Salahkah apabila seorang ayah—walaupun tidak sedarah—mencintai anak yang diasuhnya, dan cinta itu adalah cinta penuh hasrat untuk seorang pria pada kekasihnya.
"Akhiri hubungan kita! setelah itu Daddy bebas bersama Tante Nanda dan Hana juga akan bersama dengan pria lai ..."
Plakkkkkkkkk...! suara tamparan terdengar. Wajah Hana terhempas kesamping dengan rambut yang menutupi pipinya, karena tamparan yang diberikan Adam begitu kuat.
Hana merasa sangat sakit terlebih pipinya yang
sudah ditampar oleh Adam. Serasa panas di pipi itu,
apalagi dihatinya.
"Jangan pernah katakan hal itu lagi, sampai kapanpun kamu tetap milik Daddy, siapa pun tidak berhak memiliki kamu Hana." teriak Adam dengan amarah yang memuncak menatap tajam wanitanya. Ia menarik Hana dalam pelukannya.
"Daddy egois, hiks hiks." Hana menangis sembari memukul dada bidang Adam.
Apakah mereka akan tetap bersatu disaat mereka tak direstui? Bagaimana Adam mempertahankan hubungan mereka?
Nantikan kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kaylakay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
jatuh cinta setiap harinya
Setelah kepergian Adam, Hana kembali masuk dan bersiap siap untuk pergi bersama Tika.
"Nanti kita ketemu di mana?" tanya Hana disela memilih pakaian yang akan dipakai.
"Di tokoh buku aja gimana?" tanya Tika diseberang sana.
"Oke, kita ketemu di sana. Di tokoh buku yang biasa kita datangi kan?" tanya Hana sambil satu tangannya meraih kaos putih polos lengan pendek dan tight jeans. Mengeluarkan dari dalam lemari besarnya.
"Iyah, di tempat itu." sahut Tika.
"Ya udah, gue siap siap dulu." ucap Hana.
"Oke, sampai ketemu beberapa menit lagi." Tika lalu mematikan sambungan itu sambil tersenyum.
Tika meraih pakaian milik-nya di atas kasur, yang ia siapkan beberapa menit yang lalu sebelum menelepon Hana.
Beberapa menit kemudian akhirnya Tika selesai juga. Ia meraih peralatan makeup lalu memoleskan tipis di wajahnya.
Tika terlihat cantik dengan kemeja t-shirt warna hitam dipadukan dengan jeans berwarna abu abu.
"Aku duluan ya kak." pamit Tika pada kakaknya.
"Mau kemana?" tanya Kaka laki laki Tika menghentikan kegiatan mencuci mobilnya.
"Mau jalan sama teman kak." sahut Tika berlari pelan menaiki mobilnya.
"Pulangnya jangan sore!" Aldi mengingatkan adiknya.
"Siap Bos." sahut Tika tersenyum lalu menjalankan mobilnya keluar dari halaman rumah mereka.
Kakaknya terkekeh lalu melanjutkan lagi mencuci mobilnya.
Sedangkan Hana baru saja berpakaian. Iyah terlihat begitu cantik dengan penampilannya seperti saat ini.
Saat akan melangkah meninggalkan kamarnya, terdengar bunyi ponsel di dalam tasnya. Hana lalu meraih benda itu dari dalam tas dan mengangkatnya.
Hana mengerutkan keningnya bertanya tanya saat melihat nama pemanggil yang tertera di hp.
"Daddy? Ada apa lagi? Jangan sampai Daddy berubah pikiran." gumam Hana kemudian menjawab panggilan itu.
"Iyah Daddy, ada apa?" Hana menunggu sahutan dari Adam.
"Kamu masih di rumah?" tanya Adam sambil berjalan kearah sofa di ruangan miliknya. Mendudukkan bokongnya di sana dengan satu kaki yang dipangku.
"Iyah, Hana baru aja akan pergi. Emangnya kenapa Daddy?" tanya Hana menarik handle pintu lalu keluar dari kamarnya.
"Daddy lupa kasih tahu kamu tadi, sebentar malam Oma dan Opa akan makan malam di rumah Daddy. Jadi bersiap siap lah sebentar malam!." kata Adam sambil meraih kopinya di atas meja, lalu menyeruput.
"Yang benar Daddy? Jam berapa mereka ke sini?" tanya Hana mengehentikan jalannya dengan wajah yang terlihat begitu senang atas kabar kedekatan mereka.
"Jam delapan malam. Dan juga kamu harus di antar Aryo jika mau jalan sama teman kamu." sahut Adam.
"Iyah Daddy." sahut Hana tersenyum menuruni anak tangga.
"Kalau sudah selesai, langsung pulang jangan keluyuran diluar sana. Kamu tahu bukan! Jika Daddy tidak menyukai hal itu." sahut Adam dengan ucapan tegasnya.
"Ish, Daddy bawel deh. Iyah Hana langsung pulang kalau udah selesai." sahut Hana.
"Ya udah, nikmati waktu kalian." ujar Adam tersenyum.
"Oke Daddy, bye ..." Hana yang baru saja akan mematikan sambungan mereka, dihentikan dengan suara Adam dibalik telfon itu.
"Eh eh ... mana ciuman jauhnya." Adam sedikit berteriak dibalik benda itu.
Sontak Hana merotasikan matanya. "Daddy nggak puas apa sama ciuman pagi tadi?"
