NovelToon NovelToon
Ibu Sambung Kekasihku

Ibu Sambung Kekasihku

Status: tamat
Genre:Fantasi Wanita / Tamat
Popularitas:294
Nilai: 5
Nama Author: Sansus

Ini salah, ini sudah melewati batas perkerjaan ku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sansus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kelembutan

Rasa bosan mulai datang karena sedari tadi aku menonton TV ketika selesai makan siang, tidak ada kegiatan yang bisa aku lakukan, berkali-kali aku membuka tutup layar handphone tapi tetap saja tidak ada yang menarik.

Sampai pada akhirnya terdengar suara bel apartemen milik Om Javar ini, awalnya aku bingung siapa yang datang, tapi Om Javar memberitahuku tentang kemungkinan siapa yang menekan bel tersebut.

"Kayaknya itu orang suruhan saya yang mau anterin barang-barang kamu."

Aku pun mengangguk mengerti dan melihat Om Javar beranjak dari sofa berjalan ke arah pintu apartemen, aku pun langsung mengikuti langkahnya dari belakang, seperti anak kucing saja.

Dan ternyata tebakan benar, saat membuka pintu, aku langsung melihat dua tubuh pria besar seperti postur seorang pengawal sedang menyeret empat koper yang masing-masing pria tersebut menyeret dua koper. Perasaan aku gak pernah punya koper sebanyak itu deh? Apa mereka sengaja membelinya untuk membawa barang-barang ku? Entahlah, aku tidak mau pusing memikirkan itu.

Kedua pria itu pun disuruh masuk oleh Om Javar untuk menyimpan koper-koper itu. Selesai menyimpan koper-koper tersebut, kedua pria itu langsung kembali ke hadapan Om Javar.

"Semua barang-barang yang ada di kosan sudah kami angkut semua tuan." Ucap salah satu dari kedua pria tersebut.

"Baiklah, terima kasih. Kalian bisa pergi sekarang."

"Eh? Kok disuruh langsung pergi aja sih Om?! Gak disuruh minum atau apa gitu?"

"Tidak usah nyonya, kami harus langsung pergi." Ucap pria yang sedari tadi hanya diam.

"Kamu lihat sendiri kan? Biarkan mereka pergi."

Aku pun hanya bisa terdiam melihat kedua pria itu pergi meninggalkan apartemen, padahal kan niat aku baik ingin menawari mereka minum karena sudah membawakan barang-barang milik ku.

"Sudahlah, ayo kembali ke ruang televisi." Dia pun mengajak ku kembali ke tempat sebelumnya, tapi aku menjawabnya dengan sebuah gelengan kepala.

"Kenapa?" Tanya nya dengan alis terangkat satu pertanda bahwa dia sedang kebingungan.

"Aku mau beresin barang-barang aku yang barusan dateng, soalnya aku bosen nonton TV terus dari tadi."

"Nanti saya bisa suruh orang lain buat beresin itu, kamu gak boleh kecapekan."

"Cuma beresin barang segitu doang gak bakalan bikin aku kecapekan, Om percaya deh sama aku." Ucap ku penuh yakin.

"Beneran?"

"Iya! Lagipula barang-barang aku kebanyakan yang ringan-ringan, jadi gak mungkin bikin aku secapek itu."

"Oke kalo gitu saya bantu kamu beresin barang-barang kamu."

"Eh? Nggak usah, aku bisa sendiri, Om lanjutin aja acara nonton TV nya."

"Saya juga mulai merasa bosan, mending saya bantu kamu aja."

"Ya udah kalo gitu."

Kami pun mulai membuka satu persatu dari keempat koper yang ada, mulai dari koper yang isinya pakaian, sampai yang isinya barang-barang pribadi milik ku.

Sekitar dua jam kami berdua akhirnya menyelesaikan kegiatan membereskan barang-barang milik ku tadi, Om Javar langsung beranjak dari duduknya dan berpamitan kepada ku jika dia akan mandi.

