Memiliki suami tampan, kaya dan mapan, serta hidupnya diratukan, adalah impian semua perempuan. Seperti Elena yang tiba-tiba berubah menjadi Elea, istri dari Anres Alvaro Tanujaya, serta ibu dari si cantik Arabella. Hidup Elena pun berubah bak seorang ratu dari negeri dongeng.
Tapi, bagaimana jika semua itu hanya pinjaman. Bagaimana jika satu saat pemilik sahnya datang, dan meminta kembali semua yang sudah dipinjamkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 07
Malam sudah kian larut. Tapi, sepasang matanya belum juga merasakan kantuk. Sesekali ia menyapu wajah cantik Arabela yang lelap dalam dekapannya. Saat menatap wajah yang tenang itu, ada dua rasa yang saling bertentangan dan hadir secara bersamaan dalam dirinya.
Rasa bersalah karena telah membohongi seorang anak yang tak berdosa. Serta rasa sayang yang membuatnya tak ingin meninggalkan.
Apapun namanya, dan apapun alasannya kebohongan adalah sebuah kesalahan. Keterpaksaan tetap tidak bisa dijadikan pembenaran untuk sebuah kebohongan. Tapi, jika dalam kebohongan yang ia perankan, ada satu sisi nilai kebaikan yang diterapkan, mungkin, mungkin saja dengan itu bisa sedikit menutupi rasa bersalah, karena telah melakukan kebohongan. Demikian pikir Elena saat membelai lembut pipi gembul Arabela yang lena dalam tidurnya.
Rasa sayang, hadir begitu besar dalam dirinya untuk putri kecil Anres itu. Adanya rasa itu bahkan sampai membuatnya merasa heran, hingga sampai pada pemikiran, kalau mungkin saja ada ikatan batin antara dirinya dan Arabela. Tapi, ikatan batin dari mana. Sedangkan ia tak pernah tahu pada Arabella sebelumnya. Nasib saja yang sedang mempermainkan Elena karena ia memiliki kemiripan wajah dengan Elea.
"Jika semua tentang aku di rumah ini adalah bohong. Tapi, rasa sayangku padamu, tidak bohong, Nak. Kupastikan mulai saat ini kau tak akan pernah kehilangan kasih sayang ibumu," bisik Elena sambil mencium lembut kening Arabela.
Akhirnya, setelah memastikan kalau Arabela sudah pulas dalam tidurnya, sedangkan Elena tetap belum merasa mengantuk. Wanita itu pun bangkit secara perlahan dan berjalan keluar dari kamar.
Niatnya hanya ingin duduk saja sendirian untuk mengganti topik pembahasan dalam pikiran yang dari tadi tak menemukan ujung penyelesaian. kemudian langkahnya tertuju ke taman samping rumah, yang tadi siang sempat ia lihat sangat indah.
Akan tetapi langkahnya terhenti saat hendak melewati pintu samping karena ternyata sudah ada yang mendahului menikmati indahnya pemandangan taman hijau yang benderang dengan pencahayaan.
Anres Alvaro
Melihat kalau lelaki itu yang ada di sana, Elena berbalik arah, dan memutuskan hendak ke kamarnya. Ia tak ingin mengusik Anres yang pasti ingin sendiri saja. Seperti tadi yang sempat diuraikan oleh Edward, bahwa putra Tanujaya itu menenggelamkan diri dalam kegelapan dan kesendirian, sejak dunianya tak lagi terang. Namun, tiba-tiba ..
"Kenapa hanya berdiri saja?"
"Ehh."
Kaget. Elena sangat kaget dengan pertanyaan itu. Padahal ia yakin, Anres tak akan tahu kalau ia ada di sana. Karena lelaki itu tidak bisa melihat, dan Elena juga melangkah sangat pelan, hampir tak menimbulkan suara. Ditambah lagi posisi Anres yang membelakangi pintu, semakin menguatkan keyakinan Elena kalau lelaki itu tak akan melihatnya.
Ternyata.
"Ini tempat favorit kita, Elena. Kau sudah lupa?" ucap Anres lagi, karena merasa kalau Elena hanya diam saja. Bahkan kini terlihat Anres berbalik badan, dan menghadap tepat ke arah Elena yang masih berdiri tercengang. Wajah rupawan itu, terlihat begitu bersinar, di antara terang lampu taman. Dan netra coklatnya begitu meneduhkan, meski sepasang mata itu, hanya seperti raja yang tanpa mahkota dalam diri Anres.
"Kau bisa melihatku? ... em maksudku, kau tau kalau aku ada di sini?" tanya Elena dengan perasaan was-was.
"Aku tidak bisa melihatmu. Tapi, aku bisa merasakanmu," sahut Anres.
Merasakan, dia bilang merasakan aku ada, meski tidak bisa melihatku. Apa dia juga bisa merasakan kalau aku adalah Elea palsu. Kalau memang iya, kenapa ia hanya diam saja.
Elena bermonolog dalam hati. Sedangkan pandangannya tak beralih dari wajah Anres yang tampan dan rupawan secara bersamaan. Ada satu sisi dalam hatinya yang merasa bergetar, mungkin karena telah terpesona pada keindahan wajah sang Adam.
