LOVASAINS

LOVASAINS

GARA-GARA TELAT

Hari ini tanggal 7 Februari 2023 dan tujuh hari hari Valentine. Enak iya yang punya pacar di kasih surprise sama pacarnya sedangkan gue, boro-boro surprise pacar saja nggak punya. Nasib jadi cewe tomboy jarang ada cowok melirik gue. Ah, bodoh amat gue cari pacar juga yang tulus mencintai gue dan bisa langsung sampai ke pelaminan dan itu namanya cinta sejati.

Senin. Awal kegiatan untuk melakukan rutinitas dan hari Senin juga adalah hari yang menyebalkan tak terkecuali Dera. Bagaimana tidak sebal jadwal yang membuat otak di kuras habis-habis. Matematika, Kimia, Fisika. Itu hitungan semua apalagi semua mata pelajaran itu guru killer semua. Ngebayangin jadwal tersebut membuat kepala Dera pusing tujuh keliling. Dari dulu dia tidak mau masuk IPA melainkan Bahasa, namun orang tuanya bersikeras agar gue masuk IPA dengan alasan nanti kalau masuk Universitas gampang.

“Ya Tuhan jam setengah tujuh lebih lima. Gila, bakalan telat gue. Mana jalanan macet lagi. Sial!” Dera langsung meraih tas ransel warna hitam dan langsung berlari ke bawah menuju meja makan. Langsung saja dia comot roti bakar dengan selai strawberry.

“Dera, semalam kamu pulang jam berapa?” tanya mama Dera saat anaknya lahap makan roti bakar dengan terburu-buru.

“Tenang, Ma. Dera tadi malam pulang nggak telat kok, jam sepuluh baru nyampai rumah.” Jawab Dera santai sambil melahap roti bakar yang masih setia di mulutnya.

“Jangan bohong ke mama. Tadi malam bioskop Avatar saja main jam sembilan dan kata Derren baru selesai jam sebelas. Mama nunggu sampai jam dia belas belum pulang juga. Dera, kamu ini perempuan! Kalau terjadi apa-apa bagaimana? Orang tua yang bingung. Baiklah, mama tegaskan sekali lagi untuk nonton bioskop di larang jam sembilan malam. Titik tidak pakai koma dan tanda seru.”

Dera hanya terdiam saat mama memarahinya.

Dasar Derren si kompor meleduk sudah di kasih uang tutup mulut masih saja kompor. Awas lo! Gue bikin sapi panggang baru tahu rasa. Batin Dera kesal.

Tin … Tin … Tin …

Bunyi klakson mobil membuyarkan lamunan Dera. Dua puluh menit lagi dia harus sampai di sekolahan.

“Sial, Gue telat! Ma, Dera berangkat dulu!” Dera menyalami mamanya.

Melihat Dera terburu-buru mama Dera hanya bisa geleng-geleng kepala. Beruntung papanya tidak ada di sini masih sibuk dengan tender di Jakarta. Jika papanya tahu anak gadisnya pulang telat bisa di hukum dia mengingat papa Dera sangat disiplin.

“Urusan mama dan kamu belum selesai, Dera.” Mama mengingatkan.

“Itu bisa diatur, Ma. Dah … Mama!” Dera langsung berlari.

Bruk …

Gadis itu jatuh terpeleset di depan ruang tamu.

“Iya ampun! Siapa sih yang taruh air di lantai? Pantat gue jadi sakit, Nih!” Rintih Dera dan perlahan bangkit sesekali dia meringis kesakitan. Dera melihat banyak genangan air yang tumpah.

“Ini pasti ulah Derren si kutu kampret itu! Bumi telan aku! Aku tidak sanggup jika mempunyai adik se nakal dia.” Dera hanya bisa pasrah sambil menepuk jidatnya. “Aish … rok gue jadi basah kan. Mana mau upacara bendera lagi. Tidak lucu jika banyak teman-teman menganggap diriku sedang ngompol. DEREEN! AWAS IYA LO!” Teriak Dera kesal.

Dera langsung buru-buru masuk ke dalam mobil. Di sana Derren dan pak Anton sopir sudah menunggu. Dera memasang wajah marah sedangkan Derren memasang muka polos.