Kini tinggal tersisa aku yang membereskan sedikit sisa-sisa kegiatan tadi, sebelum pada akhirnya aku pun ikut beranjak dan berjalan menuju ke arah dapur karena aku membutuhkan minuman untuk menghilangkan rasa haus. Sesuai kesepakatan yang diberikan oleh Om Javar tadi yang menyuruh ku meminum susu terlebih dahulu, baru aku bisa minum minuman jus yang ada di dalam kulkas tadi.

Dirasa bahwa rasa haus ku sudah hilang, aku pun kembali berjalan ke arah ruang televisi untuk mematikan televisi tersebut yang sedari tadi terus menyala. Sambil menunggu Om Javar selesai mandi, aku hanya memainkan handphone ku dengan tidak minat.

Tidak lama dari itu, seseorang keluar dari bilik kamar yang tidak lain dan tidak bukan adalah Om Javar yang baru saja selesai mandi dengan sebuah handuk kecil yang bertengger di bahu nya.

"Udah selesai Om?"

"Udah. Sana, sekarang giliran kamu yang mandi, bau nya udah kecium sampe sini."

"Enak aja! Tapi bentar-" Aku pun melangkah ke arah nya kemudian meraih handuk kecil yang ada di bahu nya tadi.

"Aku mau keringin rambut Om dulu."

"Saya bisa sendiri, udah kamu mandi aja."

"Kali ini gantian, Om yang harus nurut sama aku."

Langsung saja aku ajak dia untuk duduk di bawah ku dan aku pun mulai mengusap pelan rambutnya dengan handuk kecil tadi sampai benar-benar kering. Setelah dirasa cukup kering, aku pun langsung menyuruhnya untuk beranjak kembali dan aku pun melakukan hal yang sama.

"Udah selesai, kalo gitu aku mau mandi sekarang."

"Terima kasih."

Aku pun membalas nya dengan sebuah anggukan dan meraih sebuah handuk yang nantinya akan aku gunakan. Memasuki kamar mandi yang ada di kamar ini dengan hati-hati karena lantainya masih basah, takut terjatuh.

Tidak memerlukan waktu yang lama untuk mandi, aku pun sudah selesai dan keluar dari kamar mandi hanya dengan menggunakan handuk. Saat aku menginjakkan kaki di kamar tersebut, aku terkejut dan baru teringat jika aku sedang tidak sendirian di kamar ini, tidak seharusnya aku hanya mengenakan handuk seperti ini.

Tatapan aku dan Om Javar pun bertubrukan, cepat-cepat aku langsung memalingkan wajah dan berusaha seperti tidak terjadi apa-apa, melanjutkan langkah ku ke lemari yang tadi sudah diisi oleh baju-baju ku. Sesudah mendapatkan pakaian yang aku butuhkan, aku langsung kembali ke dalam kamar mandi untuk memakainya.

Beberapa menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan keadaan kikuk, walaupun aku merasa jika Om Javar tidak masalah dengan hal tadi, tapi tetap saja aku masih gugup, aku mencoba untuk biasa saja dan berjalan ke arah meja rias yang ada disana berniat meraih sisir rambut yang ada di atas meja, tapi suara lelaki yang tadi ada di atas kasur mengalihkan ku.

"Sini gantian, saya yang sisir rambut kamu." Dia berucap demikian sambil berjalan ke arah ku dan meraih sisir yang ada di meja tersebut.

"Eh? Nggak usah, biar aku aja."

"Gantian, biar saya yang sisir rambut kamu. Impas kan?"

"Eumm ya udah deh, tapi pelan-pelan ya? Rambut ku akhir-akhir ini rontok." Memang begitu adanya, entah kenapa semenjak masa kehamilan, rambut ku menjadi lebih rontok.

"Iya, saya sisir nya hati-hati."

Dia pun mulai menyisir rambut ku dengan perlahan, jujur saja saat ini juga hati ku benar-benar berdebar lebih cepat dari biasanya. Ada apa denganku sebenarnya? Lupakan soal itu, sekarang ini aku sedang menikmati rambut ku yang sedang disisir dan sesekali dia mengelus kepala ku dengan lembut membuat diri ku lebih relaks, sepertinya dia cocok untuk bekerja di salon.

__________________________________________

jangan lupa kasih ulasan buat cerita ini ya!

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!