Salsa kasyafani ( 20 tahun), wanita muda yang dinikahi siri oleh Rafka Adelard Anggara(28 tahun) karna sebuah insiden yang membuat Salsa mengandung anak Rafka. Namun, wanita muda itu tidak pernah mengetahui bila pria yang menyandang status sebagai suaminya sekarang, sudah menjalin pernikahan dengan wanita lain jauh sebelum Rafka menikahinya.
"Jadi aku hanya istri simpanan kamu, Mas?" Suara Salsa bergetar. Air mata meluruh kian deras membasahi wajahnya yang memucat bersamaan rasa sakit yang menghujam dadanya dengan kenyataan yang harus Ia terima.
Apakah Salsa tetap memilih bertahan dengan pernikahan yang memberikan luka bathin di hatinya? Sedangkan statusnya bukan hanya istri kedua tapi juga istri yang dirahasiakan dari publik maupun dari keluarga besar Rafka sendiri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon windanor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HIS •Chapter 6
Dengan hati-hati Rafka membaringkan Salsa di atas kasur. Mereka berdua sudah berada di apartemen karna kondisi Salsa tidak terlalu parah hingga tidak dirawat inap. Namun, wajah wanita itu masih terlihat ruam-ruam kemerahan.
"Kau harus istirahat dan bila butuh sesuatu jangan sungkan untuk mengatakannya pada saya," ucap Rafka menegakkan tubuhnya. Salsa mengangguk lemah.
Rafka melangkah keluar dari kamar. Salsa menghembuskan napas panjang. Berdekatan dengan pria itu membuat Ia gugup dan canggung. Rafka memang memperlakukan dirinya sebagai mestinya tapi Ia seolah sadar dengan posisinya yang dinikahi siri karna sebuah kecelakaan yang tidak di sengaja.
"Apa aku bisa bertahan dengan pernikahan ini?" monolog Salsa pelan. Tangannya terulur mengusap perut datarnya. Andai bukan karna janin ini, Ia tidak mungkin terjebak dalam pernikahan ini. Dan tentunya akan menjalani kehidupannya seperti biasa.
"Ini..."
Salsa terperanjat kaget dengan keberadaan Rafka yang kini sudah berada di hadapannya. Pria itu Menyerahkan segelas air putih padanya dan beberapa butir obat yang entah untuk apa itu.
"Jangan melamun. Minum obat ini setelah itu langsung tidur," ucap Rafka dengan ekpresi wajahnya yang datar.
Dengan ragu-ragu Salsa mengambil segelas air putih dan obat yang suaminya berikan. Ia langsung menegak obat tersebut dan itu tidak luput dari perhatian Rafka. Salsa meletakkan gelas yang sudah tandas ke meja di sampingnya, mengusap kasar bibirnya yang basah.
Pria itu menjauh dari Salsa dan mendudukkan dirinya di sofa yang ada di kamar itu. Ia mengeluarkan ponselnya dan mengutak-atik sesuatu pada layar benda pipih itu.
"Kenapa tidak pulang?" cicit Salsa yang sedikit risih dengan keberadaan Rafka. Ia tidak biasa dengan keberadaan pria itu di dekatnya.
Pandangan mata Rafka yang semula fokus menatap layar ponselnya kini beralih menatap Salsa, dengan satu alis yang terangkat.
"Memangnya kenapa? Ini apartemen saya," balas Rafka. Salsa meneguk ludahnya kasar.
"Ma-maksudnya, kenapa Bapak tidak pulang ke rumah. Ki-kita, kan, hanya menikah siri___"
"Lalu?" sela Rafka yang semakin lekat menatap Salsa.
Seolah mati kutu, Salsa langsung menutup seluruh tubuhnya dengan selimut dan rasa malu yang teramat. Ia seolah skakmat dengan balasan dari Rafka. Dan Ia bingung harus membalas apa. Salsa memejamkan matanya rapat-rapat dan berharap rasa kantuk segera datang. Sementara Rafka kembali fokus pada layar ponselnya, jarinya dengan lincah membalas pesan yang masuk.
Setelah cukup lama berkutat dengan ponselnya, pria itu berjalan mendekat ke arah kasur. Matanya memandangi Salsa yang sepertinya sudah tertidur. Tanpa ragu Ia naik ke atas kasur dan ikut membaringkan tubuhnya di sana, namun berjarak. Ia memutuskan untuk menginap di sini semalam. Bisa saja wanita yang ada di sampingnya kenapa-kenapa. Namun, ada sedikit rasa bersalah pada Azkiya. Rafka menghela napas berat, mengusap kasar wajahnya. Ia memiringkan tubuhnya menghadap ke arah Salsa.
Netra hitam pekatnya memandangi setiap lekuk wajah polos Salsa. Hidung sedikit mancung, bibir mungil, alis tebal, bulu mata lentik, dan kulit putih. Wanita yang ada dihadapannya sekarang bila dibandingkan dengan Azkiya, tentu Azkiya, lah, yang lebih cantik. Tapi ada satu hal yang mencuri perhatiannya pada sosok Salsa. Wanita ini memiliki wajah yang sangat manis dan lesung pipi.
Kalian tahukan girl, bedanya wanita berwajah cantik dan manis?
*
*
Pancaran sinar matahari pagi menembus sela-sela gorden jendela kaca di apartemen tersebut. Seorang pria itu tampak nyaman memeluk tubuh mungil seorang wanita yang sama-sama mencari kenyamanan dalam dekapan hangat itu.
"Euhg..."
