Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Narasi Kejam
Angin mulai menyapa Umar di dalam gendongan Aminah yang tampak rapuh, namun berusaha kuat di setiap pandangan orang sekampungnya. Senyum terus mengalir di sela perjalanannya menuju pulang saat melihat berulang kali Umar yang berada didalam kain gendongan dengan tertidur pulas.
Manik-manik di setiap pandangan Aminah mulai menjalar untuk memiliki sebuah mainan kecil yang tampak lucu di sebuah Toko Mainan anak-anak. Andai saja mainan itu bisa di belinya untuk menghadirkan kecerian Putra nya yang sudah berumur 6 Bulan dan mulai menunjukan ingin rasa tahunya terhadap sebuah benda. Tapi, Aminah hanya mampu menelan air liur nya yang terasa lengket karena ia tak memiliki uang lebih.
Lantas Aminah melanjutkan langkahnya ingin segera sampai dirumah. Karena tak kuat menahan kesedihan terhadap mainan kecil itu. Lalu, tak sengaja di pertengahan niatnya untuk cepat sampai, tetangganya menyapa dan mengatakan sesuatu pada Aminah.
"Galah sedang bersama perempuan di Rumah mu" kata Tetangga polos tak bertele-tele.
Sekejap Aminah terdiam, batinnya hancur seketika tak terbentuk. Retakan hatinya mulai terbentuk tanpa mengeluarkan suara. Namun, terasa sakit sekali bagai hantaman sebuah Ombak besar menghantam terumbu karang sampai hancur sekaligus.
Berusaha untuk tak menghiraukan perkataan tetangganya, namun ingatannya kembali datang soal suaminya memang gila akan Hiperseks nya yang sudah menetap kuat sejak lahir. Maka ia mulai berasumsi, perkataanya itu memang benar.
Sekejap kedua kakinya tak ingin melangkah kembali karena asumsi yang merasuki dirinya terlalu kuat. Berupaya untuk mengusirnya, tapi sia-sia dan hanya bisa melangkah sedikit demi sedikit untuk ke suatu tempat yang dimana bisa menenangkannya.
"Hmmm ..." desah nafas Aminah berusaha melangkahkan kembali kedua kakinya.
Aminah menuju tempat pemakaman umum, disana ada makam warga setempat termasuk kedua orang tuanya berada disana. Kematian kedua orang tuanya berselang waktu dengan pernikahan Aminah dan Galah baru berusia Tiga Bulan.
Padang rumput yang begitu luas dan pagar membatasi batas wilayah pemakan itu. Aminah memberanikan diri untuk menginjak- kan kakinya di antara rentetan Makam warga. Disana ia melihat Dua makam kedua orang tuanya yang sudah cukup berumur.
Sekejap Air mata nya mengalir membasahi kedua pipinya sambil mengelus gendongan yang didalamnya ada Umar. Hatinya tercampur aduk dengan kacau, ia ingin mengadu, bercerita tentang semua Rumah Tangganya yang hasil dari sebuah perjodohan atas keegoisan Kedua orang tuanya. Bahwa, Rumah Tangganya tak sebahagia yang mereka pikirkan. Tapi ia tahu, tidak akan ada tanggapan dan percuma saja, karena makam itu hanya terbaring terbujur kaku.
Dirumah Aminah, Galah tengah sibuk mengukir cerita cinta bersama Sarah di tengah rumah tepat di atas sofa. Mereka terlalu asik dengan dunianya sampai tak menyadari bahwa yang mereka lakukan sungguh berdosa. Namun di rasanya, itu hanya perkataan bodoh karena yang terpenting adalah kenikmatan semata.
"Ayok Sarah, pacu Adrenaline mu" Kata Galah bersimbah keringat membasahi sekujur tubuhnya.
Sarah pun menggila atas perkataanya dan mulai beraksi dengan beringas. Seisi rumah hanya sibuk menonton ulah percintaan mereka yang sudah berjam-jam. Tak ada upaya sedikit pun dari isi rumah itu untuk melerai mereka.
