REINKARNASI??!
Percaya atau tidak percaya Lexia seorang wanita tangguh anggota SatCOBRA yang harus mati ditembak mati oleh musuhnya yang tidak lain adalah adik tirinya sendiri.
"Pesan terakhir? "
"Cepat bunuh. "
Dua tembakan tepat terkena jantung Lexia membuatnya seketika menghembuskan napas terakhirnya.
"Selamat jalan kakak." seringainya
Alih-alih bertemu dengan Tuhan, Lexiajustru bereinkarnasi ke sebuah Kerajaan bernama Aqualiors dan parahnya harus menempati raga seorang Putri yang lemah bernama Luciana . Putri Luciana yang memiliki seorang kembaran bernama Lauren namun, adiknya itu ternyata diasingkan karena kerajaan menganggapnya sebagai aib Kerajaan.
"Itu albino bukan penyakit! "
"Jika aku menang, menikahlah denganku."
"Kau curang. " gertaknya
Cerita sendiri, dilarang keras plagiat dalam bentuk apapun!!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZAHRALIA15, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Hukuman Itu
...Happy Reading...
...*...
...*...
...*...
Udara pengap dan bau tidak sedap khas penjara bawah tanah , Luciana hafal betul itu semua . Cahaya remang lampu di lorong - lorong penjara semakin menambah kesan mencekam sekaligus seram. Lantai dingin nan lembab , tanpa alas apapun Luciana duduk dan bersandar di tepi dinding berlumut .
Sudah setengah hari dirinya mendekam di penjara . Tak ada yang bisa ia lakukan selain bersantai . la tahu pelayan Elis pasti sedang menangis sekarang . Tak ada makanan atau segelas air yang disediakan disini.
Miris
Untunglah Luciana seorang yang sudah sangat terlatih . Kondisi seekstrim apapun sanggup ia lewati . Sayup - sayup terdengar derap langkah dan gemerincing perhiasan dari lorong .
Tanpa melihat pun , Luciana tahu siapa tamunya itu.
"Bagaimana hadiah balasanku? Tempat ini sangat cocok sekali untukmu." seringai puas tersungging di bibirnya.
"Pergilah, mengganggu saja. " olok Luciana sambil mengibaskan tangannya.
"Dasar ****** kecil!!" suara ratu angkuh itu meninggi hingga bergema di lorong penjara .
"Aku tahu kau tidak akan tenang sebelum membunuhku."
Alis ratu Adriana tersentak bersamaan . Benar , dialah orang dibalik kematian Luciana tempo hari . Beruntungnya , ia telah melenyapkan semua bukti dan saksi . Dan lagi , tidak akan ada yang mengungkit kasus itu lagi.
"Padahal aku hanya menebak , tapi melihat reaksimu. Sepertinya itu benar." seringai Luciana.
Kedua bola mata ratu Adriana melotot taiam . geram mendengar ucapan mengolok dari gadis bod0h di depannya.
"Kau dasar anak ****** !!!" Di tengah adu taring keduanya , terdengar derap langkah terburu - buru dari pintu masuk penjara .
Pangeran Emillio berjalan cepat , setengah berlari ingin menemui adiknya Luciana . Berita ini baru sampai padanya karena sejak semalam pangeran Emillio disibukkan dengan urusan di markas prajurit .
"Salam yang mulia , " ucap pangeran Emillio sambil membungkuk hormat pada ratu Adriana .
Wanita itu dengan lihai merubah ekspresi wajahnya . Tersenyum ramah dan mengangguk sebagai balasan . Tentu saja Emillio tahu itu hanya senyum penuh kepalsuan.
"Kalau begitu saya permisi pangeran. " Pamit ratu Adriana
Sebelum Ratu dan tiga pelayannya pergi , sekilas ia melempar tatap tajam pada Luciana . Seolah memberi ancaman lewat manik hitamnya .
"Apa yang Ratu Adriana lakukan padamu disini?"
"Bukan apa-apa."
"Ternyata aku mengkhawatirkan hal yang tidak perlu ." ucap Emilio
"Pergilah jika kau datang tanpa membawa apapun untukku." usir Luciana hanya untuk bergurau saja.
"Heh ... Kau ini ! Aku membawa ini untukmu. Jangan sampai prajurit tahu," pangeran Emilio menyodorkan sebuah bungkusan dari balik jubahnya .
Ragu - ragu Luciana menerima bungkusan itu . Sudut bibirnya tertarik saat melihat isi di dalamnya . Beberapa kue kering dan sebotol air , cukup untuk bertahan selama beberapa hari .
Lalu?
Sebuah belati berukirkan bulan sabit, itu akan sangat berguna untuknya.
"Terimakasih banyak " ucap Luciana tersenyum.
"Aiya ... Kau merayu kakakmu ini huh ? " goda pangeran Emilio dengan senyum jahilnya yang langsung dihadiahi delikan tajam oleh Luciana.
"Maafkan aku tidak bisa menemanimu . Kau baik - baiklah disini. "
Setelah pangeran Emilio pergi , kini tinggallah Luciana seorang diri . Perasaan kosong dan sepi kembali hinggap tak kunjung sirna . Tak semangat , ia tetap memaksa untuk mengisi perutnya yang sedari tadi sudah keroncongan .
Tanpa terasa malam kian larut . Tak sanggup menahan kantuk , Luciana memilih untuk tidur . Tanpa sehelai alas apapun , ia berbaring menghadap dinding . Sebelah tangannya sudah cukup untuk menjadi bantal yang nyaman .
Belati pemberian dari pangeran Emilio ia simpan dibalik gaun coklatnya untuk berjaga-jaga.
Dingin
Sangat dingin sampai - sampai Luciana meringkuk dan memeluk tubuhnya sendiri .
