Malam itu, suasana rumah Kinan begitu mencekam. Ayah tirinya, Dody, menariknya keluar dari kamar. Kinan meronta memanggil ibunya, berharap wanita itu mau membelanya.
Namun, sang ibu hanya berdiri di sudut ruangan, menatap tanpa ekspresi, seolah tidak ada yang bisa ia lakukan.
"Ibu... tolong, Bu!" Suara Kinan serak memohon, air matanya berderai tanpa henti.
la menatap ibunya dengan tatapan penuh harap, namun ibunya tetap diam, memalingkan wajah.
"Berhenti meronta, Kinan!" bentak ayah tirinya sambil mencengkeram tangan nya lebih keras, menyeretnya keluar menuju mobil tua yang menunggu di halaman...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Malam Panas Dengan Istri Pertama
Siska hanya tersenyum mendengar pertanyaan itu. la menyandarkan tubuh nya ke kursi dengan anggun, lalu berkata,
"Bukan karena aku nggak mampu, tapi aku memang nggak tertarik, David. Aku lebih mencintai karir ku sebagai model. Itu dunia yang benar-benar aku nikmati."
David tersenyum kecil, sedikit terpesona dengan jawaban Siska.
"Ah, pantas saja. Kamu memang punya aura model yang memikat. Tubuh mu seksi dan wajah mu juga cantik, tidak heran Tuan Aryo jatuh hati padamu," ucapnya, masih dengan nada kagum.
Siska hanya tersenyum simpul, " Anda terlalu berlebihan Tuan David, aku tidak sesempurna itu.
Melihat kesempatan itu, David pun tidak tinggal diam, dia semakin gencar untuk memikat Siska.
"Tidak Siska, kamu memang sangat cantik. Aku saja sampai terpesona olehmu."
David pun segera memanfaatkan kesempatan itu, untuk meminta nomer kontak pribadi Siska.
🌚🌚🌚
Malam semakin larut saat Siska akhirnya pulang ke rumah. Dalam keadaan mabuk, ia berjalan sempoyongan, hampir terjatuh beberapa kali. Begitu melewati pintu depan, ia langsung memasuki ruang tengah, di mana Aryo duduk sambil membaca sesuatu.
Aryo mengangkat pandangan nya, menatap Siska dengan sorot tajam.
"Dari mana saja kamu, Siska?" tanyanya dingin, dengan nada penuh kecurigaan.
Siska yang sudah setengah sadar hanya tersenyum tipis.
"Aku habis bersenang-senang, Aryo," ucapnya dengan suara
yang sedikit bergetar.
"Aku sedang bahagia sekarang karena akhirnya aku bebas. Tidak lagi terkurung di penjara ini!" lanjutnya sambil tertawa terbahak-bahak, suaranya menggema di ruang tamu.
Aryo menghela nafas panjang, menekan rasa kesalnya.
"Masuk ke kamar. Ganti pakaian mu dan istirahat" perintahnya tegas, namun nada suaranya tetap terkontrol.
Melihat Siska berjalan sempoyongan, hampir kehilangan keseimbangan, Aryo akhirnya bangkit dan menghampirinya. Tanpa berkata apa-apa, ia menggendong tubuh istrinya yang lemah, membawanya ke kamar dengan langkah mantap.
Setibanya di kamar, Aryo meletakkan Siska perlahan di atas ranjang. Namun, saat ia berbalik hendak pergi, Siska tiba-tiba menarik tubuh nya, membuat Aryo terjatuh menimpa dirinya.
Siska, dengan wajah yang masih memerah karena pengaruh alkohol, meraih tengkuk Aryo dan menariknya mendekat. Bibir mereka bertemu hingga mengejutkan Aryo.
"Aku menginginkan Mas Aryo," ucap Siska pelan, matanya memandang Aryo dengan tatapan penuh hasrat.
Aryo terdiam sejenak, mencoba mengendalikan situasi yang tiba-tiba berubah. Namun dalam diamnya, konflik dalam pikiran nya mulai berkecamuk, membuatnya harus memilih antara keinginan Siska dan harga dirinya.
Untuk sejenak, Aryo terdiam, namun perlahan ia mulai larut dalam ciuman Siska. Tanpa sadar, ia membalas ciuman istrinya, membuat suasana di antara mereka semakin hangat dan intens.
Siska yang menyadari Aryo mulai terbawa suasana, mengambil inisiatif lebih. Dengan tangan gemetar namun penuh keberanian, ia membuka satu per satu kancing baju Aryo.
Sentuhan nya lembut, namun penuh maksud, membuat Aryo tak mampu mengabaikan apa yang sedang terjadi. Aryo merasakan kehangatan menjalar di tubuhnya. Sensasi itu membuat gairahnya perlahan bangkit, meski di sisi lain pikiran nya masih berusaha melawan.
Namun dalam keintiman itu, Aryo merasa ada sesuatu yang tidak sepenuhnya benar, membuatnya berada di persimpangan antara menyerah atau melanjutkan. Akhirnya Aryo pasrah dan menikmati kebersamaan dengan Siska.
