Gwen, seorang pembunuh bayaran kelas kakap, meregang nyawa di tangan sahabatnya sendiri. Takdir membawanya bertransmigrasi ke tubuh Melody, seorang istri yang dipandang rendah dan lemah oleh keluarga suaminya. Parahnya, Melody bukan meninggal biasa, melainkan korban pembunuhan di tangan salah satu anggota keluarga.
Bersemayam dalam tubuh barunya, Gwen bersumpah akan membalas semua derita Melody dan membuat suaminya tunduk padanya. Saat ia mulai menelusuri kebenaran di kediaman utama keluarga suaminya, satu per satu rahasia mengejutkan terbongkar. Dendam juga menyeret sahabat lamanya yang telah mengkhianati dirinya.
Ketika semua pembalasan tuntas, Gwen menemukan kebenaran yang mengguncang tentang suaminya. Marah, namun pada akhirnya ia harus mengakui, cinta telah mengalahkannya. Merasa suaminya tak mencintainya, Gwen memilih ingin menyerah, akankah dia benar-benar melepaskan segalanya? Apakah ia akan berakhir bahagia?
Penasaran?! Yuk baca👆👆
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon queen_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Berhasil? atau Gagal?
...Selamat Membaca...
.......
.......
Di kamar miliknya, Bella tiba-tiba terbangun. Tubuhnya yang tanpa sehelai benang terasa amat sakit dan remuk, kepalanya sangat pusing, dan ia juga merasa sangat sakit di bagian itu.
Bella melirik ke sebelah kasurnya. Kosong, itu lah yang ia dapatkan. Rasa panik mulai hinggap di hatinya. "Apa aku gagal? Di mana Damian? Bukannya semalam....?"
"Damian~"
"Pergi!"
Bella tertawa sinis. Mengelus rahang Damian lembut. "Mengapa di kondisi seperti ini kau masih saja menolakku?"
"Apa kau tidak membutuhkan bantuan ku heem?" Bella berganti menggenggam tangan Damian. "Aku bisa membantumu Damian~"
"Aku tidak membutuhkan mu sialan!"
"Kau–Eeemph.."
"Setelahnya apa yang terjadi?" Bella mengacak rambutnya frustasi. "Apa rencanaku gagal?!"
Bella menggigit kukunya panik, "Tidak boleh! Rencana ku tidak boleh gagal!"
Ia melihat ke sekeliling kamar. Sebuah benda di atas nakas menarik perhatiannya. Sudut bibirnya tertarik ke atas. Rasa panik yang tadi melanda seketika lenyap digantikan rasa senang bukan kepalang.
Bella mengambil benda itu. Melihatnya dengan sorot berbinar. "Jam tangan ini ....milik Damian." Senyum bahagia tak lagi bisa ditahan. "Itu artinya, tadi malam ....aku dan Damian ....benar-benar melakukannya."
Semburat merah seketika muncul di pipinya. Bella merasa malu namun juga mersa kesal mengapa bisa ia tidak mengingat adegan yang seharusnya menjadi momen paling bahagia di hidupnya.
"Dengan jam tangan ini sebagai bukti ....aku bisa meminta pertanggung jawaban pada Damian. Dia pasti tidak akan bisa mengelak dengan adanya bukti ini."
Ingin rasanya Bella berteriak, akhirnya ... setelah sekian lama, momen yang paling ia tunggu dimana ia dan Damian bisa tidur bersama terjadi.
"Tapi kenapa dia langsung pergi?" Bella terdiam sejenak. Karena memang ketika terbangun ia tak menemukan Damian di sampingnya.
"Tidak masalah. Tenang Bella. Damian pasti takut ketahuan oleh orang-orang." Bella tertawa pelan. "Melody, sebentar lagi aku akan mendapatkan Damian sepenuhnya! Lalu setelah itu aku akan menyingkirkan mu dari posisi nyonya Damian!"
Bayang-bayang hidup bahagia bersama Damian terus bermunculan di kepala Bella. Bagaimana nantinya ia akan hidup bahagia bersama anak-anaknya. "Sebentar lagi ...Damian~ Kau akan jadi–"
"Bella!"