“Woi, si kompor meleduk lo sudah gue kasih uang tutup mulut bukan? Kenapa lo kasih tahu mama kalau gue nonton bioskop malam. Sialan lo, Derr!” Dera memarahi adiknya.

Derren dengan earphone nya cuek tidak memedulikan perkataan Dera. Melihat tingkah Derren yang cuek langsung saja Dera mencopot earphone secara paksa dari telinganya. Memang Derren bilang kepada mamanya. Wajar karena uang tutup mulut yang di berikan kakaknya itu gopek. Buat apa? Nggak ngeyangin perut. Beli es cincau station juga nggak cukup, woeh. Dera memang tidak sadar diri.

“Kalau kakak ngomong dengerin! Lo juga tanggung jawab, kalau muntahin air itu di pel, kakak yang kena. Kepeleset tahu! Mana hari ini upacara! Duh, nyebelin jadi adik.” Dera masih mengomel.

“Bawel lu jadi kakak!” jawab Derren singkat, padat dan jelas lalu mengambil lagi earphone yang di ambil Dera. Langsung saja dia pakai di kedua telinganya. Memutar lagu kesukaannya Stay oleh The Kid Laroi and Justin Bieber daripada harus mendengar omelan kakaknya yang bagai kerupuk rombeng. Bikin suasana pagi hari nggak mood.

Dera masih menatapnya kesal, benar-benar kesal. Rasanya ingin jitak kepala adiknya ini. Ternyata hari ini adalah hari sial bagi Dera. Entah dia mimpi apa tadi malam. Semoga saja di sekolah dia tidak sial lagi.

“Lo ini harusnya bersyukur punya kakak kayak gue. Perhatian, baik sama lo tapi lo juga jangan air susu di balas air tuba kayak gini,” Dera masih setia mengomel dan menyindir Derren.

"Kak Dera, Lo bisa diem? Berisik mulu." Dereen mulai meninggikan suaranya, dan melirikku sekilas dengan tatapannya yang tajam.

Dera berdecak geram, "Gue kesel sama lo." Aku melipat tangan di depan dada, ku tatap adikku dengan wajah cemberut, cowok itu hanya melirik sekilas tanpa menghiraukan. “Pak Anton, ngebut dikit! Telat nih! Oh iya, antar aku duluan saja. Si Derren belakangan.”

“Woi … Woi … tidak semuda itu Ferguso. Lo tahu sendiri sekolah gue duluan. Masa iya pak Anton muter-muter dulu. Ih, gila lo Kak!” Derren protes.

“Bodoh amat. Pak Anton ke sekolahku dulu!”

“Jangan pak Anton! Saya dulu.”

“Saya dulu, pak Anton!”

“Ih … kakak, gue dulu!”

Dan terjadi perdebatan antara mereka berdua. Pak Anton jadi stres apalagi jalanan Surabaya macet di tambah anak majikannya yang dari tadi ribut dan debat terus.

Ccitt …

Dera dan Derren terpental ke depan karena pak Anton merem mendadak.

“Sudah jangan berdebat Nona dan Tuan muda. Sesuai map yang ada. Tuan muda Derren yang lebih dulu saya antar ke sekolah dan benar katanya, saya tidak mungkin mutar-mutar jalanan Surabaya nanti bukanya malah sampai telat iya.” Pak Anton berkata dengan nada tegas.

“Tuh dengerin pak Anton ngomong!”

Dera hanya terdiam dan seonggok hati yang berisi komponen bom atom yang ingin meledak. Benar-benar Derren buat Dera kesal.

***

Langkah Dera berlari dengan cepat kemungkinan tidak terlambat tapi saat menuju gerbang, aku benar-benar terburu-buru sampai-sampai membuat Dera  hampir saja jatuh terpeleset, tapi untunglah refleks ku lebih cepat sehingga aku bisa langsung berpegangan dengan pilar terdekat, pilar beton yang di cat putih dengan perpaduan warna krem, dan sudah pasti kuat untuk menopang tubuhku.

“Haduh, telat lagi.” Terdengar suara lantang. Siapa lagi kalau bukan pak Dono security yang terkenal nyentrik.

“Hehehe.” Dera hanya bisa terkekeh melihat satpam Dono melihatnya dengan tatapan sinis. “Pak Dono yang baik hati dan tidak sombong ijinkan saya masuk. Please.” Dera memohon.