Mereka pun menikmati malam panas ini dengan gairah yang membara. Hentakan demi hentakan di lakukan Aryo, dan Siska hanya bisa mendesah dan meneriakkan nama Aryo. Namun di pikiran Aryo hanya terbayang wajah Kinan.
Bahkan saat akan mencapai puncak nya, Aryo mendesah kan nama "Kinan". Hal itu tentu saja membuat Siska marah.
'Siapa itu Kinan?' pertanyaan itu lalu berputar di pikirannya.
...🌞🌞🌄🌞🌞...
Pagi itu, Kinan tiba di kampus seperti biasa, di antar oleh Pak Danang. Mobil berhenti di depan gedung utama, dan saat Kinan turun, dia langsung di hampiri oleh Niko, ketua BEM yang terkenal playboy dan suka tebar pesona pada mahasiswi kampus.
Kinan sebenarnya merasa malas untuk berbicara dengan Niko. Bukan karena dia tak suka, tetapi dia takut Salsa-gebetan Niko akan kembali mencari masalah. Namun, Kinan juga merasa sungkan untuk menghindar.
"Pagi, Kinan. Di anterin siapa tadi?" tanya Niko dengan nada ramah, tetapi terlihat sedikit kepo.
Kinan mencoba tersenyum sopan meski canggung. "Eh, Mas Niko. Aku di anterin sopir, Mas. Ada apa ya, Mas?" jawabnya hati-hati.
"Oh, nggak ada apa-apa kok,"
Niko tersenyum santai. "Cuma kangen aja, udah lama nggak ketemu kamu. Maklum lah, aku kan ketua BEM, jadi sibuk banget."
Kinan hanya mengangguk kecil, bingung harus merespon apa. Dia merasa Niko terlalu percaya diri, dan hal itu membuat Kinan merasa risih.
"Oh ya, Kinan. Gimana kuliah nya? Aman aja kan? Nggak ada yang ganggu atau gimana?" tanya Niko, kali ini lebih serius, mencoba mencairkan suasana sekaligus mendekatkan diri.
Kinan agak terkejut dengan perhatian Niko yang tiba-tiba, tetapi dia berusaha menjawab dengan tenang.
"Aman, Mas. Nggak ada masalah, kok."
Padahal dalam hati Kinan ngedumel, 'Nggak aman gara-gara kamu tau.'
Mereka berbicara sebentar, dengan Niko yang terlihat berusaha mengakrabkan diri. Meski begitu, Kinan hanya berharap percakapan ini tidak berlangsung lama. Dalam hatinya, dia merasa resah, takut interaksi nya dengan Niko akan menjadi bahan gosip yang sampai ke Salsa.
Untung nya, tak lama kemudian, Sally datang menghampiri Kinan. Menangkap isyarat dari tatapan Kinan yang memohon bantuan, Sally segera beraksi.
"Kinan, ayuk! Katanya mau nemenin aku ke perpustakaan, keburu jam kuliah di mulai, lho," ucap Sally dengan nada setengah mendesak.
Sally lalu melirik ke arah Niko dan, tanpa ragu, berkata,
"Maaf ya, Mas Niko, saya pinjam Kinan sebentar. Mau saya suruh nemenin ke perpus."
Tanpa menunggu jawaban dari Niko, Sally langsung menarik tangan Kinan dan mengajaknya pergi. Setelah mereka agak menjauh, Kinan akhirnya bisa bernafas lega.
"Makasih ya, Sal," ucap Kinan dengan tulus.
Namun Sally langsung mengubah ekspresi nya menjadi kesal, menatap Kinan dengan tegas.
"Kamu itu ya, jadi orang jangan terlalu nggak enakan, Kinan. Kalau kamu merasa nggak nyaman ngobrol sama seseorang, ya udah tinggal pergi aja, cari alasan! Ngapain juga kamu masih ngeladenin si ketua BEM nggak jelas itu. Nanti kamu dikerjai lagi sama Salsa, lho!"
Kinan hanya mengangguk kecil, menyadari kalau Sally benar. Sekali lagi, dia mengucapkan terima kasih kepada sahabat nya itu karena sudah membantunya keluar dari situasi canggung.
🍃🍃🍃🍃🍃
Hari ini tidak ada jadwal kuliah dari Mas Aryo. Sudah dua hari dia juga tidak datang ke vila, dan Kinan mulai merasa ada yang berbeda. Ada rasa rindu yang aneh menyelusup setiap kali dia mengingat sosok Aryo.
'Apa aku mulai jatuh cinta sama Mas Aryo?' tanya Kinan dalam hati, mencoba menganalisis perasaan nya sendiri.
"Ah, nggak mungkin, Masa iya aku secepat itu jatuh cinta?" gumam nya lagi,.berusaha mengelak.
tunggu klnjutannya,klw bisa up bnyak ya thor
lanjutkan kk..bgus crtanya ini