NovelToon NovelToon
Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Chaotic Enigma : Leveling Reincarnation

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan / Solo Leveling
Popularitas:406
Nilai: 5
Nama Author: Adam Erlangga

Di dunia lama, ia hanyalah pemuda biasa, terlalu lemah untuk melawan takdir, terlalu rapuh untuk bertahan. Namun kematian tidak mengakhiri segalanya.

Ia terbangun di dunia asing yang dipenuhi aroma darah dan jeritan ketakutan. Langitnya diselimuti awan kelabu, tanahnya penuh jejak perburuan. Di sini, manusia bukanlah pemburu, melainkan mangsa.

Di tengah keputusasaan itu, sebuah suara bergema di kepalanya:
—Sistem telah terhubung. Proses Leveling dimulai.

Dengan kekuatan misterius yang mengalir di setiap napasnya, ia mulai menapaki jalan yang hanya memiliki dua ujung, menjadi pahlawan yang membawa harapan, atau monster yang lebih mengerikan dari iblis itu sendiri.

Namun setiap langkahnya membawanya pada rahasia yang terkubur, rahasia tentang dunia ini, rahasia tentang dirinya, dan rahasia tentang mengapa ia yang terpilih.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adam Erlangga, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode 34

Alicia dan kedua rekannya berdiri dengan penuh hormat di hadapan dua Mahaguru di dalam ruang pertemuan yang terasa hening dan penuh wibawa.

"Apa maksudmu Alicia.?" Tanya Rewin dengan dahi berkerut.

"Apa Anda sudah mendengar kejadian di benteng selatan tempo lalu.?" tanya Alicia dengan nada hati-hati.

"Tentu saja aku sudah mendengarnya." jawab Rewin sambil menyilangkan tangan.

"Apa yang ingin kau ceritakan.?" tanya Ana, matanya meneliti gerak-gerik Alicia.

"Baik Mahaguru. Sebenarnya yang membasmi hewan iblis Rank S di sana bukan kami bertiga. Tapi ada orang lain yang menyelamatkan kami. Orang itu… terlihat seumuran dengan kami." jawab Alicia serius.

Bruk! Tiba-tiba Rewin berdiri dari kursinya dan menghantam meja dengan telapak tangannya.

"Apa maksudmu.?" serunya dengan terkejut.

"Mahaguru, apa kalian percaya jika kami yang membasmi hewan iblis Rank S? Sedangkan kekuatanku masih berada di Rank A+. Apa itu terdengar masuk akal.?" kata Alicia mantap.

"Jumlah mereka pun tidak hanya satu Mahaguru, jumlah mereka ada ratusan, bahkan mungkin ribuan." tambah Eva, suaranya bergetar mengingat kembali kejadian itu.

Anna dan Rewin saling berpandangan, tenggorokan mereka kering hingga hanya mampu menelan ludah.

"Apa yang kau katakan ini benar? Bahkan aku sendiri tidak sanggup membunuh satu ekor hewan iblis Rank S dalam waktu singkat," pikir Rewin dalam hati, tercengang.

"Apa kau sudah membicarakan hal ini pada Raja.?" tanya Anna.

"Aku sudah membahasnya dengan Ayahanda dan para bangsawan. Mereka juga sangat terkejut mendengar penyataanku ini. Namun mereka semua memilih menyembunyikan informasi ini. Yang aku inginkan hanyalah… mencari orang yang sudah menyelamatkan nyawaku." jawab Alicia tegas.

"Ini sulit dipercaya. Lalu, berapa lama dia membasmi hewan iblis Rank S di sana.?" tanya Ana penuh rasa ingin tahu.

"Dia membunuh semua hewan iblis Rank S hanya dalam beberapa menit saja. Dan dia sempat memberikan beberapa potion padaku, lalu ia pergi begitu saja." jawab Alicia.

"Mustahil ada orang seperti itu. Ini benar-benar sangat mengejutkan." kata Ana sambil menghela napas.

"Apa kau tahu ciri-ciri orang itu.?" tanya Rewin.

"Aku hanya memiliki sketsa gambar saja." jawab Alicia sambil mengeluarkan sketsa wajah Rudy.

Rewin menatap gambar itu lama, lalu mendecak pelan. "Dia masih sangat muda. Bagaimana caranya dia membunuh hewan iblis di sana.?"

"Dia hanya berjalan kaki. Bahkan terlihat dia tidak kesulitan sama sekali." jawab Alicia singkat.

"Haa.?" saut Anna dan Rewin hampir bersamaan, tercengang.

"Mustahil." kata Anna dengan nada tidak percaya.