"Brug ..." suara pintu terbuka sekaligus oleh Aminah sepulang dari makam.
Tamparan sekaligus menghampiri wajah Aminah oleh peristiwa yang tak bermoral di rumahnya. Narasi itu mulai menceritakan sebuah peristiwa sakit tak berdarah dan sekejap memenuhi pandangan Aminah hingga diam tak berkutik.
Sakit mulai mengukir luka dalam sumsum Hati Aminah melihat Dua tubuh yang tak mengenakan sehelai kain tengah asik dengan Dunianya. Jantungnya berdebar hebat bukan karena lelah sehabis olah raga, aliran darah memicu cepat otaknya dan menjalar menuju tubuh Aminah untuk mengundang emosinya yang mulai mendidih panas dan meluapkan sekaligus secara mendadak. Namun, mustahil untuk bertindak. Karena sadar diri akan Galah yang tak memiliki kebaikan sedikitpun. Berapa kali untuk melerainya percuma saja dan akan berakhir membalik- kan keadaan tak berpihak padanya meski bertindak benar.
"Masuk kau Aminah ke kamar mu!" Bentak Galah melototinya dalam keadaan tubuh memangku Sarah. Dan Sarah menunjukkan wajahnya dengan perasaan tidak merasa bersalah.
Aminah lekas pergi memasuki kamarnya sambil menggendong Umar. Ia duduk menangis tak bersuara karena takut membangunkan Umar yang sejak tadi tidur pulas dalam pangkuannya.
"Brug ..." suara pintu kamar di buka paksa oleh Galah.
Tatapan penuh emosi menggumpal di sekitaran wajah Aminah. Apa yang seharusnya di lakukan adalah Memaki Suaminya. Namun hal itu, akan membuatnya kacau dan mengganggu tidur Umar.
"Taruh Umar di kasur ..." Bentak Galah.
Aminah menurutinya, melepaskan kain gendongan perlahan dan lekas meletakkan Umar d tengah kasur yang cukup rapih.
"Kau tunggu disini, jangan kemana-mana dan jangan bersikap bodoh" ancam Galah dan kembali keluar. Lalu, mengunci pintu kamar nya dari luar.
Tubuhnya yang telanjang bulat tak membuat Galah merasa malu di hadapan istrinya. Ia malah kembali ke pangkuan Sarah yang masih berada di sofa panjang.
"Bagaimana Aminah?" Tanya Sarah dengan wajah bodohnya atas pertanyaan konyol.
"Sudahlah, jangan banyak basa-basi!" Jawab Galah tak ambil pusing.
Akhirnya mereka kembali bercinta , bahkan semakin gila dan tak wajar sampai mengeluarkan desahan yang terdengar jelas oleh Aminah.
Aminah mendengar jelas desah mereka berdua di balik pintu yang mengandung sebuah makna. Desahan itu cukup sederhana. Namun, sangat menyakitkan bagi Aminah dan semakin sakit, semakin menggali lubang Hatinya dan benar-benar terluka.
Menangis dan menangis yang Aminah lakukan sambil mengelus wajah lembut Umar dan menutupi kedua telinganya untuk menghindari asal suara di balik pintu.
Berselang waktu, keheningan mulai terjadi di balik pintu kamar Aminah dalam beberapa jam dan hanya terdengar obrolan yang samar dari keduanya. Rupanya Galah sudah selesai bercinta dengan Sarah. Dan mereka tengah asik mengobrol sambil menikmati sandaran tubuh yang lelah dan penuh manja.
"Sayang .., sebaiknya kau pulang!" Kata Galah.
"Hhmm ...!"
"Tak usah menggeram begitu, nanti ku selesaikan semuanya!" Jelas Galah.
"Awas kalau kau tak becus menghadapi semuanya, ku buat kau menderita!" Ancam Sarah sambil merapihkan rambutnya yang berantakan.