Kriettt
Pintu jeruji besi berderit pelan . Lalu seorang pria melangkah masuk tanpa suara . Ditatap nya Luciana yang meringkuk kedinginan di lantai .
Perlahan ia menyelimuti tubuh Luciana dengan selimut tebal yang hangat . Tangannya terulur ingin mengelus rambut gadis yang tertidur memunggunginya itu . Namun cepat - cepat ia tarik kembali dan melangkah keluar sehalus mungkin .
Luciana tentu saja belum tidur, ia langsung membuka matanya saat merasakan sosok itu telah pergi dari jeruji besi tempatnya sekarang.
"Dia ... Peduli padaku ?" lirih Luciana
Luciana menghiraukan itu dan kembali melanjutkan tidurnya.
Pagi hari pun datang. Lolongan kesakitan di lorong penjara menyentak Luciana dari alam mimpi . Matanya berkeliling dari balik jeruji besi , mengawasi sekitar dalam keremangan .
Bagus, tidak ada siapapun . Hanya jeritan pilu yang saling bersahutan dari lorong gelap tak berujung . Tanpa dijelaskan pun , Luciana tahu penjara bawah tanah ini digunakan untuk tempat eksekusi .
"Huh... Siapa yang menginginkan kehidupan malang seperti ini ? "
Perlahan Luciana melepas selimut tebal yang membungkus tubuhnya semalam . Tak pernah ia duga selimut hangat itu diberikan oleh tangan pria yang pernah ingin menamparnya .
Secuil sudut hatinya menghangat , tapi terlalu dini untuk menyimpulkan sikap 'kakak kandungnya' itu sebagai bentuk perhatian .
Sayup - sayup terdengar derap langkah dari pintu masuk . Luciana dengan sabar menunggu siapa yang akan menjadi tamunya kali ini . Tak lama , muncul dua pria yang ia kenal .
Tatapan dingin tak bersahabat seolah menjadi sapaan wajib untuk Luciana.
"Untuk apa anda kesini? Ingin melihat putri yang tersiksa?" sindir Luciana .
"Kau masih belum menyadari kesalahanmu ?" ucap raja Gilbert
"Jika yang Anda maksud adalah sikapku , kurasa itu sangat berasalan dan aku yakin kalian tahu tanpa perlu kujelaskan , " jawab Luciana santai.
"Keras kepala bukanlah sikap seorang putri ! "
"Seorang ayah tidak akan membuat putrinya menderita! " ucapan Luciana jelas menohok hati kecil Raja Gilbert. Tidak ada ayah manapun yang ingin melihat anaknya menderita . Tapi bagi raja Gilbert, Luciana adalah memori yang kelam untuknya.
Pangeran Albert pun tak luput dari percikan sindiran pedas Luciana. Sebagai seorang kakak , seharusnya ia menaruh kepedulian pada adiknya tak terkecuali Luciana. Tapi begitulah kebencian dan keraguan bersatu membuang keinginan kecilnya .
"Mengapa ? Apa ucapanku salah ?"
"Apa kalian merasa tersindir?" sinis Luciana
"Tutup mulutmu !!" murka Raja Gilbert hingga menggema di lorong penjara .
"Anda bukanlah seorang ayah yang baik yang mulia."
"Aku tidak punya putri sepertimu!! "
Deg
Kalimat pendek bernada tinggi itu berhasil membuat tubuh Luciana terhenyak kaku. Luka yang selama ini menoreh hatinya seolah belum cukup . Lagi - lagi tubuh itu bereaksi dengan sendirinya .
Haruskah ia mendengar ucapan bak mata pedang itu ? Hati siapa yang tidak tercabik - cabik mendengar nya?
"A - ayahanda ... " ucap pangeran Albert terbata
Terus terang , Albert tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut ayahnya. Entah mengapa , ulu hatinya juga terasa perih bak tersayat pisau .
"Perbaiki sikapmu dan jangan menjadi putri pembangkang. "
Dilihatnya punggung kaisar semakin jauh dan hilang dalam gelapnya lorong , saat ingin beranjak pun rasanya begitu sulit .
"Apa kau puas?" geram Albert.
"Bukankah pertanyaan itu lebih tepat untukmu? " tanya Luciana balik
"Perbaiki sikapmu jika kau ingin bebas ! "
"Aku akan bebas tanpa perlu menuruti semua perintah kalian! " sergah Luciana lantang .
"Kau terlalu angkuh ! "
"Apa bedanya denganmu ? Kau -- Kau tahu wanita licik itu berbohong , tapi lihat apa yang lakukan ? Kau menutup mata dan telingamu." tuduh Luciana tepat sasaran.
Benar ...
Tentu pangeran Albert tahu yang mulia ratu Adriana telah memfitnah Luciana. Satu sudut hatinya berontak ingin menyingkap tirai kebohongannya, tapi sekali lagi... Kebencian menuntutnya untuk menutup mata . Seperti dahulu , sekarang dan mungkin yang akan datang .
"Apa kau tak rindu dengan ibu? "
Pertanyaan dari Luciana berhasil membuat langkah kaki pangeran Albert terhenti. Namun hanya sesaat, kemudian melanjutkan langkahnya kembali begitu saja.
Jika dilihat dari sudut pandang Luciana, lelaki itu terlihat tidak peduli. Namun berbeda dengan isi hati pangeran Albert yang juga merindukan sosok itu.
Sebagai penerus seorang raja dan ketatnya pemerintahan, Albert sudah banyak diuji baik fisik maupun mental. Albert tak ingin pemerintah jatuh ditangan Ratu Adriana. Itu akan jauh lebih sulit untuk bertindak. Albert harus mengorbankan apapun.
...To be continued........
...AYO TINGGALKAN JEJAK EPRIBADEH...
semangat thor