"Aku sendiri sangat terkejut Mahaguru. Tapi saat itu nyawaku benar-benar terancam, aku panik, jadi aku tidak sempat bertanya banyak padanya." kata Alicia dengan jujur.

"Apa dia sempat berbicara denganmu.?" tanya Rewin.

"Ah, dia tahu kalau aku adalah Putri Raja. Dan kata-kata terakhirnya adalah: ‘Lupakan semua kejadian ini, dan anggap saja aku tidak pernah bertemu dengannya.’" jawab Alicia.

"Ehm. Dia benar-benar menyembunyikan kekuatannya. Tapi bisa dipastikan, orang itu adalah rakyat kerajaan Alden." kata Rewin sambil berpikir keras.

"Dia juga bilang padaku kalau dia tidak punya identitas." timpal Alicia.

"Dia berbohong dengan status sosialnya. Siapa kira-kira orang itu… apa kau tahu, Anna.?" tanya Rewin.

Anna menggeleng pelan. "Jika kita melihat para bangsawan dan keturunannya, tidak ada yang memiliki kekuatan sebesar itu. Bahkan kerajaan di seluruh benua sekalipun."

"Aku sepakat denganmu. Setidaknya dia sudah mencapai kekuatan di tingkat Rank S. Atau mungkin lebih tinggi." saut Rewin dengan wajah serius.

"Ini seperti sang legenda datang kembali." kata Anna, tatapannya kosong menatap jauh.

"Baiklah Alicia, aku akan mencoba membantumu untuk mencari orang itu. Kita akan sangat diuntungkan jika bisa bertemu dengannya." kata Rewin mantap.

"Terima kasih banyak atas bantuannya Mahaguru." saut Alicia sambil membungkuk hormat.

"Ehm, kalian boleh keluar." kata Rewin.

Namun sebelum mereka sempat melangkah, terdengar ketukan pintu. Tok! Tok!

"Ah, siapa lagi yang datang.?" kata Rewin sedikit kesal.

"Masuklah." teriak Anna.

Pintu terbuka, menampilkan Juro yang masuk bersama seorang pemuda—Marco.

"Ah, ada Tuan Putri di sini." gumam Juro dalam hati sambil menunduk hormat.

"Salam Mahaguru, dan Para Pahlawan." kata Juro sopan.

Marco hanya berdiri diam, namun matanya menatap Alicia dan yang lain dengan sorot tajam. "Ternyata Rudy benar, mereka ada di Akademi ini," pikirnya.

"Ada keperluan apa, Inspektur.?" tanya Rewin.

"Maaf mengganggu rapat Anda. Saya kemari ingin merekomendasikan murid baru. Di tes pertama, anak ini mencapai tingkat Rank A." jawab Juro.

"Ho, apa itu benar? Sepertinya murid-murid sekarang sangat berbakat." saut Rewin dengan senyum tipis.

"Dari keluarga mana dia.?" kata Alicia dalam hati dengan terkejut.

"Dari keluarga mana kau berasal.?" tanya Juro langsung pada Marco.

"Ah, maaf. Saya juga bingung menjelaskan status sosial ku. Yang jelas, aku hanya orang biasa yang terlahir dengan bakat." jawab Marco.

"Orang biasa.?" kata Alicia dalam hati, matanya sedikit membesar.

"Ho, aku tidak percaya jika kau hanya orang biasa. Kekuatanmu sudah setara dengan para Pahlawan. Tunjukkan identitasmu yang sebenarnya." kata Rewin dengan nada menekan.

"Maaf Tuan. Saya benar-benar tidak punya identitas untuk sekarang. Dan tidak ada yang penting dari identitasku." saut Marco santai.

"Apa itu benar.?" tanya Alicia, menatap penuh curiga.

"Kau bisa membuktikannya dengan sihir. Aku tidak berbohong." jawab Marco dengan ekspresi datar.

"Dia tidak memberikan hormat padaku, bahkan di depan Mahaguru sekalipun." kata Alicia dalam hati, merasa tersinggung.

"Apa mungkin dia menyembunyikan identitasnya. Sepertinya kita akan mendapatkan petunjuk." pikir Rewin dalam hati.

....

"Baiklah, aku tidak akan memaksamu untuk menunjukkan identitasmu. Mulai sekarang, kau berada dalam pengawasanku, dan juga menjadi muridku." kata Rewin akhirnya.

"Terima kasih banyak." saut Marco.

"Siapa namamu.?" tanya Rewin.

"Perkenalkan, namaku adalah Marco Gilbert. Salam kenal." jawab Marco.