Hening seketika dan datang motor sport hitam milik Keenan. Bad boy yang terkenal di sekolahan. Dera hanya bisa menghela nafas, di saat genting si Keenan muncul. Keenan datang tanpa ada rasa takut. Gila cowok ini sudah tahu terlambat masih saja gaya cool dan santai.

“Hadeh, dua sejoli ini sama saja.” Sindir pak Dono.

“Pak bukain pintu, dong!” Keenan nyelonong. “Seratus ribu buat bapak.” Keenan memberikan uang berwarna merah ke pak Dono.

Dera terbelalak melihat aksi Keenan.

“Eits …”

Uang seratus ribuan langsung di ambil paksa oleh Bu Guru Yasmin yang datang tiba-tiba. Keenan gila bisa-bisanya tuh cowok, nyogok pak Dono.

“Tidak ada ceritanya murid terlambat menyogok uang.” Bu Yasmin dengan kaca mata tebalnya memandang Keenan dan Dera. “Kalian lagi … kalian lagi. Dua sejoli yang sering terlambat saat upacara. Kalian lihat bendera Sang saka merah putih sedang berkibar? Apa kalian tidak malu sebagai murid tidak bisa melihat proses bendera berkibar.” Bu Yasmin menunjuk ke arah atas.

Dera dan Keenan melihat bendera merah putih berkibar.

“Halah Bu, nanti Senin bisa lihat kembali. Begitu saja repot.”

“Keenan. Haduh, tahan nafas … tahan! Kalau kamu bukan anak donatur terbesar disini saya bisa memukul kamu.”

“Pukul saja, Bu apa susahnya.” Tantang Keenan.

Dera langsung mencolek lengan Keenan.

“Lo gila nantang Bu Yasmin.” Dera melotot.

“Biarin. Biar gue bisa di hukum sama lo. Lo juga terlambat bukan. Dera, Lo belum jawab cinta gue. Gue nggak mau penolakan.”

“Amit-amit gue sama lo. Gue nggak suka sama cowok berandalan tidak sopan dengan orang tua. Mau jadi apa Lo, Kee”

Melihat dua sejoli yang ada di depannya Bu Yasmin tertunduk sambil menurunkan kaca mata tebalnya.

“Ehem … di larang bisik-bisik. Keenan dan Dera. Masuk kali ini ibu Yasmin akan memberi kelonggaran untuk kalian tapi setelah upacara selesai kalian harus baca pantun semua kelas dua belas.”

Dera langsung kaget. What? Harus keliling semua kelas dan dengan lihai membaca pantun. Mau di taruh mana muka Dera?

“Sama Dera juga, Bu?” Keenan menunjuk ke arah Dera.

“Betul. Keenan kau adalah anak IPS jadi baca pantunnya sesuai dengan bidangmu entah Sosiologi, geografis, sejarah, ekonomi dan kamu Dera sama entah fisika, biologi, kimia.”

“Kalau sejarah percintaan saya dengan Dera. Bagaimana Bu Yasmin?” Goda Keenan.

Manusia ini apa-apaan sih? Nggak lucu. Gue nggak suka masih saja di kejar. Kalau gue manfaatin dia oke juga kali iya. Keenan kan seperti artis di sekolahan jadi jika gue pacaran sama dia, gue ikutan artis. Ah, nggak gue bukan cewek yang mempermainkan cowok. Batin Dera sambil menatap Keenan.

Keenan menyadari jika cewek yang di cintainya itu sedang memandang dirinya. Senyuman mengembang di wajahnya.

“Tunggu, kamu pacaran sama Dera?”

Keenan hanya tersenyum. Dera dengan wajah tegangnya hanya melambaikan tangannya. Dera menyenggol lengan Keenan dengan keras. Sebagai wujud ketidak kesukaannya.

Upacara masih berlangsung. Dera dan Keenan baris di belakang. Hanya dia dan Keenan yang terlambat.

“Dera, Lo habis ngompol?” Keenan melihat rok Dera yang belakang basah. “Gila kamu, Ra. Cewek yang gue cintai masih ngompol. Memalukan banget sih Lo! Nggak ada rok cadangan? Jangan sampai semua orang menertawai Lo. Gue nggak terima.

