banget sih! Udah lah, kalau Dera nggak mau biar sama saya saja, Bu. Beres.” Marina nimbrung pembicaraan.
Marina hanya geleng-geleng kepala. Dera ini sehat nggak sih? Bisa-bisanya dia nolak sebangku sama Tama cowok yang cool abis.
“Tidak bisa. Tama, duduk di sebelah Dera.” Bu Yasmin mempersilahkan.
Tama melangkah ke arah Dera. Semua mata tertuju kepada Tama. Cowok ini damage nya bukan main. Jalan pun kaya supermodel. Wah, ini akan menjadi saingan Keenan.
“Gue Dera Jelita Quisha.” Dera mengulurkan tangannya.
“Iya.” Tama menjawabnya dengan singkat tanpa membalas uluran tangan Dera.
Astaga nih cowok. Dingin banget kaya es di kulkas. Jawabannya singkat padat dan jelas. Iya doang. Seenggaknya balas kek uluran tangan gue. Oke fix gue akan buat Lo nggak dingin kaya es dan gue akan buat Lo jatuh cinta sama gue. Enak aja main cuek aja.
Dera memandang Tama yang masih fokus menghadap ke depan.
"Gue minta nomer hp Lo?" Dera memberanikan minta nomer ke Tama. Ini inisiatifnya untuk mendekati Tama. Oke fix. Misi kali ini cowok dingin yang namanya Tama harus gue taklukan.
Tama terdiam sejenak. Bisa-bisanya ini cewek minta nomer ponselnya. Nggak ada harga baju, eh salah harga diri sama sekali.
"Diam aja sih kamu, aku minta nomer hp Lo, Tama." Dera menyodorkan kertas ke arah Tama.
"Buat apa?" Akhirnya dia bicara juga.
"Buat santet lo."
"Lo sakit? Kalau sakit ke UKS sana." Tama mengambil beberapa buku di tasnya.
"Gue sakit karena Lo nggak mau kasih nomer hp Lo ke gue. Cepetan tulis berapa nomernya?" Dera tidak sabaran.
Tama langsung mengambil kertas tersebut dan menulis beberapa angka nomer hpnya. Dera sedikit puas.
"Thank you, Tama. Kita kan satu bangku jadi kalau ada apa-apa gue bisa hubungi Lo. Boleh kan?" Dera tersenyum kecil ke arah Tama. Tama hanya cuek. Dera hanya bisa mendengus kesal.