Khayalan Bella seketika buyar. Pintu kamarnya yang tiba-tiba di buka secara kasar mebuatnya terkejut.
"Mama?" Bella cukup terkejut mendapati Aliya yang menghampirinya dengan wajah panik. "Ada apa ma? Kenapa panik begitu? Bukannya semua berjalan seduai rencana?"
Bella tertawa, "Sebentar lagi akan ada kabar jika kedua putra dari Damian, seorang pembisnis tersohor ditemukan tewas seketika. Dan saat itulah–"
"Hentikan omong kosong mu itu!"
Bella tersentak kala Aliya membentaknya. "Kenapa mama memarahi ku?!"
Aliya menatap datar ke arah Bella. Selimut yang dinaikkan hingga batas leher membuatnya menjadi curiga pada sang putri. "Kau tidak pakai baju? Apa semalam kau tidur bersama–"
"Tidak!" potong Bella cepat. "Semalam aku memang sengaja tidak pakai baju saat tidur, aku merasa gerah, iya ...aku tidak tidur dengan siapa pun seperti yang mama pikirkan!"
Mama tidak boleh tahu sampai nanti aku akan meminta pertanggung jawaban dari Damian. Aku akan sembunyikan ini dulu. Pasti akan sangat seru jika sekua orang tiba-tiba terkejut nanti. Bella tersenyum singkat pada Aliya. Mencoba meyakinkan sang mama bahwa memang tidak terjadi apa-apa padanya.
"Jadi ada apa mama tiba-tiba datang ke sini?" tanya Bella.
Aliya terdiam sejenak. Ia melirik pintu dan langsung menutupnya. Kemudian duduk di tepi kasur Bella. Menatap Bella dengan begitu serius. "Tadi, saat sarapan ..."
"Siapa lagi yang akan kita tunggu kakek?" Robert bertanya dengan nada malas. "Semua orang sudah ada di sini. Kecuali Damian dan Melo–"
"Mereka tidak akan turun."
Semua orang menoleh pada sumber suara, dimana Mama Audrey datang membawa dua orang. Semua tampak biasa saja, kecuali ... Aliya.
"Bagaimana bisa? Bocah tengil itu?! Ba–bagaimana bisa mereka ada di sini?! Bukankah semalam mereka sudah di bawa oleh orang suruhan ku?!" Kalimat itu tentu Aliya ucaokan dalam hati. Namun ekspresi terkejut tak bisa di sembunyikan dari wajahnya.
"Aliya? Kenapa terkejut begitu?"
Suara Kakek Abimanyu berhasil memecah lamunan Aliya. Ia tersenyum kikuk sambil menatap si kembar dengan tatapan tak percaya. "Bagaimana bisa mereka masih hidup?" gumamnya sangat pelan.
"Apa?!" Bella menatap Aliya dengan khawatir. "Bagaimana bisa?! Aku sudah memastikan jika kedua bocah tengil itu di bawa oleh orang suruhan kita ma! Bagaimana bisa gagal?!"
"Mama juga tidak tahu, tiba-tiba saja mereka sudah berada di kediaman dan bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa."
"Aku tidak peduli mereka hidup atau tidak! Yang terpenting rencana ku menjebak Damian sudah berhasil. Toh kedepannya aku juga akan menjadi ibu sambung mereka saat Damian menikahiku." Bella tak benar-benar khawatir soal itu. Ia hanya pura-pura terkejut agar Aliya tidak marah padanya.
"Bella! Mengapa melamun?!"
"Aa.. maaf ma. Aku hanya sedang memikirkan bagaimana mereka bisa kembali dengan selamat?"
"Benar. Mama juga memikirkan hal yang sama. Tapi yang terpenting, kita harus selalu mengawasi mereka agar kedua bocah tengil itu tidak buka suara!" Aliya mengepalkan tangannya, sorot matanya menjadi begitu tajam. "Sialan! Padahal sedikit lagi kita akan berhasil menyingkirkan mereka!"
.... ...
.... ...
...hayooo.... siapa yang udah suuzon kalau si kembar beneran di culik? Kan udah dijagain papi Damian🤭🤭...
dan Damian juga Gwen seperti terhubung sesuatu dimasa lalu 👍