Suara lenguhan keluar dari bibir mungil itu yang tampak menggeliat dalam pelukan Rafka. Ia menghirup dalam aroma maskulin yang membuat Ia sedikit kecanduan. Namun, sedetik kemudian Salsa langsung membuka matanya lebar. Pandangan matanya langsung mengarah pada wajah tampan Rafka yang kini memeluk dirinya di tambah Ia juga membalas pelukan pria itu.
"Kenapa dia tidur di sini?" celetuk Salsa terkejut. Ia kira Rafka akan kembali ke rumahnya atau memilih tidur di sofa.
Dengan susah payah wanita itu menyingkirkan kaki panjang Rafka yang menimpa pahanya, dan lingkaran tangan kekar itu dari tubuh mungilnya. Sepertinya usahanya sia-sia, Rafka semakin erat memeluknya. Pria itu sangat nyenyak dengan tidurnya sekarang sambil memeluk guling mungil nan hangat yang tak lain adalah Salsa.
"Bapak bangun..." ucap Salsa pelan seraya menggoyang-goyangkan lengan Rafka yang melingkar di tubuhnya.
"Sebentar Sayang...lima menit lagi." sahut Rafka serak namun dengan mata yang masih terpejam.
Sementara Salsa tertegun mendengar kata 'sayang' yang pria itu ucapkan. Apakah Rafka sudah memiliki kekasih? Karna tidak mungkin sebutan kata 'sayang' di tujukan padanya, batin Salsa.
Hampir lima menit Salsa terjebak dalam dekapan Rafka. Pria yang memiliki tubuh yang besar dan tambun. Mata bulat Salsa memandangi wajah tampan pria tersebut penuh kekaguman. Bohong bila Ia tidak terpesona dengan ketampanan yang dimiliki atasannya ralat maksudnya suami.
Salsa gelagapan ketika Rafka mulai membuka matanya.
"Kau...?" ucap Rafka serak ketika membuka mata dan di suguhkan wajah polos dan tampilan berantakan Salsa.
Pria itu langsung melepaskan dekapannya pada Salsa, seolah sadar dengan posisi mereka berdua sekarang. Salsa langsung menjauh dari Rafka ketika pelukan pria itu terlepas. Ia bangkit dari kasur. Sementara Rafka mengusap wajahnya kasar. Rasa kantuk masih terasa.
"Maaf, saya tidak sengaja," ucap Rafka, sadar atas perbuatannya yang memang tak sengaja. Ia mengira yang Ia peluk adalah Azkiya.
"Iya, tidak apa-apa, Pak," balas Salsa tersenyum kaku." Bapak ingin saya buatkan kopi?" tanya Salsa.
"Boleh, jangan terlalu manis."
Salsa mengangguk. Wanita bertubuh mungil dan bermata bulat itu keluar dari kamar menyiapkan sarapan pagi dan kopi untuk sang atasan yang kini telah menjadi suaminya. Sekalian Ia ingin buang air kecil dan cuci muka di toilet dapur.
Rafka Menyandarkan tubuhnya ke bahu ranjang. Ia meraih ponsel miliknya di atas meja dan menyalahkan ponsel tersebut yang memang sengaja Ia matikan. Terlihat puluhan panggilan tak terjawab dari Azkiya. Entah apa yang akan Ia katakan pada istrinya tersebut.
•
•
"Tidak biasanya kau mengajak ku bertemu?" tanya Shella yang baru datang dan kini duduk di samping Azkiya yang sedari tadi memasang wajah muram.
"Tidak apa-apa. Hanya ingin menghabiskan waktu di luar," jawab Azkiya seraya meminum coffe yang Ia pesan.
Shella manggut-manggut mendengarnya.
Sekarang mereka berdua berada di kedai coffee yang tidak jauh dari tempat tinggal Azkiya. Pagi ini mood Azkiya benar-benar buruk karna tidak biasanya Rafka tidak pulang ke rumah, hanya karna masalah pekerjaan. Dan saat di telpon tidak aktif.
"Kau ada masalah?" Shella kembali melontarkan pertanyaannya pada Azkiya.
Wanita itu menghela napas berat." Akhir-akhir ini aku melihat sedikit perubahan dari suamiku. Aku merasa dia menyembunyikan sesuatu," ucap Azkiya menoleh menatap Shella.
"Tapi menurut ku, Rafka itu tipe laki-laki yang setia. Kamu ingatkan bagaimana dia mengejar-ngejar kamu. Bahkan menerima masa lalu kelam kamu, termasuk tentang kamu yang sudah tidak perawan lagi," balas Shella.
Azkiya menggidikan bahunya." Aku tidak tahu. Tapi aku hanya takut Rafka menjalin hubungan dengan perempuan lain dibelakang ku. Kamu tahu, kan, selama tiga tahun menikah dengan Rafka, aku tidak kunjungan hamil."
"No, jangan berpikiran buruk seperti itu, Az. Menikah itu tidak melulu tentang anak. Tidak semua laki-laki mengutamakan anak dalam sebuah pernikahan tapi mereka ingin hidup bahagia dengan pasangannya." Shella tampak tak setuju dengan ucapan sahabatnya tersebut.
Azkiya kembali menghembuskan napas panjang. Sepertinya Shella tak akan paham dengan keadaan yang Ia rasakan sekarang.
___________
Hei girl. Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan vote, like, komen dan ulasan bintang lima untuk mendukung karya ku. Terima kasih❤
Jangan lupa mampir ke akun instagram @khazana_va untuk informasi terupdate tentang cerita ini.
See you untuk part selanjutnya🤗