"Kau mendengarku, Elea?"
"Ah i-iya, a-aku dengar," sahut Elena gugup. Pasalnya, wanita itu justru sibuk dengan pemikirannya sendiri, yang membuat kemungkinan-kemungkinan tak pasti. Dan kini ia jadi merutuki diri Karena perasaannya yang belum bisa dikondisikan, hingga selalu gugup saat berada di depan Anres.
Tak hanya itu, Dalam hati juga ia merutuki Elea yang asli. Kenapa istri Anres itu memilih pergi. Dan Elena harus terjebak menjadi Elea saat ini. Padahal demi apa pun, Anres tampannya tak terbantahkan. Wanita sebodoh apa yang mau meninggalkan suami semenawan Anres Alvaro Tanujaya ini.
Ada pula satu sisi dalam dirinya yang lain, yang malah bersorak karena Elea yang asli itu pergi. Karena dengan itu ia menjadi punya suami dadakan semenawan ini. Dan sisi lain dalam diri Elena tersebut, bernama menang sendiri, lebih spesifiknya lagi, disebut tak tahu diri.
"Kau masih terdengar gugup," tukas Anres. Dan hal ini membuat Elena terhenyak. Ia sadar betul, kalau
Anres pria dewasa dan berdedikasi, pintar dan cerdas itu sudah pasti. Hal itu terlihat dari deretan buku-buku di ruang baca tadi yang mayoritas memiliki judul bahasa asing. Maka Anres tentu tak akan mudah dibodohi.
Jika Ranti dan Indah, atau pun Arabella percaya, kalau Elea di hadapan mereka saat ini adalah asli, itu sudah bisa diketahui apa penyebabnya. Karena Elena memang memiliki kemiripan wajah dengan Elea.
Maka bisa dikata wajar, jika Elena kini ditahbiskan sebagai Elea yang mungkin telah pergi.
Tetapi Anres, tentu tak hanya akan menilai dari sisi kesamaan wajah saja--kalau pun ia bisa melihat--Ia tentu ia tak akan berpikir sesederhana Ranti dan Indah. Apalagi sebagai pria yang tak bisa melihat, ia pasti akan cenderung menggunakan rasa atau hatinya, untuk membedakan. Seperti apa yang ia ungkapkan barusan. Bahwa ia tak bisa melihat Tapi, bisa merasakan. Maka Cepat atau lambat, lelaki itu akan menyadari, kalau wanita yang berada di depannya kini, bukanlah Elea, istrinya selama ini.
Bahkan bisa jadi Anres juga sudah menyadarinya saat ini, ketika berkali-kali Elena terdengar gugup saat ditanyai. Karenanya, Elena segera antisipasi. Sebelum kebohongannya terdeteksi.
"Emm ma'afkan aku, Anres. Aku hanya ..." Niat Elena ingin mengakui saja semuanya. Tapi, Anres justru memangkas apa yang dikatakan oleh wanita tersebut dengan pertanyaannya.
"Abel sudah tidur?"
"Iya, dia sudah tidur," sahut Elena cepat. Dia tak ingin terdengar gugup lagi saat menjawab. Bahkan kini Wanita itu maju dua langkah.
"Kau sendiri, kenapa belum tidur?"
"Aku? aku tidak bisa tidur." Tapi kali ini kegugupan kembali menyergap, meski frekuensinya tak seperti sebelumnya. Pasalnya ia merasa kalau Anres menatapnya tanpa jeda. Padahal ia tahu kalau pupil coklat pekat pria itu tak bisa melihat. Namun, tak urung membuat jantungnya kian kuat berdetak.
Apa yang terjadi dengan Elena.
"Bisakah, kau temani aku di sini sebentar?" pinta Anres.
"Eh." Awalnya Elea kaget, dan langsung merasa exited. Tapi, kemudian ia teringat, kalau saat ini perannya adalah sebagai istri Anres. Jadi, sangat wajar jika seorang suami meminta pada istrinya untuk ditemani.
"Bisa." Elena segera maju dan memilih tempat duduk tak jauh dari posisi Anres saat ini berdiri. "Jika kau ingin duduk, mari aku bantu." Wanita juga menawarkan bantuan.
"Aku bisa sendiri," tolak Anres pelan. Lelaki itu bahkan beringsut dan memilih posisi duduk. Tepat, Anres duduk dengan tepat, tanpa harus meraba-raba sebelumnya.
Satu hal dari Anres yang kini dipahami oleh Elena, bahwa lelaki itu tidak mau dibantu, jika masih mampu untuk melakukan sendiri. Meskipun ia tak bisa melihat saat ini.
"Sudah lama." Ucapan singkat Anres memecah keheningan yang sempat meraja beberapa saat.
"Iya, sudah lama kita tidak duduk di sini." Elena menyahuti sambil mengawasi raut wajah Anres. Kawatir jika ucapannya barusan salah.
"Sudah lama kita tidak punya waktu bicara , Elea."
TET TOT
kalau dilihat dari crita awal ny si ada bawa2 bama Pramudya corp..
semangat ya...