"Ya ..." singkat Galah sambil menghisap Rokok dengan tenang.
"Aku tunggu secepatnya ..." Lalu, Sarah pergi menjauh dari rumah Galah.
Galah menemani kenikmatannya bercinta dengan beberapa batang Rokok dan minuman beralkohol dalam gelas yang tak henti di tuangnya. Isi kepalanya memutar santai seolah sedang membangun sebuah rencana.
"Aminah ..." Kata Galah sehabis membuka pintu kamarnya.
Aminah tengah sibuk duduk di hadapan kaca rias dengan terurai halus rambutnya dan tercium aroma parfum yang wanginya tersebar di dalam kamar. Tak hanya itu, ia juga mempercantik bibirnya dengan lipstik berwarna merah merona. Aminah berdandan bukan untuk memberikan kecantikannya kepada Galah. Namun, selintas hanya ingin terlihat lebih cantik hari ini. Itu saja yang ada dalam pikiran Aminah saat ini.
"Aminah dengar aku tidak?" Bentak Galah.
Aminah pun membelokkan pandanganya terhadap Galah dan menunjukkan wajah penuh kekosongan seakan tak bersemangat lagi untuk hidup. Namun, Galah merasa kaget, karena Aminah terlihat lebih cantik dan mulai memberanikan diri untuk menatap tajam Galah yang tak bermoral lagi bagi Aminah.
"Apa maksud dari tatapan mu?" Tanya Galah sempat mengagumi kecantikannya, namun berupaya untuk mengelak, karena Aminah mulai berani untuk menatapnya dengan tajam.
"Hhmm ..." gumam Aminah bukan berarti kehabisan kata-kata. Melainkan, ia lebih memilih tenang tak berbicara, karena merasa tidak pantas lawan bicaranya tak lain dari Binatang.
Seketika Galah terpancing dengan emosinya dan menarik paksa tubuh Aminah keluar kamar dan membawanya ke ruang tengah serta menyandarkan tubuh Aminah pada dinding.
"Tumben kau cantik kali ini!" Cakap Galah sambil memegang kuat dagu lancip milik Aminah.
Kedua bola mata Galah berputar-putar seakan mencari celah untuk hasratnya terhadap Aminah. Diam selau diam yang di lakukan Aminah. Namun, tak mengurangi sedikit pun dengan tatapannya yang tajam. Hal itu jelas membuat Galah merasa kesal bercampur aduk hasrat birahi.
"Berani kau menatap ku tajam!" Cekam Galah.
Akhir dari perbuatan Aminah atas tatapannya, Aminah pun bernasib naas karena Galah mulai menggerayangi tubuh Aminah yang wangi akan parfum.
"Baru kali ini aku serasa bernafsu liar terhadap mu! Ayolah kita habiskan waktu ini sampai larut malam." ujar Galah kerasukan hasrat birahi hingga kalap.
Rusak seketika tubuh Aminah berikut kecantikannya mulai memudar atas perilaku Galah terhadapnya. Habis sudah seluruh tubuh Aminah dijilati lidahnya yang haus seks. Kali ini Galah menggila, membawa Aminah ke kamar mandi dan menyiram seluruh tubuhnya dengan beberapa gayung.
"Wow ..., bulatnya penyudara mu!" kata Galah setelah menyiram tubuh Aminah.
Tak pandang bulu, Galah lekas menelanjangi Aminah dengan Agresif. Begitu pula, Galah membuka pakaiannya sendiri dan bergegas pada intinya dengan sekaligus menembus dan memenuhi ruang tertutup milik Aminah.
"Ini baru sedap, Minah ..." teriak Galah.
Aminah menahan sakit luar biasa. Namun kali ini, ia tetap tenang dan tak mengeluh karena nasibnya sudah terukir jelas dalam sejarah nya dan akan terus menulis jalan cerita hidupnya yang tak berpihak kebaikan sedikitpun. Bahkan, ia mulai menikmati kesedihan itu semakin jauh.