"Baiklah Marco, mulai besok kau bisa belajar di dalam kelasku. Sekarang, kau boleh meninggalkan ruangan ini." kata Rewin.

"Tunggu Mahaguru." Alicia tiba-tiba bersuara sambil mengambil sketsa wajah yang tergeletak di meja Rewin.

"Sepertinya dia tidak paham dengan situasinya." pikir Rewin sambil memperhatikan.

"Tunggu Alicia. Kalian semua keluarlah, kecuali Alicia dan kau." kata Anna sambil menunjuk Marco.

"Kalau begitu, kami pamit undur diri Mahaguru." kata Juro, Eva, dan Herry hampir bersamaan. Mereka bertiga pun keluar, meninggalkan ketegangan di dalam ruangan.

ZUIING—Ana mengeluarkan sihir peredam suara.

Marco sempat melirik sekeliling. "Apa yang dia lakukan. Sampai mengeluarkan sihir peredam suara." pikirnya waspada.

"Apa kau merasakan sihir ini, Marco.?" tanya Ana sambil mengamati ekspresi wajahnya.

"Aku hanya merasakannya dengan samar." jawab Marco.

"Apa kau juga merasakannya Alicia.?" tanya Ana lagi.

"Aku tidak merasakan apa pun." jawab Alicia, bingung.

"Marco, kau terjebak dengan sihirku. Yang bisa merasakan sihir ini hanyalah orang-orang dengan kekuatan sihir di tingkat Rank S. Apa kau menyembunyikan kekuatanmu.?" tanya Ana tajam, penuh tekanan.

"Tidak mungkin." saut Alicia, matanya membelalak.

"Sialan, aku terjebak di sini," batin Marco, wajahnya tetap berusaha tenang.

"Kau tidak bisa berbohong dengan ekspresi wajah seperti itu." kata Anna sambil melangkah mendekat.

"Apa yang harus aku katakan sekarang." pikir Marco panik.

"Berikan sketsa itu, Alicia." kata Anna sambil mengambilnya dari tangan sang putri.

"Apa kau mengenal orang ini.? Atau kau sendiri orangnya." kata Ana sambil menunjukkan sketsa wajah Rudy ke Marco.

"Ehm, siapa dia.?" tanya Marco dengan ekspresi datar.

"Kau berpura-pura tidak tahu.?" saut Ana.

"Dia adalah orang yang menyelamatkanku saat di benteng selatan." kata Alicia tegas.

"Heh.?" saut Marco sedikit terkejut. Dalam hati ia bergumam, "Jadi gambar itu adalah wajah Rudy? Jelek sekali gambarannya. Aku harus hati-hati dengan mereka, kalau tidak, Rudy bisa membunuhku."

"Jika dilihat dari ekspresimu, sepertinya kau tahu sesuatu dengan gambar ini." kata Ana.

"Gambarnya terlalu jelek, aku tidak bisa mengenalinya." saut Marco datar.

"HEE.?" teriak Alicia, tidak percaya dengan jawabannya.

"Ah, baiklah. Aku tidak butuh gambar ini. Sekarang jawab pertanyaanku dengan jujur. Apa kau ada di tingkat Rank A.?" tanya Anna lagi.

"Aku tidak tahu, aku hanya memegang batu di sana. Dan inspektur bilang aku berada di tingkat Rank A." jawab Marco santai.

Anna menyipitkan mata, lalu tiba-tiba mengeluarkan aura menekan yang sangat kuat. Gelombang energi itu menghantam Marco, namun Alicia dan Rewin juga ikut merasakan efeknya.

"Arrgh." Alicia berteriak kesakitan.

"Hentikan itu Anna, kau menyakiti Alicia." kata Rewin dengan nada marah.

"Tunggu sebentar, aku hanya memastikannya saja." jawab Anna sambil tetap menatap wajah Marco tajam.

"Eh.? Apa yang harus aku lakukan? Apa aku berpura-pura kesakitan saja?" pikir Marco cemas.

"Arrgh." ia pun mengerang, berpura-pura tertekan.

"Hahaha, kau terlambat mengeluarkan suara itu." kata Anna sinis sambil menghentikan tekanannya.

"Huh… huh…" Alicia terengah-engah, mencoba menenangkan napasnya.

"Sudah pasti kau orangnya. Aku sudah menemukannya Alicia. Dialah orang yang menyelamatkanmu." kata Anna dengan penuh keyakinan.

"Apa kau yakin Anna.?" tanya Rewin masih ragu.

"Dia berada di Rank S. Dia berbohong pada kita." jawab Ana tegas.

"Orang tua ini… dia sengaja menjebakku. Sialan." saut Marco dalam hati, geram.

....

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!