“Emang urusan buat, Lo. Kalau nggak tahu jangan banyak omong. Rok cadangan gue ada di tas. Hei, lo kenapa sih bilang ke Bu Yasmin seolah kita pacaran. Gue udah bilang sama Lo kalau ….”

“Kalau Lo cinta gue kan, Dera.” Keenan langsung memotong pembicaraan Dera. Sudahlah jangan malu-malu. Banyak cewek yang suka gue tapi lo harus bersyukur kalau gue memilih Lo.” Keenan dengan percaya dirinya. Dari kelas X Keenan memendam cinta ke Dera. Entah kenapa cewek ini punya karisma yang kuat.

“Nggak. Aku bilang nggak.”

“Ehem …” Bu Yasmin berdehem memeringatkan kedua insan yang di mabuk asmara agar tidak heboh. “Hormat.” Perintah Bu Yasmin sekali lagi.

“Dasar cowok aneh. Kaya’ nggak punya cewek lain saja. Hei, Lo tahu Natasya ketua OSIS, bukan? Dia lebih cantik, seksi, bodinya kaya’ gitar spanyol. Sempurna. Lo bisa pacarin dia.”

“Nggak mau. Habis uang jajan gue buat tuh cewek. Jajanan buat balap motor gue ludes, skincare, belum ngajak dia ke mall. Haduh, nggak. Mending buat Lo saja.” Keenan tersenyum genit ke arah Dera.

Muka Dera bagai kepiting rebus. Nih cowok serius nggak sih? Tapi Dera tidak punya perasaan apa-apa ke Keenan. Kasihan juga melihat si Keenan cintanya bertepuk sebelah tangan. Namun, itulah hati tidak bisa di bolak-balikkan.

Setelah selesai upacara, Dera langsung ganti rok dan kembali menerima hukuman dari Bu Yasmin. Kali ini hukumannya bukan pantun tapi gombalan. Astaga, hari ini hari sial buat Dera.

“Kalian sudah siap apa gombalan untuk teman-teman kalian?”

Dera gugup. Rasanya malu jika bergombal ria mengelilingi kelas XII. Memalukan sekali apalagi hukumannya dengan Keenan. Ah, pasti banyak teman-teman mengira Dera ada hubungan.

“Kalau saya siap, Bu. Nggak tahu dengan Dera.” Keenan menatap Dera.

“Saya siap, Bu Yasmin.” Jawab Dera dengan mulut sedikit bergetar. Dera malu sekali dan tidak bisa membayangkan harus menggombal di seluruh kelas XII.

“Apa kamu tahu perbedaan kamu sama Alkana? Kalau Alkana kan rumus kimianya CnH2n+2, kalau kamu itu rumusnya C1n+4 \= cinta.” Dera mulai menggombal pertama di XII-1.

Muka Dera benar-benar bagai kepiting rebus, harga dirinya seolah di injak-injak. Rasanya dia ingin pingsan. Malu. Banyak sorakan anak-anak menggema di seluruh kelas.

“Gantian Keenan, dong.” Celoteh Natasya yang mengidolakan si Keenan.

Melihat Dera tertunduk malu, langsung dia menggeser tubuhnya dekat dengan Dera dan memegang tangannya.

“Jangan bergerak.” Keenan mengedipkan kedua tangannya. Lelaki ini membuat Dera pusing. “Seandainya sekarang adalah tanggal 28 Oktober 1928, aku akan ubah naskah Sumpah Pemuda menjadi Sumpah Aku Cinta Kamu”

“Cieh … cieh Keenan sama Dera! Jadian saja nggak usah lama-lama” Teriak Teddy teman sejawat gang Dewa Riders.

Keenan sangat senang tidak dengan Dera.

Hari ini aku sial! Aku ingin pindah di planet Mars saja kalau seperti ini.  Batin Dera yang meronta-ronta.

Melihat Keenan sangat mesra dengan Dera, Natasya sangat cemburu, dia harus mendapatkan Keenan.

Dera dan Keenan kembali melanjutkan hukumannya dan menyelusuri satu persatu kelas XII.

 

 

Terpopuler

Comments

bee happy

bee happy

ayoo lanjutkan Thor,

2023-09-16

0

bee happy

bee happy

adik gila. kok candu banget ceritanya

2023-09-16

0

Titius Kurnia Dinata

Titius Kurnia Dinata

Jadi pengen bisa nulis kaya gini

2023-08-28

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!