"Ayok minah ..., aku ingin puas sekali terhadap mu!" jeritnya Galah tak henti mengoyak Ototnya berulah masuk keluar, masuk keluar pada adegannya.
Suara gemuruh di kamar mandi terdengar jelas oleh alam liar di luar rumah Aminah. Ingin sekali mereka menyemangati Aminah yang bernasib buruk. Tapi apalah daya, mereka hanya sebatas alam liar yang tumbuh dengan sendirinya.
Berselang waktu, usai sudah percintaan yang terjadi di rumah mereka. Aminah mulai mengendap-endap di antara dinding sambil tersenyum seolah sakit jiwa. Mentalnya seketika rusak dan mulai berhalusinasi yang tidak-tidak. Galah pun hanya sibuk menandinginya sambil berkata.
"Kau ku ceraikan malam ini! Jadi, ku beri waktu kau untuk meninggalkan Rumah ini sampai besok pagi!" Jelas Galah lalu pergi keluar entah kemana.
Aminah tetap tenang tak ingin berontak sambil tertawa terbahak-bahak dan menyenderkan tubuhnya ditembok bercat putih polos.
"Puas kalian ..." Kata Aminah dengan lantang sambil menangis histeris.
Aminah seperti menghadapi sebuah proses gangguan mental dalam dirinya. Tawa tak henti bercampur tangisan tanpa sebuah pertunjukan apa pun sangat jelas sekali terlihat pada diri Aminah. Namun sesuatu terjadi saat Aminah sedang kacau dengan jiwanya, tiba-tiba Umar menangis kuat di dalam kamar, suara tangisannya terdengar jelas oleh Aminah dan seketika membuat Aminah diam sambil menatap pintu kamarnya yang tertutup.
"Umar ...?" Batin Aminah merasa tenang setelah mendengar tangisan Umar.
Ia teringat Umar dan segera membuka pintu kamar dengan cepat. Umar yang sudah setengah berguling mencari sosok Ibu yang tak berada disampingnya. Dengan sigap, Aminah memeluk Umar penuh kelembutan.
"Kenapa kamu, Nak?" Tanya Aminah lembut dengan mata keduanya berbinar-binar entah kebahagian atau kesedihan yang tersirat diantara wajah keduanya.
"Kamu haus ya ...?" ujar Aminah dengan tenang.
Umar pun seketika diam mendengar suara Ibunya dan menatapnya penuh tatapan polos karena kenyamanan yang dirasakan Umar. Apalagi, Sang Ibu memeluknya dengan penuh kasih sayang. mampu membuat Umar setenang lautan samudera bersahabat dengan ombak dalam hari-harinya.
"a, b, c, e, f, g, h, i, j, ..." sebuah kata tersusun berantakan oleh Umar.
Kejadian itu membuat senyum Aminah bangkit lagi dan seketika menghapus nasib yang tak berpihak terhadapnya, seolah perkataan Umar yang berantakan adalah obat penyembuh dari semua luka hati Aminah akibat Rumah Tangganya yang sudah berjalan kurang lebih selama Dua Tahun bersama Galah sang lelaki Hiperseks, kini hancur lebur untuk selama-lamanya.
"Kita pergi dari rumah ini yah Nak, kita temukan kebahagian di luar sana, kita cari sampai maut memisahkan kita!" Kata Aminah bersimbah air mata mengurai panjang di setip wajahnya seraya mengelus jemari manisnya terhadap senyum Umar.
Pengumuman keras bagi pembaca!!!
"Mohon bijak untuk menanggapi semua peristiwa dalam Dua Bab pertama! Penulis bukan berarti mengarahkan terhadap penindasan Wanita, ini hanya pemanis untuk bumbu cerita Love Story About Aminah Maher. Dan Penulis berupaya untuk mencarikan kebahagian sejati untuk Aminah Dan Umar di suatu tempat!"