Hana begitu heran dengan pria yang dicintainya ini. Mengapa selalu saja tidak ada rasa puas jika soal intim seperti itu.
"Daddy nggak akan puas, jika itu menyangkut kamu." sahut Adam.
"Cih, selalu saja seperti itu." ucap Hana.
"Ya sudah, ayo berikan." ucap Adam.
Umaach ... umaach ... umaach
Hana memberikan ciuman jauh berulang ulang di balik hp itu. Sementara Adam tersenyum senang di tempatnya.
"Udah kan." sahut Hana.
"Iyah. I love you." sahut Adam dengan senyuman lebar.
"I love you to, Daddy." Hana lalu keluar menuju mobil yang sudah ada Aryo yang menunggunya.
Adam lalu mematikan sambungan itu, meletakkan kembali hpnya di atas meja. Tampak wajah bahagianya tidak memudarkan sama sekali.
"Kamu selalu saja buat Daddy jatuh cinta di-setiap harinya." gumam Adam tersenyum menggigit bibir.
Semenjak kedatangan Hana ke rumahnya, seolah membawa kebahagiaan yang tiada henti untuk Adam. Sebelum nya ia tidak sebahagia ini. Kedatangan Hana membawa canda tawa di rumah itu.
Senyuman Adam terhenti saat bunyi ketokan pintu.
"Masuk!." Adam mempersilahkan.
Tampak sekretarisnya berjalan masuk dengan membawa dokumen ditangannya.
"Tuan ada beberapa dokumen yang harus ditandatangani, Tuan." ucap Ical dengan sopan membukukan kepalanya sebentar.
"Sini, saya lihat." sahut Adam mengambil alih dokumen yang baru saja diberikan Ical.
Adam memeriksa dan membacanya sebentar. Ia lalu menandatangani dokumen itu dan menyodorkan lagi kepada Ical.
"Baik tuan, terima kasih banyak. Kalau begitu saya permisi keluar." Ical membukukan kepalanya lagi.
"Hmm." Sahut Adam sambil mengangguk tanda menyetujui.
Hana dan Tika sudah berada di tokoh buku yang mereka putuskan tadi. Hana tampaknya memilih beberapa koleksi novel untuk dibaca.
Hana sengaja membelinya agar saat mempunyai waktu luang, ia akan membacanya di rumah.
Ia memilih novel dengan beberapa genre seperti percintaan, horor dan juga education.
Sementara Tika memilih buku yang berkaitan dengan mata kuliahnya agar menambah wawasan akan hal itu.
Setelah selesai di tokoh buku, keduanya juga menyempatkan membeli perlengkapan kampus.
Satu dua jam dari berbelanja, mereka memutuskan mampir ke cafe untuk mengisi perut mereka.
Hana dan Tika langsung
"Capek juga ya, kita?" Tika berucap setelah mereka duduk di-bangku cafe itu.
"Iyah, gimana nggak capek, dua jam kita keliling non stop pula." sahut Hana terkekeh.
"Iyah juga sih, tapi nggak terasa aja gitu waktu nya. Tau tau udah dua jam aja kita, kelilingnya.
"Hahaha iyah benar banget." Hana tertawa.
"Ya udah pesan makan yuk." ucap Hana.
Pramusaji pria menghampiri mereka, lalu memberikan buku menunya.
"Kamu mau pesan Han?" tanya Tika yang masih sibuk melihat lihat menunya.
"Aku spaghetti bolognese, kalau kamu pesan apa?" sahut Hana mengarahkan sebentar pandangannya kearah Tika, lalu kembali melihat buku menu itu.
"Hmm, kentang goreng saus keju kayaknya enak deh. Ya udah aku yang ini aja." ucap Tika.
"Minumnya samain aja." ucap Hana.
"Frappuccino gimana?" tanya Tika.
"Ya udah, Frappuccino nya dua sama sama spaghetti bolognese dan kentang goreng saus keju nya satu." ucap Hana kepada pramusaji.
"Baik." sahut pramusaji lalu berlalu pergi.
Mereka lalu melanjutkan obrolan mereka tentang seputaran kampus dan tugas kuliah.
Tak berselang beberapa menit, menu yang dipesan pun akhirnya tiba. Pramusaji menyiapkan di-atas meja mereka.
Sementara di rumah besar milik Barack Mateo, kedua pasangan yang sudah memasuki usia tua tersebut, sedang menikmati waktu mereka di taman belakang rumah mereka.
Ada beberapa hidangan kue dan juga kopi yang disiapkan pembantu mereka.
"Pi! Adam kapan ya, mau kenalin calon istri sama kita." ucap Mami Ana dengan pandangan yang menerawang ke-depan.
Pria tua itu lantas mengarahkan pandangan kearah istrinya beberapa saat, lalu kembali lagi fokus pada majalah yang dibaca.
"Mungkin kita akan coba, mengenalkan Adam dengan seseorang." sahut Barack dengan fokus membaca majalah.
Mami Ana menoleh kearah suaminya. "Sama siapa?"
"Mungkin Nanda atau yang lainnya, kita coba saja dulu jika Adam merasa cocok barulah kita lanjutkan perjodohan mereka." sahut Barack.
"Ha ... semoga saja." mami Ana membuang nafas berat.
"Tapi Nanda siapa yang papi maksud?" tanya mami Ana saat baru menyadari hal itu.
"Nanda, anaknya teman papi." sahut Barack.
"O." mami Ana hanya mengangguk-angguk kepalanya mengerti.